A little Piece Of Heaven Part 9

Bayangkan kawanmu rahasianya pada akhirnya terbongkar. Bayangkan kawanmu itu diam-diam menyembunyikan kebenaran yang ada. Bayangkan kawanmu telah membohongimu, apa yang kamu rasakan? Sakitnya luar biasa kawan. Seakan-akan mereka telah menusukmu dari belakang. Morgan menunduk ditengah keramaian orang-orang yang menyaksikan penangkapan seorang mahasiswa, serta pembunuhan misterius dengan cara amat mengenaskan. Dia frustasi dan menyudut sendirian. Semua orang perlahan-lahan bubar. Kejadian-kejadian mengejutkan membuat orang-orang berfikir kejadian ini hanyalah sebuah skenario film yang bertemakan pembunuhan. Tapi ini adalah realita yang pahit. Novi baru menemukan pelakunya hari ini. Dia mengelus dadanya. Dia teringat bagaimana orang tua Adume bolak-balik ke kantor polisi. Menangis-nangis memohon keadilan, sampai ibunya Adume gila. Alasan dia masuk kekampus ini selain untuk keadilan Adume, dia ingin mewujudkan mimpi Adume. Yah, walau mimpi yang indah-indah itu telah sirna, tapi mimpi harapan yang lain masih bisa diwujudkan. Bella menyaksikan Novi yang diam saja.

Pasti dia shock berat setelah mengetahui semuanya. Bella paham betul bagaimana perasaan Novi saat ini. Sama seperti abangnya dulu yang kehilangan Chika. Hanya saja, posisinya pelaku sudah ditemukan. Dan ini belum ditemukan. Ketika Bella menyaksikan Novi yang diam, Karmi dan Seggaf datang menghampiri mereka berdua. Saat Novi diam, tiba-tiba Novi mulai sesegukan. Novi menangis karena kenapa baru sekarang mereka ditemukan? Terpikir olehnya bagaimana perasaan ibunya Adume kalau dia sudah menemukan pelaku anaknya. 

"Hiks..!hiks...hiks..hiks.." 

Novi menangis. Badannya bergetar dengan posisi berdiri. Bella datang memeluk kawannya itu. Kini Novi menangis dipelukan Bella. Karmi juga ikut memeluk adik tingkatnya. 

"Menangislah dik...menangislah" kata Karmi. Karmi ikut menangis pula. Dia membayangkan andaikan dia diposisi Novi, kehilangan orang yang dia cintai dengan cara yang tak pantas, lalu pelakunya baru muncul sekarang, pasti dia kesal. Novi ini pasti dia masih kesal.

Dari sudut tak terlihat, seorang pria dengan memakai jacket biru dalaman hitam, menatap kerumunan wanita yang saling merangku satu sama lainnya. Namun, pria yang tak terlihat itu matanya menatap 1 tujuan. Gadis yang dipeluk mereka. Dia rindu dengan gadis itu dari kejauhan. Gadis yang mengisi hari-hari semasa hidupnya. Dia mendekat perlahan untuk menggengam tangan yang perna ia sentuh dulu. Tapi dia kini hanya sekedar bayangan. Bahkan bayangnya, tak bisa menyentuh kulit seseorang yang pernah dia cinta. Dia sangat rindu pada gadis itu. Adume diam-diam datang untuk menatap Novi dengan wujud asli sebelum ia terbunuh. Tapi meskipun begitu, Novi tak bisa menatap wajahnya untuk saat ini. Dia merasa bersalah karena meninggalkan Novi sendirian. Ia melihat perjuangan Novi dari kejauhan demi dirinya. Cinta itu tulus yang mungkin tak akan bisa dia ganti mengingat posisi mereka saat ini, sudah berada ditempat yang berbeda. Jalan satu-satunya adalah menjaga Novi dan orang-orang jahat. Ketika sedang di peluk, salah satu diantara mereka yang memeluk Novi, ada yang menatapnya. Seorang gadis berkacamata bisa melihatnya. Ketika orang itu melihatnya, Adume kemudian menghilang bagaikan serpihan debu.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kekasihnya yang sendirian, dia masih bisa mendengar jeritan hati Novi bagaimana gadis itu mencintainya. Disebuah tempat, dia duduk dipendopo dalam bayangan, dia merenung sambil mendengar lagu unwind the chainsaw. Kenangan manis yang telah terukir, mungkin akan jadi cerita tersendiri bagi hubungan mereka berdua yang tak lepas dari kasih dan sayang. Rasa cinta yang sederhana dan terkesan tak berlebihan, membuat ia membawa perasaan gadis itu sampai kealam baka. Andai ia masih hidup mungkin ia tak akan mengalami perundungan hebat. Kekasihnya menjadi pendiam semenjak ia pergi.

Kini semuanya bubar. Novi kembali masuk ke dalam kelas bersama teman-temannya. Dia akan mengawasi Novi dimanapun dia berada. Ia akan menjaga Novi kalau terjadi apa-apa meski Novi tak bisa melihat dirinya. Hanya dengan cara ini dia bisa membalas cinta yang amat besar. Selama hidup ia belum bisa melakukan apa-apa.

Saat ia termenung, ada seseorang menghampirinya. Adume menghadapkan wajahnya kebelakang. Orang itu menatap wajahnya dengan wajah tak percaya. Siapalapagi kalau bukan pak Malta. Sedari dia memarkirkan motor, ia melihar bayangan sama-samar yang ia kira itu sinar mentari yang menghampiri Novi. Lalu sinar itu berpindah ke pendopo. 

"Sudah lama kita tidak bertemu kamu Adume" kata Pak Malta.

"Pak Malta"

Mungkin orang melihat pak Malta seolah-olah dia berbicara sendiri. Dia mengajak Adume kesuatu tempat yang sepi supaya pak Malta tidak dicap sebagai orang gila. Ia mengajaknya disebuah atap dari gedung fakultas. Beberapa menit kemudian, Malta menatap Adume memakai pakaian terakhir kali ia bertemu dengan bocah ini.  

"Adume...pacar kamu kuliah disini ya? Dia sangat cantik dan baik hati." Kata Pak Malta. Sebenarnya dosen muda ini tertarik dengan Novi. Akan tetapi, Novi masih cinta dengan Adume.

"Saya sedih melihat dia berjuang mencari keadilan atas nama kamu. Kamu beruntung sempat bersamanya semasa hidup. "

"Saya beruntung. Apalagi lebih beruntung kalau ada seseorang pengganti saya yang bisa menjaga Novi. Kalau saya, pasti tak akan bisa lagi disisi Novi" kata Adume.

Pak Malta bingung menatap Adume ketika ia berbicara padanya.

"Apakah pak Malta jatuh cinta padanya?" Tanya Adume sambil tersenyum. Pak Malta diam saja.

"Kalau tertarik juga tidak apa-apa" imbuh Adume.

"Saya kalau bilang ia, saya merasa telah mengkhianati kamu"

"Itu bukan pengkhiatan. Bagi saya, bapak berhak menyukainya untuk saat ini dan seterusnya. Lagian bapak belum menikah dengan siapapun bukan? Apalagi bapak ganteng perempuan mana yang tidak suka" ucap Adume tersenyum.

"Adume..."

"Saya merasa lega kalau ada yang menggantikan saya untuk menjaga Novi. Sekarang kami berada di alam yang berbeda, dan itu tak akan mungkin saya bisa memeluk Novi seperti dulu. "

"Tapi cinta kekamu memeluk erat dirimu dimanapun  kamu berada. Dia menangis saat dia bertanya tentang bagaiman kamu bisa tewas seperti itu. Dia sangat menyayangi kamu, sampai dia menangis sepanjang hari mencari bukti kebenaran yang terjadi. Dan kamu tau, satu orang telah mengakui perbuatannya kareba dia membunuh kamu" kata Pak Malta panjang lebar.

"Ada 13 orang yang membunuh saya pak. Kiran, Gani, Ghea, Kevin, Murphy adalah salah satunya pak. Dan diantara 13 orang itu bisa selamat jika mereka jujur dari hati. Murphy akan saya selamatkan karena dia jujur. Dia tidak akan saya bunuh seperti yang saya lakukan pada 4 orang lainnya. Mereka menutupi kasus saya dengan menyogok polisi oleh uang"

Malta kemudian terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh hantunya Adume.

"Siapa yang ngebunuh kamu?"

"Ganknya Morgan. Tapi si Morgan tidak terlibat dalam pembunuhan itu. Suruh Morgan bertanya kepada mereka, untuk membuat teman-temannya mengakui. Jika tidak, maka teman-temannya selain Murphy tidak akan selamat dan mati didanau satu persatu" kata Adume. 

Setelah Adume mengutarakan semuanya, dia menghilang bagaikan serpihan debu. Lalu serpihan debu itu menyatu dengan awan. Adume datang kembali tak hanya menyampaikan kerinduan. Tapi juga melancarkan balas dendamnya.
--------------------------------------------------------- 
Morgan menyendiri ditempat duduk paling sudut. Dia hanya termenung sambil membaca komik yang ia beli ditengah jalan. Dia membaca komik dihalaman yang ia tandai. Dihalaman yang awalnya kosong mendadak tersisi, dimana dua orang temannya sebelum ia mati bahkan sesudah ia meninggal. Tragis memang. Tapi, ia tak melihat kisah Murphy tertangkap tidak ada. Diam-diam, Dani memperhatikannya. Ketika langkah Dani terhenti, Seggaf menyentuh pundaknya.

"Dani kenapa lu berhenti?"

"Sepertinya Morgan tau kenapa kawannya perlahan-lahan mati konyol. Mungkin dia membaca itu" kata Dani mulai mengerti kenapa Morgan mengamuk tadi pagi.

"The Little Piece Of heaven? " Seggaf membacanya dari jarak jauh.

" gue kira dia itu ngafal lirik lagu. Nyatanya nggak sama sekali. Coba kita tanya yuk"

"Tapi kita sama Morgan kan gak dekat"

Mereka mendekat kepada Morgan yang dia bergetar hebat kala menyaksikan halaman terakhir. Selebihnya halamannya kosong. Ketika Morgan selesai membaca, dia kaget melihat 2 orang berdiri didepannya. Dani memberanikan diri buat bertanya.

"Buku apa yang lu baca?" Tanya Dani.

"Gak ada urusannya sama lu"

"Sepertinya buku yang lu baca ada urusannya sama gue"

Morgan menatap tajam Dani. Morgan kemudian pergi.

"Sepertinya buku itu tentang Adume."

Langkah morgan terhenti dia diam. Dia menghela nafasnya. 

"Apa mau lu?"

"Mau gue? Maksudnya?" Tanya Dani.

"Apa lu sekarang mau ngejek gue? Karena gue punya teman pembunuh?" Tanya Morgan menatap mereka berdua dengan tajam. Seggaf kemudian jadi penengah. Karena tatapan mereka seolah-olah ingin berkelahi.

"Kita gak ngejek lu bang. Cuman kita sekarang berada di lingkaran yang sama. Hanya saja kita udah menyelidik tentang Adume terlebih dulu. Tenang dulu bang" kata Seggaf

"Gue tau lu terpukul karena apa yang lu rasain sekarang"

Morgan seperti hilang akal. Dia masih tidak mengerti. Dia menatap Dani dan Seggaf dengan tatapan bahwa dia tak percaya apa yang dia alami.

"Gue gak percaya ini bisa terjadi. Aduh" dia mengacak-acak rambutnya.

"Gue pengen berkhianat gak bisa"

"Berkhianat?"

"Gue gak mau punya kawan yang gak jujur. Mereka mengkhianati gue. Gue udah kek orang gila sekarang. Apa yang menyebabkan mereka seperti itu? Kenapa mereka harus begitu sama gue?"

Kata Morgan dia seperti menahan airmatanya. Dia menangis sembari menyesali apa yang terjadi pada kawan-kawannya. Murphy sudah menyerahkan diri ke-polisi. Dani dan Seggaf yang awalnya tegak pinggang mulai bersimpati pada Morgan. Mereka duduk disamping Morgan yang sekarang sudah kusut dan kacau. Dalam hati, bila ia tak salah memilih teman mungkin semua teman-temannya tak bakal mati.

Dani mengambil komik yang dimiliki Morgan. Kemudian dia membacanya lembar demi lembar. Dia membuka halaman pertama satu persatu. Ternyata, komik itu menggambarkan dimasa yang kini. Lembaran terakhir lebih membingungkan. Kenapa kosong?

"Kenapa lembaran kosong?" Tanya Dani heran.

"Lembaran itu akan muncul sendiri ketika kita tau siapa pelakunya" kata Morgan. Dani melihat lembaran kosong itu. Perlahan-lahan tinta nya muncul sendiri. Dani kaget dan menghempaskan buku komik itu.

"Kenapa?" Tanya Morgan ketika buku komiknya dibuang begitu saja. Seggaf yang awalnya melihat Dani sejenak, lalu melihat lembaran kosong itu perlahan memunculkan tinta dengan sendirinya, dengan menggambarkan suatu kejadian yang akan terjadi. Mereka melihatnya sejenak. Seggaf terheran-heran, lembaran kosong itu memunculkan kejadian komik yang akan terjadi dihari esok. Setelah selesai, mereka mendekat ke komik itu. Kemudian Morgan mengambil buku komik tersebut dan membacanya. Setelah dilihat-lihat, ternyata komik tersebut menampakan seorang gadis yang berjalan kearah sebuah jalan setapak. Gadis itu seperti dirundung oleh rasa penyesalan ketika dia memegang sebuah sapu tangan penuh darah. Didalam ceritanya, gadis itu ingin seperti Murphy yaitu menyerahkan diri kepolisi, dan gadis itu mengunjungi sebuah makam dan dia menangisi semua perbuatannya. Gadis itu kemudian mengeratkan janji bahwasannya, dia akan mengunjungi makam Adume setiap. Mereka membuka halaman berikutnya. Bahwasannya, dia akan menyiramkan air wangi membawa 1 buket bunga mawar yang sangat besar berwarna putih dan merah. Nama gadis itu tidak tertera dalam komik tersebut.

Mereka bertiga membuka lagi pada halaman berikutnya. Seperti biasa, komik dengan lembaran kosong itu memunculkan adegan yang bersetting disebuah koridor kampus. Pria itu nanti malam akan mengunjungi sebuah tempat prostitusi yang sering ia kunjungi. Dilihat wajahnya itu seperti wajah Karel. Tapi Karel pergi ke tempat prostitusi laki-laki dimana dia menyaksikan laki-laki menari erotis hanya dengan menggunakan celana dalam. Sosok wajah seperti Karel ini memeluk orang tersebut kemudian dia membuka bajunya dengan riang. Dihalaman berikutnya, ketika Karel ingin menyatukan vitalnya dengan vital laki-laki itu, dia kemudian ditarik secara misterius dan lehernya menggantung dengan posisi tertusuk paku. 

Mereka bertiga menutup buku komik itu. Dani dan Seggaf mulai mulai menatap Morgan. Morgan seperti menyadari rahasia teman-teman dibelakangnya. Ternyata, kawan-kawannya tak hanya Kevin saja yang menyimpang. Tapi Karel juga. Dadanya terasa sakit. Lalu tiba-tiva dibuku itu muncul sebuah tulisan "jika kamu tidak membujuk Karel pergi kesana, maka dia akan mati".

"Mor, lu harus nyelamatin kawan lu Mor. Kalau nggak, dia nggak punya kesempatan buat nembus dosanya" Kata Dani membujuk.

"Bener...cari dia sekarang. Dimana kek!" Kata Seggaf.

Morgan kemudian meninggalkan mereka untuk mencari Karel. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Farel berulang kali menghapus video didalam ponsel miliknya. Tapi semakin dihapus, ketika dicheck tak bisa dihapus. Video itu berisi ancaman besar dari Adume. Dia semakin takut dengan video ancaman itu.  Makin lama ia semakin frustasi. Apa yang harus dia lakukan? Bahkan akibat menghapus file tersebut, perlahan-lahan data diponselnya tidak terbaca diakibatkan file video tersebut adalah virus. 

Ketika ia dalam kefrustasiannya, ia dihampiri oleh Karel. Karel selalu duduk berada disamping Farel ketika semua orang tak ada disamping mereka. Mereka berdua duduk sambil menunggu hasil autopsi dari pihak rumah sakit hasil dari penyebab kematian Egi dan Kevin. Farel, selalu dirangkul mesra oleh Karel. Tapi Farel selalu menepis tangannya Karel, karena ia bukan homo. Karel mengelus pahanya Farel didepan suster yang lewat. Membuat ia harus pindah tempat duduk. Melihat ini, Karel cemberut dan meninggalkan tempat.

Karel keluar dari koridor rumah sakit. Sebenarnya, Karel ini adalah penyuka sesama jenis pula sama dengan Kevin. Kevin tergila-gila sama si Egi sampai mereka berulang kali berhubungan badan. Karel yang selama ini diam-diam menyaksikan persetubuhan Kevin dengan uke-nya, dia akan melarikan diri kekamar mandi, lalu mengelus 'anak kesayangannya hingga mencair'. Meski dia sering melihat Kevin seperti itu, dia membayangkannya bukan bersama Egi. Melainkan bersama Farel. Dia ingin Farel jadi uke-nya.

Farel memiliki wajah yang sangat indah. Sehingga pertama kali ia melihat, kalau Farel itu adalah cewek. Ternyata dia adalah seorang laki-laki. 

Karel kemudian keluar dari ruangan rumah sakit. Lalu ponselnya berbunyi ketika ia keluar. Ternyata itu adalah panggilan dari Morgan. Karel kemudian mengangkat televon.

"Halo??" Tanya Morgan.

"Halo. Lu kenapa gak datang kesini ha?" Tanya Karel.

"Karel lu dengerin gue. Gue nelvon elu karena gue pengen menyelamatkan elu."

"Menyelamatkan? Memang ada apa sampai elu mendadak jadi pahlawan kesiangan begitu? Morgan semua orang sibuk memperhatikan Egi dan Kevin. Dan elu sibuk sama urusan elu sendiri"

"Dengerin dulu omongan gue, diantara teman-teman sudah banyak yang mati. Gue gak mau kehilangan teman-teman gue lagi. Selamatkan diri kalian sebelum Adume benar-benar menyerang kalian. Gue tau, lu udah ngebunuh Adume kan? Kenapa? Kenapa kalian harus membunuh dia?"

Mendengar itu Karel sangat marah. Karena ia merasa bahwa itu adalah bentuk sebuah penghianatan.

"Kenapa lu nyuruh gue ngaku? Kalau gue gak mau, elu mau apa?"

"Karel, kejujuran itu menyelamatkan elu dari kehidupan. Elu harus jujur Karel ! Gue mohon sama elu" ucap Morgan dengan nada memohon. Mendengar itu, Karel bingung kenapa Morgan bilang begitu.

"Sebenarnya ada apa sih sampai elu mohon-mohon kek begitu ha?" 

"Mungkin kalau gue ceritakan lu gak bakal percaya. Gue menemukan sebuah buku dimana tintanya bermunculan sendiri. Dan dikomik itu menampilkan setiap chapter pelaku pembunuhan Adume. Gue mohon, lu kesini deh temuin gue."

"Gak bisa ! Gue sibuk !"

Komentar