Kawan
lama/ Dan Yang terlupakan.
Michelle, dia adalah
seorang kepala sekolah. Dia selalu menyendiri sambil menatap foto Suhail.
“Hae Suhail , Kau
sangat tampan sekarang”
Michelle
menatap jendela . langit berhasil membuat cahaya mentari menembus kekulitnya.
Hingga dia berdiri menutupi jendela . panas sekali. Menusuk kedalam kulitnya.
Seorang murid
perempuan , dia miliki khas wajah ala Asia tenggara. Dia duduk sendirian
dilokal. Gadis memakai Jilbab+kerudung putih yang menjadi seragam khusus
Shingkoghan Khas kaum Muslimin. Dia menangis sambil menatap berita di Internet.
Lewat ponsel Android miliknya. Air matannya berlinang.
Tangannya gemetaran
kala kawan sebayannya mengajak dia untuk bermain.
“Fatimah, ayo kita
bermain” ajak temannya Zakia. Fatimah nama gadis itu. Dia menunduk menangis
ketika temannya mengajaknya bermain. Zakia bingung ketika Fatimah menangis
mengeluarkan air mata.
“kenapa dia Zakia?”
tanya yang satulagi bernama Khanza. Fatimah mendadak menangis memeluk Zakia.
Dia menangis sejadi-jadinnya . lebih kuat yang dia duga. Zakia bingung
menghadapi situasi seperti ini. Ada apa dengan Fatimah?
“Yah , Fatimah kau
kenapa ? ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Zakia dengan Nada
lirih.
“Zakia,,,,,Aku ingin
membeli ticket pesawat”
“Ticket pesawat untuk
apa? kau mau pergi?”
Kemudian,disusul oleh
Khanza. Dia mengusap-usap punggung Fatimah yang menangis berderai air mata.
“Ada apa fatimah?
Ceritakanlah kepada kami?”
“Aku ingin membeli
ticket pesawat. Berapa hargannya?”
“Kau mau kemana
dulu?”
“aku, aku mau ke
Myanmar”
“Myanmar? Untuk apa
kau ke Myanmar?”
“ada ledakan
menyerang rumah asliku. Adik-adik kandungku bersama nenekku. Mereka dibom
habis-habisan?”
“Ku dengar,
pemerintah Myanmar melakukan sesuatu yang sangat kejam pada perkampungan
Rohingnya? Benarkah?” tanya Khanza.
“aku mau kesana?
Menyelamatkan adikku”
“Fatimah, Tenangkan
dirimu, mari kita bicarakan dengan Pak Suhail. Jika kau benar-benar ingin
pergi. “
“aku tidak punya
uang.”
“apa?”
“aku tidak ingin
melibatkan pak Suhail.”
“hey, kita harus
menyelamatkannya segera. Aku dengan mereka bersaudara. Kau saudaraku Fatimah,
walau kita tidak terikat garis secara kandung. Tapi aku pernah mendengar bahwa
kita adalah satu tubuh. Luka kita sekarang menganga Fatimah”
Fatimah tersenyum
mendengarnya. Airmatannya berlinang kala kedua temannya menangis merasakan luka
yang sama dengannya. Bahkan Khanza tak henti-henti menangis.
“Fatimah
Hiks..Hiks...kita butuh obat untuk menyembuhkan luka yang sudah lama menganga1
. mereka hanya memberikan obat penawarnya saja , bukan penyembuhan secara
intensif 2. Aku terkadang muak melihat apa yang sedang terjadi”
Mereka menangis
bersama-sama. Dari Jauh ada seseorang yang memantaunnya. Seorang pria tampan,
beralis tebal, bermata jernih dan tatapan tajam. Namun tatapan tajamnya berubah
menjadi sedih. Fatimah adalah murid transfer dari Rohingnya. Dia menjadi siswa
teladan kala belum terjadi apa-apa pada masa itu.
Sungguh hati Suhail
sangat terluka mendengarnya. Airmatannya berlinang kala Fatimah mendengar keluh
kesahnya.
Terkadang aku tidak ingin
memisahkan dia dari sanak saudara. Hah harusnya kala itu aku menyelamatkan
semuannya. Apa yang sedang aku lakukan? Oh Tuhan aku tidak mengerti apa yang
terjadi pada diriku. Suhail, Apa yang
kau lakukan. Kau tak boleh seperti ini.
Malam di Seoul semakin dingin. Anak-anak dari
sekolah Shingkoghan keluar dari kelasnya. Sekolah itu menetapkan jamnya sampai
sore saja. Dan tidak membenarkan sampai malam. Mereka bebas melakukan apa saja.
Bahkan mereka boleh meminjam buku sampai tamat. Asal tidak boleh rusak.
Nama itu sebabnya Shingkoghan adalah
sekolah yang sangat baik.
Suhail keluar , dia
sangat bosan berada disekolah. Mencari makanan diluar sangat susah. Apalagi
mencari makanan berlebel halal. Sangat susah. Maka dari itu dia cepat-cepat
pulang karena dia ingin membuka restoran Halalnya yang baru ia bangun.
Kantor Polisi:
Kim Dan Te sedang
menatap browsure yang dia dapat. Yakni browsure makanan.
“Wah makanannya
banyak, nikmat, dan menggiurkan”
“Woi Dan Te kau
melihat apa?”
“restoran. Ini
seperti Restoran termahal. Tapi aku lihat makanannya enak-enak. Perutku jadi
lapar”
Cha Ji Sung melihat
browsure makanan tersebut. Ketika ditatap memang terlihat sangat lezat. Dia
melihat menunya banyak sekali. Tapi anehnya tidak ada yang memakai unsur Babi
disana.
“Al-Fathir
Restaurant? “ kata Cha Ji Sung heran melihat nama Restoran disana. Dia
mengingat-ngingat kembali nama itu. Tergambar dipikirannya sebuah restourant
yang sangat besar. Ala bangunan arab. Saat itu sebelum Dan Te bertugas dia
bersama dengan anggota polisi lainnya terkejut melihat bangunan yang luar biasa
luasnya. Ada pelanggan-pelanggan dari berbagai negara. Saat itu dia sangat
panik untuk membelanjakan uangnya. Karena itu adalah gaji pertamanya. Namun
setelah makan ternyata makanan disana sangat terjamin gizinya dan enak. Apalagi
dilengkapi dengan sari Kurma.
Cha Ji Sung
tersentak. Membuat Kim Dan Te bingung terhadapnya.
“Ada apa denganmu?”
“Restoran itu sangat
besar. Disana makanannya sangat murah. Apalagi dilengkapi dengan sari Kurma”
“Ha?? Sari kurma?”
“Aku kalau kesana
pasti merindukan sari kurma. Itu adalah obat yang baik bagi lambung”
“Benarkah? Aku
kesana? “
“kau? “ menatap Kim
Dan Te dalam-dalam?
“Apa?”
“Kau belum pernah
mencicipi sari kurma?”
“Belum. Hay,,
memangnya kenapa?”
Dia
akhirnya pergi ketempat itu bersama kawannya.
Beberapa Jam
kemudian:
“Wow, This Like a
Miracles”
Pelayan disana
rata-rata laki-laki dari berbagai usia. Bahkan pelayanannya dari berbagai
mancanegara. Restoran ala arab-klassik dia serasa seperti disebuah perkampungan
yang pernah kunjungi. Berbeda dengan restaurant pada umumnya. Ada berbagai
macam jenis kopi juga disana.
“Bagaimana?”
“aku merasa disebuah
kota yang ada di Turki. Edirne”
“baguskan?”
“Hagia Sophiakah
ini?”
“kau gila? Hagia Sophia jauh lebih indah”
“Tempat ini, aku
terinspirasi dari sana. Aku sudah 15 kali datang kesana.”
Ada suara asing menyambar
mereka berdua. Mereka membalikan badan. Pria berparas ala arabia. Dia memakai
kumis tipis dan janggut tipis sama seperti Kim Dan Te. Hanya saja Kim Dan Te
bermata sipit. Membuat Kim Dan Te bingung. Wajah Kim Dan Te bingung ketika pria
itu tertawa. Kim Dan Te agak nyengir ketika melihat pria yang kini bersamannya.
“matamu semakin
coklat”
“dan bola mata mu
semakin menghilang ketika kau tertawa”
Cha Ji Sung tertawa.
Membuat Kim Dan Te memasang wajah aneh dan sedikit mengerutkan kening.
“Apa kabar Kim Dan
Te. Sudah lama aku tidak bertemu dengan mahasiswa-ku”
“Apa?? dia gurumu?”
“dia itu Dosenku”
bisik Kim Dan Te pada Cha Ji Sung. Temannya langsung terkejut.
“Hah..Are you
serious?” langsung menatap pria berwajah arab itu.
Mereka dipersilahkan
duduk oleh pria arab.
“Apakabar Suhail?
Sudah lama aku tidak bertemu denganmu”
“Baik-baik saja.
Darimana kau tau ini restoranku?”
“Apa ? restorant mu.
Aku mencari browsure makanan paling enak disini. Aku kebetulan sangat lapar”
“Hmm baguslah oh ya?
Apakah kau sudah punya agama?”
“Apakah kau tidak
ingat Aku ini penganut kristen Orthodox.”
“Oh ya aku lupa
.maaf”
“Namamu Suhail? “
Tanya Cha Ji Sung.
“???” Suhail bingung.
“ Apakah kau seorang
muslim?”
“Yah aku seorang
muslim”
Kim Dan Te mencubit
Cha Ji Sung.
“Aku tidak sejahat
yang kau kira. Aku bukanlah perakit boom dan penghancur kehidupan umat manusia.
Aku bukan makhluk sejahat itu. Lagian dalam agama kami , kami dilarang membunuh
orang. “
“Didalam agamaku
juga. Apa hukuman seorang pembunuh dalam agamamu? “ Tanya Cha Ji Sung.
“Nyawa dibayar Nyawa”
kata Suhail tajam namun akhirnya tersenyum. Membuat Cha Ji Sung terdiam.
“Santai saja aku
tidak makan orang” tanya Suhail dengan bijak sana.
“maaf temanku ini
cerewet”
“aku terdiam bukan
karena mengejek agamannya. Itu memang bagus. Harus dilakukan. Nyawa dibayar
nyawa. Beda dengan hukum diseluruh dunia. 15 Tahun-16 Tahun 70 tahun, hah
kurasa itu tidak akan memberikan efek jera. Justru pembunuhan semakin lama
semakin banyak. Bukankah itu hukuman yang sangat adil?”
Suhail tersenyum. Kim
Dan Tee tersenyum sambil menjitak kepalannya.
“kalian adalah
tamuku.. jadi, kalian aku beri makanan gratis”
“Sinca Yeo?”
“Rendang.
Aku mau rendang”
dia dosen yang hampir terlupakan . berkat Cha Ji Sunglah dia bisa mengingatnya kembali. Suhail Al-Malik
Komentar
Posting Komentar