Attention: Cerita ini, hanyalah fiktif belaka.
Story By:Maina.
Bab 1.
Di sebuah daerah perbukitan, tampaklah sebuah kompleks, yang di mana berisi perumahan-perumahan dengan bangunan bergaya elite Eropa. Kompleks itu, terdiri penganut Kristen, yang di mana terbagi menjadi dua rumah. Konon, meskipun dalam satu ladang, atau dalam satu kawasan, gereja itu memiliki paham yang bersebrangan. Gereja pertama, memiliki pemahaman bahwa mereka tidak mengakui konsiliasi dari gereja Vatikan Roma (penganut koptik), satu lagi menganut Katholic roma dari Roma sendiri, maupun timur.
Entah bagaimana ceritanya, padahal penganut Koptik, hanyak 10 persen satu-satunya, dianut oleh rakyat Mesir. Mereka berada di Korea selama 10 tahun.
Dalam salah satu gereja, Maronit dan penganut Katholic Roma beribadah dalam satu gereja.
Seorang Romo bernama Benedict Shin, berdoa di sana setiap hari. Berkhutbah menyampaikan sejuta kebaikan yang diajarkan dalam kitab mereka. Benedict, memiliki banyak teman yang salah satunya ada seorang Syech, yang ia kenal dari Abdillah Al-Rasyid yang ia kenal ketika ia berada di Suriah.
Namun mereka terpaksa melarikan diri, karena ada peperangan yang terjadi. Sehingga mereka diasingkan ke negara lain. Benedict pulang ke kampung ibunya, yang berada didesa Hahoe, desa yang terkenal sangat Asri dan menjadi pusat para sutradara untuk membuat film, bergenre drama sejarah. Desa ini, memiliki beragam acara adat dan juga keagamaan.
Benedict Shin, memiliki tinggal disana. Ia selalu mengisi khotbah disana, bernyanyi lagu rohani, dengan begitu merdunya hingga katanya seperti nyanyian surga. Tapi itu tak mengurangi rasa keraguan yang sebenarnya, sudah lama menggerogoti pemikirannya. Setiap ayat yang dibacanya dalam kitab itu, pasti ada salah satunya yang hilang. Kadang, untuk mencari sumber kebenaran akan pedoman kebaikan, ia selalu bertanya kepada Syech yang menjadi imam di masjid Itaewon.
Sebenarnya ada 3 gereja yang berdiri dalan satu kawasan itu. Gereja yang satunya, adalah penganut kristen protestan Mennonit. Hanya bangunan tampilan depannya, tidak ada lambang salib yang menjadi simbol keras dari kubah mereka. Namun mereka memakai topi yang berasal dari ekor serigala.
Meskipun Koptik dan Maronit serta Roma bersebrangan, setiap perayaan natal selalu bersama-sama. Bahkan saling berbagi hadiah satu sama lain. Awalnya dalam perayaan hari-hari besar, kelompok gereja yang berada dibelakang selalu menatap mereka dengan amat begitu sinis. Sinis macam orang yang meludah begitu saja.
Entah apa kasamnya, Benedict selalu memperhatikan kelakuan mereka, sejak kedatangan mereka ditahun 2020. Awalnya mereka itu sangat ramah, dan cinta kasih sama seperti mereka. Namun, sesuatu yang tak difikirkan membuat ia bingung. Mereka semua mendadak menjadi tertutup.
Setiap hari, Benedict selalu melihat suster-suster dari dua gereja selalu diludahi oleh mereka.
Dalam satu komplex, seharusnya mereka tidak saling mengganggu satu sama lain. Tapi kali ini, semenjak kehadiran mereka itu keadaan disekitar gereja sudah tidak sedamai dulu.
-------------------------------------------------------------------
Paginya, Benedict akan berangkat ke Itaewon. Ia berencana bertemu Rasyid. Dalam perjalanannya, ia melihat orang-orang yang memakai selendang bergambar bintang Daud. Ia berangkat bersama Yoon Ji, atau dikenal suster Patricia. Ia penasaran siapa kawan yang akan ditemui Benedict tersebut.
Ia diludahi oleh pria-pria tersebut, dan memandangnya sebagai sebuah lelucon. Yoon Ji yang merasa bahwa sebagai saudara sesama penganut Nasrani, mereka seharusnya saling menghormati. Namun mengapa mereka tak pernah menghormati mereka, dalam segala misa.
Benedict yang tahu siapa mereka, dengan tatapan dendam, ia langsung berkata pada Yoon Ji, mereka tanpa Amerika hanyalah remahan mie yang masih bisa dihancurkan. Yoon Ji tak mengerti apa maksud dari ucapan Benedict. Yoon Ji menegur kalau Benedict, sebagai seorang Romo harus memperlihatkan rasa cinta kasih selayaknya hamba Tuhan.
Benedict menatap Yoon Ji, untuk jangan membela mereka apapun bentuknya, meskipun itu sebagai bentuk cinta kasih. Ia mengatakan kalau mereka adalah orang-orang yang mematuhi Talmud. Namun Yoon Ji menganggap Benedict gila. Ia tak tahu Talmud apa yang dimaksud olehnya. Ia menyuruh Benedict untuk berfikir positive, agar perjalanannya bertemu dengan sahabatnya di Itaewon penuh dengan hati yang bersih.
Benedict hanya terdiam, dan susah memberitahu orang seperti suster Yoon Ji, kalau mereka itu bukan penganut Nasrani. Entah mengapa tanah tetap khusus penghuni gereja dianggap suci, tak boleh saling curiga satu sama lain.
Benedict bersama Yoon Ji, membeli ticket untuk perjalanan liburan mereka. Karena khotbah pada hari ini akan di isi oleh uskup Roma yang bernama Lombardo. Benedict di izinkan berlibur kemanapun ia mau.
Ia berencana mengunjungi Rasyid, untuk mengenang masa nostalgia mereka selama berada disuriah. Sementara Yoon ji tak tahu siapa yang akan ditemui Benedict.
Setelah membeli ticket, Yoon Ji dan Benedict masuk ke dalam kereta. Ia memakai baju biasa, tidak menggunakan vestimentum. Kereta berangkat. Dalam perjalanan, ia mengingatkan Yoon Ji untuk tidak terlalu baik hati kepada gereja dengan kaki bintang enam.
"Kamu jangan terlalu baik pada kaki 6. Mereka tak seperti yang kamu kira. Mereka itu tukang bual terhandal didunia."
Mendengar itu, Yoo Ji masih mengenakan pakaian suster biarawatinya, mengangguk. Kereta kemudian berhenti sejenak per 45 menit. Dan sesekali berhenti dibeberapa shelter darurat. Saat itu pertanda musim salju akan tiba. Dan Benedict akan menuju Itaewon. Ia tertidur.
Entah mengapa, tiba-tiba ia begitu cepat kembali ke gereja. Ia melihat beberapa artis terkenal, datang mengunjungi gereja paling belakang. Dalam gereja itu, sekilas entah berada diruangan mana, ia melihat beberapa artis, dan petinggi negara memakai baju serba putih dan mereka sedang melakukan pesta tak senonoh, menjilat pusaka mereka masing-masing, dan mereka saling mencambuk.
Anehnya para artis tersebut bersujud pada patung-patung aneh. Dan itu bukanlah patung sesembahan, seperti salib atau bunda Maria.
Lalu tiba-tiba ia melihat uskup Lombardo Calonga, ditampar habis-habisan dan meninggalkan sebuah catatan hitam. Seketika semua berlalu begitu tak jelas, sehingga ia terbangun.
Terdengar, berita hari ini serangan Iran kepada warga negara Israel, sehingga menghancurkan beberapa fasilitas. Kejadian ini, membuat ia teringat akan Suriah, dimana begitu bajingannya pemerintah disana.
Dalam kereta, ia melihat gerombolan pria memakai kopiah dan baju Gamis sedang masuk. Mereka menjadi pusat perhatian dari kalangan bangsa Korea itu sendiri. Bahkan ada seorang pria yang meledek mereka, agar mereka terprovokasi dengan membawa-bawa tragedi heroik, antara Suriah dan Palestina. Mereka menganggap Islam adalah agama, yang mengajarkan pada permusuhan. Benedict dengan saksama mendengarnya.
Mereka hanya diam, sambil menghafal sesuatu dalam berbahasa arab. Samar-samar terdengar nama Sijjin dan Iliyyin. Ia langsung tahu, ayat apa yang dibaca oleh mereka.
Mereka membaca surah Al-Mutthafifin. Surah itu pernah dia dengar dari Rasyid, saat ia dalam sebuah Camp di Suriah. Mata mereka tajam penuh dengan tatapan negatif. Sementara yang lain cuek saja. Pria itu, menghajar pria muslim tanpa sebab sampai terpental.
Ke rasisan di negara itu, membuat negara ini dicap buruk. Bahkan dengan blak-blakan, mereka mengatakan kalau mereka adalah komplotan teroris, yang diutus oleh Osama Bin Laden. Atau mereka adalah anggota ISIS, yang memiliki banyak sindikat. Dari pakaian mereka, walaupun memakai gamis, dan ada memakai jacket dan kopiah, ia meragukan kalau mereka adalah anggota ISIS. Atau mereka hanya berpakaian hanya mengikuti kebiasaan orang timur-tengah.
Masalah ini menjadi besar, yang membuat Benedict turun tangan. Kebetulan mereka membawa ransel, dan ia keluarkan semua isinya. Isi tas mereka berupa ponsel, buku-buku novel Laila Majnun, buku-buku kitab tentang ibadah, bahkan ada permainan gasing. Dan itu membuat Benedict dengan terpaksa menggeledahnya dalam kereta, seperti orang yang menjarah. Tindakan Benedict ini, awalnya tidak disukai. Namun, dengan cara ini mereka menunjukan kalau mereka bukan teroris.
Ia sudah muak dengan kelakuan bahwa, mereka adalah penduduk negara maju, Namun dari segi tingkah laku seperti negara berkembang. Mulai dari standar kecantikan yang tak masuk akal, rasis terhadap bangsa lain, bahkan mereka merasa lebih baik. Ia kemudian meminta maaf kepada mereka, dan mereka dengan senang hati memaafkan, lalu memasukan barang mereka kembali.
Di dalam kereta, masing-masing mulai memperkenalkan diri. Ada Lukman, Baihaqi, dan Ikhsan. Yoon Ji tidak pernah mendengar nama-nama itu, menanyakan mereka berasal dari mana. Luqman berasal dari Edirne. Kota yang berada di Turki, Baihaqi dari Alexandria, Ikhsan berasal dari Indonesia. Mereka bertemu, saat mereka menempuh pendidikan di Al-Azhar University.
Benedict memperkenalkan diri, kalau ia adalah penganut katholik Maronit. Ia menyebutkan jadi dirinya, kalau ia adalah seorang pendeta, yang disuruh berlibur oleh Uskup Lombardo. Mendengar nama itu, seketika para pemuka agama Muslim, saling menatap satu sama lain dengan penuh tanda tanya. Benedict menatap mereka dengan raut wajah yang sama. Apa yang salah dari nama itu? Demi menjaga perasaan, ia menyebut tidak ada apa-apa.
Mereka berbincang-bincang mengenai pengalaman mereka, selama berada di negeri 1001 malam. Apa saja yang mereka rasakan, dan konflik politik apa yang mendera mereka, saat mereka berada di sana.
Benedict dulu adalah seorang Islamophobia. Namun ia berhenti, lantaran saat berada di Suriah, ia temukan siapa teroris sebenarnya. Mereka hanya difitnah karena sebuah agenda tersembunyi, yaitu menyambut kedatangan juru selamat palsu.
Berjam-jam akhirnya sampailah ia di Itaewon. Pria-pria muslim itu berbincang-bincang terkait kedatangan mereka ke Korea. Awalnya, mereka disambut dengan tatapan sinis. Apalagi warga lokal di sini, sangat sentimen terhadap penduduk luar. Apalagi kalau dibulan puasa. Mereka kesulitan mendapatkan makanan-makanan yang halal. Hampir semuanya mengandung gliserin yang mengarah pada lemak babi.
Kesulitan itu membuat mereka harus membuat kedai sendiri, dan untuk para imigran resmi seperti mereka, membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan izin membuka restoran. Banyak rintangan, kala mereka membuka sebuah rumah makan yang halal untuk kaum muslimin disana. Azan berkumandang, dan itu membuat Yoong Ji mendengarnya terasa sangat sejuk dijiwa.
Kala panggilan itu berkumandang, anjing-anjing meraung seperti serigala kala malam. ia melihat, ada sosok makhluk kasat mata terbakar dalam sekejap. Dan suasana di Itaewon, seperti bulan purnama. Yoong Ji merasakan ketenangan dijiwa, dan bertanya ini lagu apa yang sedang berkumandang? Benedict menjawab: "Ini adalah panggilan umat Muslim untuk sholat."
Yoong Ji bertanya:"Berapa kali Kaum Muslimin beribadah?"
Benedict:"Mereka beribadah sehari lima waktu"
Ia merasa kagum, sekaligus cemburu. Bagaimana tidak? Ia tak pernah mengingat Tuhan dalam waktu sebanyak itu. Ia hanya diberi kesempatan berdoa, dalam sekali seminggu. Ia melihat perempuan dengan tudung-tudungnya. Tampak anggun dan seakan ada seberkas cahaya. Dahulu, sebelum ada perubahan, pakaian biarawati mirip dengan pakaian muslimah saat ini. Hanya saja perbedaannya, mereka masih tampak tengkukan lehernya.
Ada yang menggunakan cadar, dan itu membuatnya merasa sedih. Penampilan para Biarawati, tak seperti mereka yang justru lebih mulia mereka dibanding biarawati. Mereka dipersilahkan masuk, dan diberikan kurma, susu dan makanan yang sangat enak. Meskipun ia adalah seorang romo, mereka harus menyambut tamu mereka, selama tamu tersebut tidak menyebarkan agama, atau stigma negative lain. Seperti menjelekkan agama.
Rasyid keluar, dan memeluk temannya yang beragama lain. Menjelang Iqomat, Benedict menyuruh mereka melakukan Sholat sebelum solat wajib. Yoong Ji begitu takjub dengan ibadah seperti ini. Dia ingin ada konslinia, yang selalu mengingat Yesus Kristus setiap waktu. Namun Benedict menjelaskan, itu rasanya tak mungkin. Karena pasti akan diubah lagi. Ayat-ayat dalam kitab, diubah sekenanya oleh mereka menjadi sesuai dengan kepentingan mereka sendiri. Mereka berdoa, dan iqomat datang lalu mereka berdiri pershaff dan imami.
Kemudian, keluarlah seorang perempuan yang dia dalam keadaan tidak sholat. Perempuan itu ditugaskan untuk melayani mereka, layaknya tamu, diteras luar. Mereka akan diperkenankan masuk, saat sholat sudah selesai. Namanya adalah Salfa Al-Ghazi. Dia adalah wanita dari negara yang saat ini, terlibat konflik dengan Israel. Ia pindah ke sini, saat pemindahan tugas dari perusahaannya. Ia bercerita, saat ia menjadi seorang relawan di Palestina. Negara yang tanahnya direnggut dengan atas nama tanah perjanjian. Bagi Salfa, tanah seperti itu tak ada. Justru mereka telak menolak dizaman Musa.
Benedict juga setuju dengan hal tersebut. Mendengar percakapan itu, Yoon Ji hanya terdiam. Selama ini, ia mendukung pada yang salah. Ia percaya negara bintang Daud adalah orang-orang yang benar. Tapi ternyata tidak sama sekali. Ia termakan propaganda, dan bahkan negaranya mengelu-ngelu pihak Amerika Serikat yang dimata mereka jauh lebih maju dari segala sektor.
Salfa mengatakan, bahwa presiden disana sudah tak disukai, dan jauh lebih dihujat karena peraturan nyelenehnya. Mereka sibuk membantu, negara yang memusuhi Palestina, ketimbang mengurus pembangunan California yang terbakar dalam semalam. Bahkan rumah para aktor kawakan hilang dilalap api, serta kekayaan mereka juga ludes terbakai.
Benedict setuju. Ia mulai mendukung Palestina, saat ia melihat bangsa tersebut meludahi jemaat yang sedang melakukan ibadah. Entah apa kasamnya, padahal dimatanya mereka adalah orang baik, dan kebanggan dari pihak kristen, sebab Yesus lahir ditanah mereka. Namun ternyata ia salah. Kristen dianggap jelek sampai kapanpun oleh mereka semua.
Disela-sela percakapan, Yoong Ji bercerita tentang sesuatu yang tak masuk akal. Ia melihat semua roh jahat, terbakar karena bunyi kumandang tadi. Dan itu ia lihat, saat puluhan ekor anjing mengaung. Rupanya, ia melihat makhluk astral terkena sial dan kembali bagaikan abu.
Keluarlah Rasyid. Teman seperjuangan saat berada di peperangan Suriah. Rasyi memeluk temannya itu dan mulailah mereka bernostalgia.
Rasyid menanyakan, kenapa ia ke sini? Takutnya ia datang karena tidak memenuhi jadwal, berdasarkan kalender liturgi yang sudah ditetapkan. Benedict tersenyum. Ia libur selama sebulan, dan khotbah akan di isi oleh Uskup Lombardo.
Komentar
Posting Komentar