grab to the episode 2

Bab 1.2 Salju dalam sebuah gulungan.

Salju masih saja turun hingga fajar menyinsing. Tanah humus yang biasa dipijak, telah diselimuti salju. Danau-danau tempat mereka biasanya menimba air telah menjadi es. Namun, sekolah tak pernah tidur. Anak-anak sekolah dengan memakai baju tebal yang berlapis-lapis. Sepatu boots yang terbuat dari kulit domba, dan sebo yang melekat dikepala. Hawa dingin tadi malam masih terasa sampai ke sistem pernapasan mereka. Mulut mereka mengeluarkan asap. Namun mereka bukan perokok. Melainkan karena dingin. Sapu tangan yang terpakai dan shall menjadi kalung dengan berbagai macam warna.

Berbagai macam jejak kaki telah terukir. Berbagai jenis ukuran kaki telah tertancam disana. Anak-anak sekolah dengan begitu riang. Sebenarnya mereka bisa saja meminta libur dimusim dingin. Karena berpotensi mendatangkan penyakit. Akan tetapi mereka lebih memilih pergi ke sekolah. Bermain bersama teman-teman, menikmati makan dikantin, belajar dan membaca buku edisi terbaru yang ada diperpustakaan.

Seorang anak berjalan berombongan bersama dengan temannya. Ia memakan kacang ercis yang tadi pagi digoreng oleh ibunya. Ia memakan itu sambil jalan serta didalam wadah yang sama ada kacang frambosen. Bocah laki-laki bicara tanpa henti tentang kejadian tadi malam, bahwa naga sinar emas betina menanam senjata berupa basoka di dalam jiwanya.

"Aku pernah membaca jika 2 ekor naga datang kesuatu desa, maka kita akan terpilih menjadi kabinet raja dimasa depan" ucap anak laki-laki itu kepada kawan-kawannya. Anak itu bernama Obasa. Dia berbadan gendut dan juga menggemaskan.

"Aku juga pernah mendengar demikian. Kalau aku malah di tanami busur panah dan baju zirah" kata seorang anak yang bernama Aruki. Jiwa-jiwa yang ditanami sesuatu, berarti mereka akan menjadi kandidat raja. Biasanya, mereka di anugrakan hal tersebut, ketika usia 17 tahun. Namun mereka sudah ditunjuk di usia 10-12 tahun. Mereka terus membicarakan itu sampai tanpa sadar sudah tiba didepan gerban sekolah.

Mereka akan diperiksa kebersihan dari kebersihan. Mulai dari kuku-kuku sampai pakaian. Kalau mereka bersih, maka mereka bisa lolos untuk masuk ke dalam kelas. Anak-anak segela mengambil posisi berbaris dilapangan karena rutinitas dipagi ini, melaporkan siapa saja yang hadir. Pemimpin apel pagi ini adalah Clementina. Anak perempuan itu dikenal wajah masamnya ketika ia sedang memimpin apel pagi. Tapi kalau jam istirahat, dia sangat humble. Meskipun pada akhirnya dia akan menmilih menghabiskan waktu diperpustakaan. 

Semua orang sudah berkumpul. Masing-masih barisan ada pemimpin dantonnya.

"Kepada pemimpin barisan, ambil absen"

"SIAP KERJAKAN!!"

Mereka mengambil absen tersebut seperti para tentara. Setelah selesai diambil, mereka akan mengencek siapa yang hadir. Satu persatu mereka memanggil nama teman-temannya. Jika mereka mengangkat tangannya, maka mereka dinyatakan hadir. Kalau tidak, mereka akan dinyatakan alfa. Lalu para pemimpin danton, akan berdiri pada sisi kanan disetiap barisan yang mereka pimpin.  Saatnya mereka laporkan kepada pemimpin apel.

"Siap gerak!!!!" Ujar Clementina dengan lantang. Semua yang hadir mengambil posisi tegap. Punggung lurus, kaki rapat dan tangan  dikepal. Semuanya diam dan mulut dikunci.

"Lancang depan gerak!!!" Mereka kemudian lancang depan agar memastikan apakah sudah lurus atau belum.

"Siap gerak!!!" 

Mereka kemudian di posisi semula.

"Kepada pemimpin pasukan untuk menyerakan laporannya" ujar Clementina.

"Siap kerjakan!"

Semua pasukan maju kedepan. Mereka lancang kiri. Kecuali bila  pasukan berada diposisi paling sudut akan meletakan tangan dipinggang, dalam posisi tangan terkepal. Setelah lurus, mereka akan menurunkan tangannya, kemudian membacakan hasil laporan berapa banyak siswa yang hadir. Satu persatu mereka maju selangkah untuk membacakan hasilnya. Kemudian mereka mundur dan begitu seterusnya. Jika sudah selesai maka mereka akan kembali posisi barisan yang mereka pimpin.

Selesai melaporkan semuanya. Seorang perempuan berambut kuning ke emasan maju kedepan. Ia memakai baju penuh dengan permata. Penampilan dia agak sedikit mencolok. Wanita itu dengan anggun berjalan ke arah semua siswa, kemudian ia lalu menghadapkan wajahnya ke murid-murid yang hadir pada hari ini.

"Istirahat ditempat gerak!!"

Wanita itu kemudian mengeluarkan sebuah gulungan. Kalau sudah ada gulungan itu, berarti ada pengumuman dari kerajaan kepada semua desa. 
Wanita cantik bernama Lucina Labertha dengan jari jemari yang melentik, membuka gulungan itu kemudian membacanya.

"Tahun ini kita akan mengikuti ujian tes masuk militer bagi kerajaan Haruniga Modiver. Setiap mahasiswa diseluruh desa, akan dites satu persatu dengan tahap pertama yaitu ujian tertulis. Tak hanya menjadi tentara, ada juga dites menjadi calon permaisuri dimasa depan. Dengan kriteria yang akan dipampang nantinya dimading. Untuk para semua peserta diharapkan kalian untuk mengikuti ujian ini demi keberlangsungan Mogura. Setelah ini kalian bubar"

Selesai menyampaikan pengumuman penting, Clementina menyuruh semua pasukan untuk membubarkan pasukannya. 

Anak perempuan itu menyandang tasnya ke dalam kelas sambil membawa buku tebal. Ketika hendak mau masuk kelas, seseorang mengejutkannya. Seorang teman bermama Ruri.

"Tidak ku aangka pihak kerajaan akan membuka ujian lagi"

"Yah mau bagaimana lagi semua orang harus ikut"

"Kalau ada gulungan itu pasti dari kerajaan. Oh ya, untuk pertama kalinya 2 ekor naga ke desa kita. Kau masih ingat?"

"Aku ingat. Ini kejadian untuk pertama kalinya. Dua ekor naga agung dinantikan desanya disetiap desa. Biasanya menurut buku yang aku baca, mereka akan datang untuk mencari kandidat raja yang baru dimasa yang akan datang."

"Pantas saja nyonya Lucina membawa gulungan itu"

"Kemarin kau maju kedepan mengambil makhota biru. Apakah kau berniat menjadi seorang ratu?"

"Ratu?"

"Apabila naga ekor emas mengeluarkan sebuah makhota, terlebih lagi yang mengambilnya adalah perempuan maka kau akan menjadi istri raja secara tidak langsung"

"Aku tidak berniat menjadi seorang ratu"

"Tapi kau telah mengambil makhota itu"

"Menjadi seorang ratu itu tidak gampang. Aku tidak cukup anggun menjadi seorang ratu"

Topik mereka yang bicangkan telah membawa mereka masuk dalam kelas. Guru belum masuk. Anak-anak sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang memperbaiki hasil Pr, ada yang menyisir rambut, bermain catur, bahkan membaca buku.

Orang-orang menatap Clementina dengan bisik-bisik. Ia bingung kenapa orang-orang menatapnya dengan aneh.

"Apakah kau ingin menjadi ratu?" Tanya Obasa menghampiri Clementina. Ia tidak mengerti kenapa Obasa menanyakan hal itu kepadanya.

"Kenapa kau bicara begitu?"

"Kau mengambil makhota biru itu" ujar Obasa.

"Aku mengambilnya karena aku tertarik akan kilauannya. Bukan karena aku ingin jadi ratu. Lagian aku tidak berambisi menjadi ratu. Aku berambisi ingin menjadi panglima"

"Mana ada panglima perempuan?"

"Jika tidak ada akulah yang pertama kali menjadi panglima"

Saat hendak duduk dibangku, ia mendengar suara dentuman yang amat keras. Angin begitu kencang. Membuat jendela terhempas karenanya

"Inilah alasannya kenapa aku agak sedikit malas ketika sekolah dimusim salju" kata Obasa jengkel. Pada saat mau masuk, butiran salju mendadak membentuk formasi lain. Semua anak-anak tampak bingung. Dia berputar-putar macam pusaran Tornado. Hingga kejadian ini dilihat oleh kepala sekolah.

Salju yang saling mengelilingi itu mengeluarkan sedikit hawa dan menampakan sekilas cahaya biru hingga membentuk tugu bintang biru. Sebenarnya itu bukanlah bintang, melainkan sebuah batu permata yang warnanya biru. Tugu itu juga ada permata berwarna putih. Batu tersebut merupakan pernak-pernik kesukaan naga ekor emas. Apalagi yang berwarna putih dengan warna hologram yang menghiasinya. Batu itu disebut dengan batu Kalimaya.
 
Lucina melihat batu tersebut tersebut. Biasanya,  batu kalimaya ada 100 tahun sekali dan itu berada ditempat-tempat yang terpilih. Lucina tau akan betapa sakralnya batu itu. Batu ini bukan sembarang pertanda. Ia yakin, bahwa akan ada keadilan dan persatuan yang ditunggu-tunggu. Sebab kerajaan ini terpisah karena ada satu desa yang melanggar sumpahnya.
 
Anak-anak melihat kejadian magist itu. Sebelum guru mereka datang, mereka semuanya kembali keluar kelas dalam posisi melingkar. Ada yang melihat dari arah lantai dua, dikarenakan mereka takut turun. Jadi mereka menyaksikan kejadian dari atas. Sang kepala sekolah yang mereka cintai kemudian melihat tugu tersebut secara saksama. Disitu adalah tulisan berupa sebuah pengumuman tapi dalam bentuk tulisan Hieroglief. Sehingga anak-anak yang melihat tulisan seperti kumpulan mainan yang disatukane dalam sebuah rak. Ada gambar makhota, kucing, raja dan berbagai macam gambar lainnya menyatu disana.
 
Lucina sebagai kepala sekolah membantu anak-anak tersebut dalam menerjemahkan gambar. 
 
"Ini adalah tulisan yang dibuat oleh kerajaan Haruniga dalam menyatukan beberapa desa 100 tahun silam. Ini berisi tentang pengumuman bahwasannya, ujian akan dilaksanakan dalam waktu dekat"
 
Para murid yang mendengar pengumuman dari Lucina langsung bingung. Sebab ini adalah bulan awal semester baru dimana mereka masih mempelajari dasar-dasar ilmu pengetahuan tingkat selanjutnya. Mereka saling menatap satu sama lain, seakan-akan bertanya ujian apa yang akan dihadapi tahun ini? Mereka tidak seakan tidak siap dengan ujian yang akan mereka hadapi. Mulailah mereka menampakan garis-garis raut wajah ketakutan.
 
"Ujian tes menjadi tentara Haruniga" ujar Lucina kepada semua murid.Jadi tentara? Mereka masih saja berumur sepuluh tahun. Biasanya ujian itu diperuntukan untuk anak-anak berusia 15 tahun. Ujian ini datangnya terlalu cepat untuk mereka. Mereka belum mendapatkan kisi-kisi apapun tentang ujian itu. Sebelumnya, ujian ini ada soal prediksi dimana kemamupuan semua generasi wilayah kerajaan akan dibahas bersama-sama.
 
"Ujian kali ini, bukanlah ujian tertulis. Melainkan analisa kalian nantinya. Aku tau, anak 10 tahun seperti kalian masih sibuk bermain. Namun itu tidak jadi masalah. Sebab akan ujian sambil bermain. Bermain berdasarkan keseharian kalian masing-masing"
 
Mendengar statement itu, semua tambah bingung lagi? Bagaimana caranya ujian sambil bermain? Bermain dalam kehidupan sehari-hari. Ini tidak masuk akal. Biasanya, ujian itu ada dua jenis. Pertama ujian tertulis. Yang kedua ujian fisik. Untuk pertama kalinya sistem ini mulai dirubah polanya. Entah apa yang di pikirkan oleh kerajaan ini? Bagaimana ujian sambil dijadikan acuan untuk menjadi cikal-bakal calon pendamping raja dimasa depan? Clementina mengacungkan tangannya. Ia kemudian mengeluarkan pendapatnya.

"Apakah memang seperti itu ujiannya? Kalau ujian sambil bermain, kami memiliki hobi dan hal yang berbeda. Bagaimana mungkin itu bisa dijadikan acuan dalam menentukan siapa yang pantas menjadi kandidat pejabat yang mendampingi raja?"

"Ia. Aku juga berpikir demikian kepala sekolah Lucina. Bagaimana mungkin ujiannya dilihat dari kebiasaan kita bermain? Kita memiliki hobi yang berbeda dan kebiasaan" kata Obasa yang juga sedikit merasa aneh dengan ujian kali ini.

"Ini permintaan dari pangeran. Anak raja. "

"Pangeran???" Clementina dan  kawan-kawan lainnya bingung.

"Ujiannya sangat aneh sekali" Kata seorang anak bernama  Sajuti mengerutkan keningnya.

"Siapa nama anak raja itu?"

"Walleca Centavile Attaluapha"

"Nama yang sangat bagus. "
 
"Seperti nama burung" Ujar Ruri yang secara tidak sengaja mengejek nama pangeran.
 
"Itu burung Wallet, bukan bukan Walleca" Kata kawan selokalnya menjitak kepala Ruri.
 
"Maaf"

"Untuk itu, ujian dimulai besok. Besok kalian harus datang, aku membagikan sebuah buku catatan berupa buku tulis polos dimana keseharian tersebut, kalian jadikan bahan ujian"

"Maksud anda kita menulis diary?"

"Seperti itulah kira-kira ada yang paham ternyata. Untuk hari kalian dibolehkan pulang kerumah masing-masing. Hari ini sebenarnya liburan musim dingin. Setelah kalian menuliskannya, berikanlah kepada ibu setelah ini dalam jangka sebulan. Oke"

"Baik"

Semua membubarkan diri. Anak-anak kembali ke kelas guna menggambil tas mereka. Selesai diambil, Clementina  mengajak Ruri dan Obasa menemui kepala sekolah Lucina. Sebenarnya, ia berharap meskipun ia tidak sekolah dan diliburkan perpustakaan tetap dibuka. Ia kemudian memanggil Lucina Labertha.

"Ibu Lucina" Clementina memanggilnya. Nyonya Lucina menolehkan wajahnya ke arah Clementina dan kawan-kawan. Ia dan kawan-kawan menghampiri nyonya Lucina

"Apakah sekolah bakal tetap dibuka selama ujian?"

"Selama ujian, sekolah akan dibuka. Karena memang peraturan dari sana. Kenapa kau menanyakan hal seperti itu? Kau takut sekolah ini ditutup?" 

"Untung saja, sekolah tetap dibuka. Aku ingin mengunjungi perpustakaan sekolah setiap hari kapapun aku mau"

"Perpustakaan tetap akan terbuka. Kalau kalian ingin mencari yang lebih lengkah, cari diperpustakaan yang dihadiahkan oleh 2 ekor naga semalam"

Ujar ibu Lucina tersenyum. Ia menatap wajah Clementina. Wajahnya terlihat sangat elegan meski dia baru berusia 10 tahun. Dia sangat berkharisma sebagai anak perempuan. Mengingatkan ia akan putranya yang ia tinggalkan. Clementina kemudian berpamitan meninggalkan Lucina. Ia kemudian tersenyum. Anak itu memang terlihat sangat cantik seperti usianya. Namun ia melihat Clementina akan menjadi calon ratu dimasa depan dengan penuh lika-liku dimana ia akan melindungi suaminya mati-matian, beserta seluruh rakyat dikerajaan ini dengan penuh airmata.

"Clementina!" Ibu Lucina memanggilnya kembali. Langkah gadis itu kemudian terhenti. Ia menghampiri murinya sambil memberikan sebuah isyarat berupa mengelus telapak tangannya.

"Ada apa ibu?"

"Ibu tidak berharap kau menjadi seorang ratu. Tapi jika kau pada akhirnya ditakdirkan menjadi seorang ratu, maka kau harus siap menghadapi bahaya dimasa depan"

Seketika mereka bertiga diam.

"Ibu. Clementina ini ingin menjadi seorang panglima wanita" Kata Ruri tersenyum agar kepala sekolahnya tidak khawatir.

"Menjadi panglima wanita?" Lucina agak sedikit tercengang.

"Ia bu. Clementina ini pintar sekali dalam melakukan segala hal,terutama memanah"

"Memanah?"

"Ia. Ibu jangan khawatir jika Clementina dalam bahaya, kami akan melindunginya"

"Kami permisi dulu bu"

Mereka bertiga menuju pintu sekolah. Salju masih saja turun di pagi ini. Matahari perlahan-lahan berubah sudut. Dilihat sekarang sudah pukul 08.00 pagi. Anak-anak tampak senang sekali akhirnya bisa pulang cepat. Mereka seakan-akan tidak sabar menanti namanya bersantai-santai dirumah. Seperti tidur, bermain dan menikmati sup hangat buatan ibu mereka masing-masing

Clementina memang sering pulang dengan mereka berdua. Sebenarnya ia memiliki kawan yang lain. Akan tetapi, kawan-kawan yang lain sudah keluar terlebih dahulu. 

"Akhirnya aku akan menikmati sup ayam buatan ibuku" Kata Obasa sambil membayangkan betapa nikmatnya sup ayam dengan taburan berbagai macam bawang. Apalagi kalau ditambahkan dengan jintan.

"Aku juga tidak sabar menikmati coklat panas. Dingin-dingin seperti ini biasanya aku suka menikmati minum hangat dan makanan panas. " Kata Ruri juga membayangkannya.

"Bagaimana nanti sore kita berkumpul dengan teman-teman lain menikmati semangkuk mie yang ditaburi banyaknya naruto? Aku dengar ada mie ayam juga disana" ajak Clementina

"Boleh-boleh. Ayo kita berkumpul disana. Biasanya, dimusim dingin begini kita sering kumpul-kumpul bukan?" Kata Obasa dengan senang.

"Tapi kenapa harus sore?" tanya Ruri. 

"Aku ingin membantu ibuku dalam mencari kayu bakar di hutan"

"Baiklah kalau begitu, sore saja"






Komentar