The Five Breakwater 12

Magek kemudian pergi bersama dengan Sambadewa. Sementara adiknya, Dama menjaga hotel bersama dengan Monra.  

"Kamu jaga tempat ini. Kalau ada tamu penting, kamu gantiin ajo buat ngomong sama mereka."

"Ia bang"

"Ajo pergi dulu sama Sambadewa. Berkemungkinan bakal lama, oke"

"Yo beko awak jagoan tampek ko. Ajo tanang jelah ( ya, nanti saya jagain tempat ini. Abang tenang saja)"

"Lah den pai lu. Jan kama-kama ndak? (Sudah, saya pergi dulu. Jangan kemana-mana ya?)"

"Io,io (ia, ia)"

Magek dan Sambadewa kemudian masuk ke dalam mobil. Sementara Dama dan Monra tinggal di hotel yang harus mereka jaga. Ketika mobil akan berangkat, Dama memperhatikan Magek dengan penuh senyuman sekaligus dia melihat  ada yang ganjil pada diri abangnya. Ia tahu, Sambadewa adalah sosok siluman, begitu juga ia dan Monra. Sambadewa adalah siluman wanita yang sampai sekarang, diagungkan oleh penduduk bunian karena kecantikannya.  Tidak biasanya, abangnya itu pergi dengan beberapa wanita yang ada di tempat tinggal, di mana mereka berasal. 

Monra juga demikian. Ia teringat,  betapa antinya Magek ketika ia bersentuhan dengan beberapa makhluk halus, yang mencoba menyentuh tangannya.

Ia teringat kejadian 600 tahun silam. Saat itu Magek memintanya mengantarkan surat kepada salah kepala suku penempa pedang. 

Tanpa sengaja, ia melihat seorang dewi dengan badan kelap-kelip datang menghampirinya. Magek Jobang adalah siluman Harimau, bila ia berubah menjadi sosok manusia, dia memiliki ketampanan yang dapat membuat para dewi melakukan apa saja.
Setiap abangnya melihat entah itu siluman wanita, atau seorang dewi yang hendak ingin menyentuhnya, ia langsung tepi tangan wanita itu dengan wajah yang amat masam. Tangannya lesek seperti manusia lenjeh, membuat ia memandang bahwa mereka tidak punya harga diri. Sampai waktu itu, Monra melihat bahwa inyiak sampai berkelahi lantaran wanita itu ingin sekali menyentuhnya.

Mengajaknya tidur, bahkan ada yang hampir memberikan teror berupa kiriman hantu suluah. Tetap saja, namanya raja hutan pasti kebal akan semua itu. 

Tapi beda ketika ia melihat Magek berpapasan dengan Sambadewa. Ia teringat, saat ia dan inyiak sedang membawa semangkuk lapek isi kelapa yang diwarnai dengan gula enau (lemper), langkahnya mendadak terhenti. Bahkan matanya tidak berkedip sama sekali, ketika ada wanita itu. Sampai-sampai tanpa sadar, pada saat mereka berdua melanjutkan langkah kaki mereka, Magek tersandung batu.

Ia melihat sendiri kejadian itu. Bahkan semua lemper yang dimasak, berserak ke bawah.

"Woi, kenapa kamu bengong Monra?" Tanya Dama sedari tadi melihat kawannya yang senyum-senyum sendiri.

"Uhm! Tidakkah kamu curiga Dama, perlakuan ajo kamu terhadap Sambadewa?"

"Memangnya kenapa? Toh, mereka juga berteman."

"Aku tidak yakin, inyiak menganggap Sambadewa adalah temannya."

"Maksudnya?"Dama mulai tidak mengerti.

"Inyiak itu, selalu berpapasan dengan siluman dan dewi-dewi yang cantik jelita. Tapi,   pandangannya tertuju pada Sambadewa. Tatapannya itu beda. Apakah abang kamu menyukainya? Aku rasa, ia"

"Ku fikir, aku saja yang merasakannya. Tau-tau kamu juga demikian."

"Tatapannya itu mencurigakan ketika ada Samba. Nah, ini yang membuatku bertanya-tanya. Inyiak tu pernah tajilapak nampak di awak, maso tu kapalo suku penempa pedang baralek gadang ( aku lihat Inyiak pernah terjatuh, pada saat kepala suku penempa pedang pesta besar)"

Dama terkejut, kakaknya yang kesannya bak pria anggun dan terhormat pernah terjilapak juga ternyata. 

"Jatuh kenapa?"

"Biasalah, melihat Sambadewa." Ujar Monra menceritakan fakta yang ada.

Kenapa dia terjatuh karena melihat Sambadewa? Apakah mungkin? Kakaknya beneran kepincut dengan pesona wanita yang sedang ia bawa? Tapi kalau beneran ia, baguslah. Karena baginya kakaknya itu anti yang namanya hal-hal berbau romantisme. Bahkan ketika membicarakan tentang kecantikan para dewi diseluruh negeri, pasti auto mengamuk.

Tapi kenapa dia melihat Sambadewa, dia sampai terjatuh? Dia harus melihat ini. Gerak-gerik kakanya, harus dia perhatikan dari sekarang.
-------------------------------------------------------------------

Wanita itu satu mobil dengannya. Dia sedang melihat foto wanita lainnya, yang tersenyum manis sambil memasang wajah yang amat sedih. Sambadewa menatap foto Aul, yang sedang tersenyum merekah seperti tidak ada beban sama sekali. 

Bagaimana bisa dia setegar ini? 

"Kamu kenapa menatap foto Aul lama-lama?"

"Ah, dia masih bisa senyum ya. Padahal kisah dibalik hidupnya menyedihkan. Inyiak, dimana Inyiak menyembunyikan Zainal?"

Magek tidak bisa memberitahu di mana dia berada. Untuk saat yang bisa dia lakukan adalah, merahasiakannya sebelum Sambadewa ditugaskan untuk menjaganya. Bukannya ia tidak percaya, hanya saja belum waktu yang tepat untuk menjelaskan semua itu.

Dari raut wajah Magek Jobang, Sambadewa melihat bahwa tuannya sedang mengalami gangguan masalah kepercayaan dengan orang-orang. Tapi, ia tidak mengambil pusing. Bisa jadi inyiak tidak memberitahunya lantaran, ia takut kalau suatu saat Puti Salati bisa mengikuti kemana gerak langkahnya.

Cinta Puti itu terlalu kuat. Ia sudah berusaha mengajak kawannya itu untuk melupakannya. Ia pernah sekali bertemu dengan Zainal. Akan tetapi, bukan keromantisan yang ia lihat, melainkan sikap Puti seperti perempuan Yandere. Setengah psikopat, penyayang, tapi rada gila. 

Ia ingat alasan Puti menahannya di dunia mereka, lantaran ia beranggapan bahwa Zainal adalah pria bejat yang suka membuang kondom dimana-mana. Padahal, setelah ia cari fakta kebenarannya, pria itu adalah pria yang rajin sholat.

Ia pernah melihat Zainal yang sholat diatas pelepah pisang yang masih hijau daunnya. Ia mengambil posisi berdiri sambil menangis dengan airmata yang tak dapat ia bendung. Ia datang membawa makanan yang ia masak di mana semua bahannya berasal dari dunia manusia.

Paling menyedihkannya lagi, ia mendengar dari doa-doanya bahwa ia tidak bermaksud menduakan Tuhan pencipta semua makhluk. Melainkan, dia di racuni dengan senandung pengundang  makhluk nyata ke dunia yang mungkin ini hanyalah sebuah ilusi dalam sebuah film. Dalam persembunyiannya, Sambadewa ikut berdoa untuk mengadahkan kedua tangannya, seraya berdoa agar semua harapan Zainal untuk kembali bersama keluarganya kembali terwujud. 

Karena asyik bermenung, sampailah ia berada disebuah kantor dimana Sambadewa akan menjalankan misi dari inyiak.

Magek memarkirkan mobilnya, kemudian mereka berdua turun setelah kendaraan itu mulai terparkir. Semua orang yang lalu-lalang menatap mereka dengan terkesima. Gaya mereka bak selebriti, menyebabkan ia tidak bisa berkata apa-apa.

Pakaian bermerek yang dikenakan, dapat berkali-kali menahan sakitnya rakung akibat menelan liur sendiri. Harga baju mereka, seakan bisa membeli rumah perumahan, dengan harga satu rumah kompleks perumahan.

Mobil mereka jauh lebih klasik dan unik.

"Siapa mereka?"

"Apakah mereka pengusaha?"

Paling uniknya, mereka terlalu indah untuk seukuran manusia. Mereka tampan dan cantik khas orang Indonesia, tapi rahang wajah dari lelaki berambut gondrong sangat tegas, meskipun ditumbuhi bulu-bulu dengan mata yang sayu tapi memiliki sorot tajam dan dalam.

"Wah, yang cowoknya bikin aku meleyot"

"Cakep banget"

Mereka berdua menyita perhatian. Bahkan ketika mulai memasuki ruang pintu utama administrasi, ia membuat terkesima para pelayan. Kalau kata orang, visual mereka ber-damage bukan main. 

"Ada orang yang sekarismatik begitu?"

Mereka mulai tidak percaya dengan apa yang dilihat.  Jalan mereka bak model dari laki-laki dan perempuan. 

Sementara itu, di antara orang-orang yang menatap dengan decak kagum yang terlalu berlebihan, ada seorang wanita yang keluar sendirian merasakan hawa yang aneh sambil membawa cemilan yang baru saja dia dapatkan. 

Wanita itu adalah Aul. Dia melihat 2 orang laki-laki dan perempuan yang jalannya bak pragawan dan pragawati yang berjalan diatas catwalk.  Aul merasa, ada sesuatu yang aneh. Ia mencium bau yang tidak asing terasa di hidungnya. Hatinya terus bergumam, sampai ia teringat akan sesuatu. Masa kecilnya. Ini bau kentang goreng. Dia lihat kedua-duanya. Wajah mereka tampan dan cantik, tapi tidak seperti ukuran manusia.
'

POV 1 AUL:

Apa ini? Kenapa langkahku terhenti kepada dua orang satu ini? Pancaran aura yang mereka keluarkan tak seperti manusia pada umumnya. Satu pria ini tampan, tapi dia memiliki sorot mata seperti macan walau terlihat memiliki lipatan mata ganda yang begitu kentara. Sementara sang wanita, memiliki rambut yang halus, bagaikan benang sutra yang tersurai bergitu indahnya.  Apakah mereka manusia?

Ku cium wangi yang tidak asing rasanya bagiku. Aku melihat salah satunya, wajah sang wanita terasa familiar dibenakku. Mereka bagaikan sinar rembulan yang amat terang benderang. Bersusah payah orang memakai skincare untuk perawatan wajah, mungkin kalau melihat mereka orang-orang akan insecure setiap hari

End POV:
Aul terpana dengan mereka. Keindahan mereka mengalihkan dunia, yang mungkin bakal membuat pria dan wanita akan susah kembali pada dunia marcapada.

"Aku yang gila ini"  Ujar wanita itu dengan dalam hati kecilnya, seperti serasa tidak masuk akal rasanya ada manusia sekeren itu.

Diam-diam Magek melihatnya. Dalam hati kecilnya, dia sudah membaca bahwa itu adalah adiknya Zainal. Garis wajahnya ada yang mirip.

"Kamu sudah lihat adiknya Zainal?"

"Oh! Sudah."

Mereka datang menemui direktur utama terlebih dahulu. Untuk melamar pekerjaan.

Terdengar, samar-sama ia mendengar keduanya membicarakan suatu nama yang rasanya tidak asing di telinganya. Tangannya gemetar hebat, dan dia hanya termanggu begitu saja.

Aul mencoba mengejar orang itu, tapi mereka sudah masuk keruangan staf. Jika ia nyelonong masuk begitu saja, tandanya ia sangat tidak sopan.

Ia kemudian masuk ke ruang kerja. Pikiran Aul seakan bertanya-tanya siapa mereka sebenarnya. Ia tidak percaya awal mula seseorang ketika mereka membaca sebuah legenda, ada kalimat bak dewa-dewi kahyangan, itu hanyalah mitos dari mulut ke mulut. 

Namun ternyata, ia sudah melihatnya. Mereka berdua memiliki visual yang amat kuat. Bukan untuk menjadi seorang idol, melainkan pemimpin dengan keindahan yang paripurna.

"Saya tidak pernah melihat ada orang yang cantik dan tampan, melebihi standar manusia normal. Kalaupun mereka ingin tampil cantik, pasti operasi plastik. Apakah mereka makhluk nyata? Style mereka begitu kontemporer sekali. Yang laki-lakinya memakai baju yang biasa dipakai laki-laki pas baralek. Ini malah dipakai seperti baju sehari-hari dengan kalung itu" Aul berbicara sendiri.   Ia melihat dia tidak memakai penutup kepala, dan dibiarkan rambut gondrongnya tergerai acak begitu saja.

Hingga tanpa sadar, tangannya ditarik oleh seseorang yang ia tidak tau itu siapa. Rupanya itu Intan. Dia tampak seperti perempuan kasmaran. Matanya berbinar-binar, menandakan ia pasti sedang jatuh cinta. Ia kemudian melompat-lompat seperti perempuan, yang baru saja bertemu dengan artis Idolanya. Bahkan ia tak segan menunjukan sikap perempuan, yang malu-malu, uhm! Lebih tepatnya malu-maluin.

"Kenapa kamu? Kaya cacing kepanasan gitu?"

"Tadi ada cowok gondrong, pakai baju ampulai tapi serba hitam semua. Cuman style itu agak sedikit campur kaya oppa-oppa Korea gitu. Cakep banget gila" Ujar Intan yang mulai pipinya bersemu merah.

"Oh, cowok tadi? Ia gantengnya emang diluar nalar." Ujar Aul yang menanggapinya dengan jujur, tapi dengan raut wajah biasa saja.

"Ia. Yang ceweknya juga cakep" kata Intan juga harus mengakuinya secara sportif.

"Kamu pernah baca dongeng gak? Di mana setiap prolog di awali 'pada suatu hari hiduplah sepasang suami istri, dari kalangan dewa-dewi turun ke bumi"

Mendengar itu Intan mendadak menjadi orang yang bingung. Kenapa pembahasannya berubah tentang pembukaan ketika orang membaca legenda?

"Legenda atau Hikayat gitu"

"Kamu kenapa nanya hal yang gak penting gitu sih?"

"Bukan gak penting. Tapi aku ngerasa ada yang aneh aja gitu. Masa ketampanan dan kecantikan mereka very-very unpoint. Gak masuk  akal gitu. Bukan iri sih, tapi aku mengakui mereka itu kulitnya pucat tapi bersinar gitu. Aneh banget ya"

Intan mencoba mencerna apa yang di ucapkan oleh Aul.  Biasanya, apa yang di ucapkan oleh temannya, pasti ia merasakan aura atau jiwa ghost detector-nya pasti bangkit. Dia sangat kena siapa kawannya ini.

Bahkan dia hampir terjebak ke dunia lain dalan waktu seminggu.

Namun Intan berusaha tersenyum dan mengajak kawannya itu, untuk berfikir secara positive.  Ia yakin mereka berdua itu benar-benar manusia.

Lalu kemudian, mereka berdua keluar dari suatu ruangan dengan penampilan yang kembali begitu amat menyita. Aul merasa mereka itu adalah Dewa-Dewi yang turun dari kahyangan. Keindahan yang tak bisa dimunafikan, membuat ia sangat penasaran dengan mereka berdua.

Terlebih lagi mereka menyebut nama yang sangat tidak asing di telinganya. Sebuah nama yang menghilang entah kemana, yaitu Zainal

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sambadewa dan Magek kembali menuju ke dalam mobil. Mulai besok, ia akan mengantarkan Sambadewa ke tempat kerjanya. Ia langsung diterima lantaran Sambadewa, memang memiliki kemampuan dalam membuat artikel yang baik

Setelah itu ia mengajak Sambadewa ketempat khusus. Yaitu ke pulau Mande melewati jalan tikus di mana portalnya sudah di buat oleh Magek. 

Biasanya,  dari Padang menuju pulau Mande sekitar 1 jam setengah, namun ini serasa seperti 10 menit lantaran sebuah pusaran yang berputar seperti air ia masuki. Sesampainya di sana, mereka menikmati indahnya pantai di mana banyak terumbu karang. 

Pulau Mande terletak di Tarusan antara Painan dan Padang. Jalannya masih kelihatan sangat kurang memadai pada saat ia pertama kali, berkunjung ke sini. Di sekira area ini juga ada homestay dan  jembatan menuju pondok terapung.

Magek memarkirkan mobilnya di sebuah kedai dan ia berhenti di sana. Setelah itu, mereka keluar dari dalam mobil.

"Wah!!! Keren"
Ucap Sambadewa dengan penuh decak kagum.

Diam-diam Magek memperhatikan  sambil mengunci mobilnya. Tatapan yang ia perhatikan diam-diam.

Kalau diperhatikan, wanita ini cantik sekali. Ia ingin mengakuinya, tapi dia malu lantaran belum saatnya sekarang. Magek kemudian sadar dari lamunannya.

"Inyiak, ayo kita  naik ke jembatan itu yuk. Kita foto-foto bareng"

"Aaayo"

Sambadewa dengan refleks mengandeng tangan tuannya itu. Bagaimanapun, status Inyiak adalah petinggi, entah kenapa ia merasa tidak sadar ia merasa inyiak yang dia gandeng, selayaknya kekasih. 

Mereka ini sebenarnya memiliki perasaan yang sama. Tapi mereka seperti takut. Sambadewa merasa sangat nyaman berada disekitar kehidupan inyiak. Jika inyiak tahu, bahwa pria ini bila jadi manusia seutuhnya dia itu sangat tampan.

Sorot matanya dengan lipatan mata ganda, membuat ia sebenarnya tidak bisa berhenti memikirkn inyiak  di mana aslinya adalah cinta pertamanya.

Bahkan saking terbawa perasaannya, ia tanpa sadar kepalanya bersandar dibahu inyiak. Entah apa yang dipikirannya, ia begitu nyaman.

"Eh! Kenapa kamu bersandar di pundak saya?" Tanya Magek yang menyadari itu. Sambadewa langsung sadar akan itu. Ia sangat lancang pada sosok paling disanjung oleh masyarakat Minang.

Mata mereka saling bertemu. 

Ia teringat pertama kali ia bertemu dengan Inyiak.  Saat itu, ia sedang berburu seekor burung. Ia memanahnya dari jarak yang amat jauh. Dibawah sinar matahari yang terang, seorang anak perempuan berusia 12 tahun menyaksikannya dari kejauhan, sedang memakan belimbing bintang. Waktu itu Magek berusia 27 tahun. 

Setelah ia berhasil menembak burung tersebut. Ia kemudian berlari dengan kecepatan yang diluar batas. Dia melewati sela-sela pepohonan. Bahkan ia terbang di depannya. Sejak itu ia mulai ada sesuatu yang aneh dalam hatinya. Belimbingnya jatuh taroroh dengan sendirinya. Sehabis dia menangkap hasil buruannya. Kemudian dia tersenyum seakan dia puas dengan apa yang dia dapatkan.

Senyumamnya itu, membuat ia sebagai dewi sebelum dinobatkan menjadi dewi masak, bertekad untuk dewasa secepatnya.

Perasaan yang tertahan selama ratusan tahun, dipulau Mande naluriah selayaknya manusia, Magek mencium pipi seorang dewi tertinggi. Lembut sekali sehingga membuat ikan-ikan dari berbagai sudut dilautan itu menyaksikan itu.

Wanita itu tercengang. Ketika ia hendak meminta maaf, ia mendapatkan sesuatu hal yang seperti ini. Magek bertindak selayaknya manusia yang melakukan sesuatu hal yang tidak wajar.

Atas tindakannya itu, dia kemudian terbangun. Dia meminta maaf kepada Sambadewa.

"Mamamaaf" dia menjauhkan wajahnya sambil memegang bibirnya, lantaran dia mencium Sambadewa. Bagaimanapun ia tidak boleh melakukan hal ini. Sambadewa bukan istrinya untuk saat ini.

"Sasaya yang minta maaf. Inyiak adalah atasan saya" ujarnya. Bahkan Sambadewa hendak ingin memohon bersimpuh. Tapi ia tidak memperbolehkannya.

"Jangan, gak boleh. Saya yang harusnya minta maaf"

Apa jadinya kalau perasaan mereka itu benar adanya? Apa yang terjadi setelah ini?

Mereka menganggap hal seperti ini seakan tidak terjadi apa-apa.

Dalam hati Samba, apakah inyiak mengajaknya berkencan?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Waktu demi waktu berlalu, Aul dan teman-teman lain sedang melanjutkan aktivitasnya sebagai seorang jurnalis. Saat ia sedang bekerja, ia sekilas melihat wajah abangnya yang terpampang disebuah foto, ketika ia sedang mendaki gunung.

Ia teringat pada saat ia mendaki di pulau Jawa, ada seorang pria tua renta yang datang menghampirinya.

"Ini apa Ki?"

"Kamu harus menjaga abang kamu dari orang-orang berbahaya. Abang kamu bakal dinikahi sama seorang perempuan, dari kalangan"

"Kalangan Jin?"

"Ia. Konon dia jauh lebih jahat dari pada kuyang di Kalimantan, tapi  mereka serupa. Kalau abang kamu ketangkap, keluarga kamu jadi taruhannya."

Pada saat itu ia sangat panik dengan apa yang dia dengar. 

"Jadi apa yang harus saya lakukan Ki."

"Kamu harus cari yang Magek Jobang. Dia adalah raja gunung pelindung orang tersesat. Dia bakal bantuin kamu untuk mengalahkan perempuan ini"

"Seperti apa rupanya Ki?"

"Dia tampan. Tapi usianya sudah mau memasuki 1000 tahun"

"1000 tahun?"

"Ia. Dia tidak pernah menua. Sebenarnya, abang kamu itu sudah beberapa kali tersesat dipegunungan itu. Akan tetapi, dia juga selamat berkali-kali berkat bantuan Magek Jobang"

Ia tersentak, saat ia mengingat pesan kakek dari tanah Jawa itu. Kenapa hal seperti itu tidak teringat olehnya?  

Ia malah menepuk kepalanya sendiri, seakan dia menjadi orang yang paling pelupa sedunia. 

"Kenapa aku baru ingat sekarang?" 

Tapi kemana dia harus mencari seseorang yang bernama Magek Jobang itu? Siapa dia? Namanya terdengar sangat klasik, seperti nama orang Minang zaman dulu.

"Harusnya aku nyari dia"

"Siapa?"

Tiba-tiba ada seseorang yang kembali mengejutkannya. Bos.

"Bos"

"Kamu jangan bengong mulu. Akhir-akhir ini, makhluk halus banyak berceceran. Nanti kamu yang akan jadi targetnya"

"Ia pak, maaf jadi saya ngelamun sambil ngelantur juga"

"Besok kamu bakal nambah satu personel lagi.  Di sini namanya, Rihanna Zubaida Pitopang"

"Hah?"

"Ia sukunya Pitopang"

"Ohh"

"Mulai besok dia akan bekerja disini. Oh ya, mulai besok juga kamu ada jadwal gladi resi di hotel Pangeran Ambacang. Kamu harus rekap semua kejadian yang ada. Hari selanjutnya, kamu ada jadwal menemui bapak gubernur. Dan ini adalah agenda yang sudah saya ketik, apa saja yang akan kamu lakukan sesudah ini"

"Ia pak"

Artikel yang harus dia buat, mulai ini harus di publish. Masalah tentang makhluk halus cepat sekali viral. Malahan berita politik menjadi urutan terbawah.

Hari ini dia menyetel lagu dari Howl Moving Castle Theme song. Lagu itu serasa ia  terjebak dalam dunia fantasi. Bos yang menjadi CEO tempat ia bekerja, adalah seorang pria yang sangat tampan. Dia selalu memperhatikan kinerja dari para karyawan. Namun, dia sering datang ke mejanya  Aul. Disinyalir, bosnya jatuh cinta padanya. Hanya saja, Aul yang tidak peka.

Ia masih berfokus pada sosok pria yang terpampang jelas, di dinding pembatas areanya bekerja.

"Pacar kamu ganteng juga" ujar bosnya itu dengan wajah yang sebenarnya ia cemburu.

"Bukan pacar saya pak. Ini kakak kandung saya"

Mendengar itu bosnya langsung bilang Oh! Karena takut, bos lalu pindah ke meja lain. Besok, ia akan kerja bertiga. Waktu demi waktu berlalu, malam ini ia akan pulang cepat. Jadi ia punya waktu bersantai. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sementara, di hotel. Dama mendapatkan tamu kunjungan dari pusat. Bahwa presiden akan datang untuk mengganti rugi semua kerusakan yang ada dihotel ini. Habis itu, selesai urusannya dengan presiden. Dama kembali keaktivitasnya semula, bersantai indahnya panorama dilantai 3 yang amat sepi.

Di sini bersama Monra, ia memintanya bergantian berfoto selfie untuk di upload di  akun media sosial.

"Sejak kapan siluman punya akun sosmed?"

"Sejak perkembangan teknologi yang sekarang tambah sudah menggila"

"Nanti aku bikin akun instagram pula"

Ia kemudian penasaran kepada Monra mengkhianati adiknya, yang dulunya  bangsa si bigau. 

"Monra"

"Uhm?"

"Kenapa kamu mengkhianati adik kamu sendiri?"

Pertanyaan yang amat sulit akhirnya terlontarkan pula.

Komentar