Shake it Of heaven 4(Kawan dan yang terlupakan)



      Kawan lama/ Dan Yang terlupakan.

Michelle, dia adalah seorang kepala sekolah. Dia selalu menyendiri sambil menatap foto Suhail.
“Hae Suhail , Kau sangat tampan sekarang”
Michelle menatap jendela . langit berhasil membuat cahaya mentari menembus kekulitnya. Hingga dia berdiri menutupi jendela . panas sekali. Menusuk kedalam kulitnya.
Seorang murid perempuan , dia miliki khas wajah ala Asia tenggara. Dia duduk sendirian dilokal. Gadis memakai Jilbab+kerudung putih yang menjadi seragam khusus Shingkoghan Khas kaum Muslimin. Dia menangis sambil menatap berita di Internet. Lewat ponsel Android miliknya. Air matannya berlinang.
Tangannya gemetaran kala kawan sebayannya mengajak dia untuk bermain.
“Fatimah, ayo kita bermain” ajak temannya Zakia. Fatimah nama gadis itu. Dia menunduk menangis ketika temannya mengajaknya bermain. Zakia bingung ketika Fatimah menangis mengeluarkan air mata.
“kenapa dia Zakia?” tanya yang satulagi bernama Khanza. Fatimah mendadak menangis memeluk Zakia. Dia menangis sejadi-jadinnya . lebih kuat yang dia duga. Zakia bingung menghadapi situasi seperti ini. Ada apa dengan Fatimah?
“Yah , Fatimah kau kenapa ? ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Zakia dengan Nada lirih.
“Zakia,,,,,Aku ingin membeli ticket pesawat”
“Ticket pesawat untuk apa? kau mau pergi?”
Kemudian,disusul oleh Khanza. Dia mengusap-usap punggung Fatimah yang menangis berderai air mata.
“Ada apa fatimah? Ceritakanlah kepada kami?”
“Aku ingin membeli ticket pesawat. Berapa hargannya?”
“Kau mau kemana dulu?”
“aku, aku mau ke Myanmar”
“Myanmar? Untuk apa kau ke Myanmar?”
“ada ledakan menyerang rumah asliku. Adik-adik kandungku bersama nenekku. Mereka dibom habis-habisan?”
“Ku dengar, pemerintah Myanmar melakukan sesuatu yang sangat kejam pada perkampungan Rohingnya? Benarkah?” tanya Khanza.
“aku mau kesana? Menyelamatkan adikku”
“Fatimah, Tenangkan dirimu, mari kita bicarakan dengan Pak Suhail. Jika kau benar-benar ingin pergi. “
“aku tidak punya uang.”
“apa?”
“aku tidak ingin melibatkan pak Suhail.”
“hey, kita harus menyelamatkannya segera. Aku dengan mereka bersaudara. Kau saudaraku Fatimah, walau kita tidak terikat garis secara kandung. Tapi aku pernah mendengar bahwa kita adalah satu tubuh. Luka kita sekarang menganga Fatimah”
Fatimah tersenyum mendengarnya. Airmatannya berlinang kala kedua temannya menangis merasakan luka yang sama dengannya. Bahkan Khanza tak henti-henti menangis.
“Fatimah Hiks..Hiks...kita butuh obat untuk menyembuhkan luka yang sudah lama menganga1 . mereka hanya memberikan obat penawarnya saja , bukan penyembuhan secara intensif 2. Aku terkadang muak melihat apa yang sedang terjadi”
Mereka menangis bersama-sama. Dari Jauh ada seseorang yang memantaunnya. Seorang pria tampan, beralis tebal, bermata jernih dan tatapan tajam. Namun tatapan tajamnya berubah menjadi sedih. Fatimah adalah murid transfer dari Rohingnya. Dia menjadi siswa teladan kala belum terjadi apa-apa pada masa itu.
Sungguh hati Suhail sangat terluka mendengarnya. Airmatannya berlinang kala Fatimah mendengar keluh kesahnya.
Terkadang aku tidak ingin memisahkan dia dari sanak saudara. Hah harusnya kala itu aku menyelamatkan semuannya. Apa yang sedang aku lakukan? Oh Tuhan aku tidak mengerti apa yang terjadi pada diriku.  Suhail, Apa yang kau lakukan. Kau tak boleh seperti ini.
  Malam di Seoul semakin dingin. Anak-anak dari sekolah Shingkoghan keluar dari kelasnya. Sekolah itu menetapkan jamnya sampai sore saja. Dan tidak membenarkan sampai malam. Mereka bebas melakukan apa saja. Bahkan mereka boleh meminjam buku sampai tamat. Asal tidak boleh rusak. Nama  itu sebabnya Shingkoghan adalah sekolah yang sangat baik.
Suhail keluar , dia sangat bosan berada disekolah. Mencari makanan diluar sangat susah. Apalagi mencari makanan berlebel halal. Sangat susah. Maka dari itu dia cepat-cepat pulang karena dia ingin membuka restoran Halalnya yang baru ia bangun.
Kantor Polisi:

Kim Dan Te sedang menatap browsure yang dia dapat. Yakni browsure makanan.
“Wah makanannya banyak, nikmat, dan menggiurkan”
“Woi Dan Te kau melihat apa?”
“restoran. Ini seperti Restoran termahal. Tapi aku lihat makanannya enak-enak. Perutku jadi lapar”
Cha Ji Sung melihat browsure makanan tersebut. Ketika ditatap memang terlihat sangat lezat. Dia melihat menunya banyak sekali. Tapi anehnya tidak ada yang memakai unsur Babi disana.
“Al-Fathir Restaurant? “ kata Cha Ji Sung heran melihat nama Restoran disana. Dia mengingat-ngingat kembali nama itu. Tergambar dipikirannya sebuah restourant yang sangat besar. Ala bangunan arab. Saat itu sebelum Dan Te bertugas dia bersama dengan anggota polisi lainnya terkejut melihat bangunan yang luar biasa luasnya. Ada pelanggan-pelanggan dari berbagai negara. Saat itu dia sangat panik untuk membelanjakan uangnya. Karena itu adalah gaji pertamanya. Namun setelah makan ternyata makanan disana sangat terjamin gizinya dan enak. Apalagi dilengkapi dengan sari Kurma.
Cha Ji Sung tersentak. Membuat Kim Dan Te bingung terhadapnya.
“Ada apa denganmu?”
“Restoran itu sangat besar. Disana makanannya sangat murah. Apalagi dilengkapi dengan sari Kurma”
“Ha?? Sari kurma?”
“Aku kalau kesana pasti merindukan sari kurma. Itu adalah obat yang baik bagi lambung”
“Benarkah? Aku kesana? “
“kau? “ menatap Kim Dan Te dalam-dalam?
“Apa?”
“Kau belum pernah mencicipi sari kurma?”
“Belum. Hay,, memangnya kenapa?”
Dia akhirnya pergi ketempat itu bersama kawannya.
Beberapa Jam kemudian:
“Wow, This Like a Miracles”
Pelayan disana rata-rata laki-laki dari berbagai usia. Bahkan pelayanannya dari berbagai mancanegara. Restoran ala arab-klassik dia serasa seperti disebuah perkampungan yang pernah kunjungi. Berbeda dengan restaurant pada umumnya. Ada berbagai macam jenis kopi juga disana.
“Bagaimana?”
“aku merasa disebuah kota yang ada di Turki. Edirne”
“baguskan?”
“Hagia Sophiakah ini?”
“kau gila?  Hagia Sophia jauh lebih indah”
“Tempat ini, aku terinspirasi dari sana. Aku sudah 15 kali datang kesana.”
Ada suara asing menyambar mereka berdua. Mereka membalikan badan. Pria berparas ala arabia. Dia memakai kumis tipis dan janggut tipis sama seperti Kim Dan Te. Hanya saja Kim Dan Te bermata sipit. Membuat Kim Dan Te bingung. Wajah Kim Dan Te bingung ketika pria itu tertawa. Kim Dan Te agak nyengir ketika melihat pria yang kini bersamannya.
“matamu semakin coklat”
“dan bola mata mu semakin menghilang ketika kau tertawa”
Cha Ji Sung tertawa. Membuat Kim Dan Te memasang wajah aneh dan sedikit mengerutkan kening.
“Apa kabar Kim Dan Te. Sudah lama aku tidak bertemu dengan mahasiswa-ku”
“Apa?? dia gurumu?”
“dia itu Dosenku” bisik Kim Dan Te pada Cha Ji Sung. Temannya langsung terkejut.
“Hah..Are you serious?” langsung menatap pria berwajah arab itu.
Mereka dipersilahkan duduk oleh pria arab.
“Apakabar Suhail? Sudah lama aku tidak bertemu denganmu”
“Baik-baik saja. Darimana kau tau ini restoranku?”
“Apa ? restorant mu. Aku mencari browsure makanan paling enak disini. Aku kebetulan sangat lapar”
“Hmm baguslah oh ya? Apakah kau sudah punya agama?”
“Apakah kau tidak ingat Aku ini penganut kristen Orthodox.”
“Oh ya aku lupa .maaf”
“Namamu Suhail? “ Tanya Cha Ji Sung.

“???” Suhail bingung.
“ Apakah kau seorang muslim?”
“Yah aku seorang muslim”
Kim Dan Te mencubit Cha Ji Sung.
“Aku tidak sejahat yang kau kira. Aku bukanlah perakit boom dan penghancur kehidupan umat manusia. Aku bukan makhluk sejahat itu. Lagian dalam agama kami , kami dilarang membunuh orang. “
“Didalam agamaku juga. Apa hukuman seorang pembunuh dalam agamamu? “ Tanya Cha Ji Sung.
“Nyawa dibayar Nyawa” kata Suhail tajam namun akhirnya tersenyum. Membuat Cha Ji Sung terdiam.
“Santai saja aku tidak makan orang” tanya Suhail dengan bijak sana.
“maaf temanku ini cerewet”
“aku terdiam bukan karena mengejek agamannya. Itu memang bagus. Harus dilakukan. Nyawa dibayar nyawa. Beda dengan hukum diseluruh dunia. 15 Tahun-16 Tahun 70 tahun, hah kurasa itu tidak akan memberikan efek jera. Justru pembunuhan semakin lama semakin banyak. Bukankah itu hukuman yang sangat adil?”
Suhail tersenyum. Kim Dan Tee tersenyum sambil menjitak kepalannya.
“kalian adalah tamuku.. jadi, kalian aku beri makanan gratis”
“Sinca Yeo?”
“Rendang. Aku mau rendang”

dia dosen yang hampir terlupakan . berkat Cha Ji Sunglah dia bisa mengingatnya kembali. Suhail Al-Malik

Komentar