1. The Garden Indipendence ( Prolog)

Seorang gadis yang tiba-tiba saja terdiam disuatu tempat, dimana itu adalah tempat perkumpulan orang-orang belum melakukan acara festival. Kiri orang melakukan sebuah aktivitas diantaranya ada pedagang dan antrian angkot yang datang dari berbagai penjuru. Gadis itu, sedang memegang eskrim. Dia terdiam dengan menghadap tubuhnya plaza lama sebelum plaza baru dibangun. Plaza tersebut adalah Pariaman lama. Dia terpaku disebuah taman yang biasa disebut orang yaitu LAPANGAN MERDEKA. Bibir tidak berbicara, matanya melihat kearah satu tujuan. Semua orang bertanya-tanya ada apa dengan gadis ini? Jika mereka tau, si gadis melihat sesuatu yang tak bisa mereka lihat. Entah kenapa dia terperangkat disatu waktu dimana orang-orang mengenakan baju kurung. Disana dia melihat ada tiang gantungan dan segerombolan tentara Belanda. Entah kenapa dia merasa terperangkap diwaktu pagi hari yang membuat semua orang bingung. Dia melihat seorang wanita tua yang memakai kerudung menangis menatap seorang pria yang terlihat masih muda. Dia menatap pria dengan wajah putus asa. Gadis itu heran dimana ia sekarang. Wanita itu seperti membicarakan ditengah keramaian. Matanya menangis sebab karena mungkin anaknya itu bakal dihukum mati.Mirisnya dia disaksikan oleh presiden. Gadis itu bernama Risuu. Ia bertanya dengan apa yang ia lihat, apakah ia bermimpi atau bagaimana? Saat pria itu akan digantung, cuaca mendadak buruk dan hari hujan. Sebelum ia dihukum gantung, pria itu menangis menyesal sambil berkata. “Ambieklah contoh badan ambo. Sajak ketek ambo dimanjokan, alah gadang tarubah tido, Indak sikolah, indak mangaji, indak mancaliek kan nan elok. Awak manjadi urang pajudi, sampai marampok mambunuah urang, karano laku buruak bana, mati diateh tiang gantuangan (jadikanlah diriku ini contoh. Sejak kecil aku dimanjakan, sudah besar tidak berubah. Tidak sekolah, tidak mengaji, tidak melihat sesuatu yang baik. Saya menjadi seorang pejudi, sampai merampok dan membunuh orang. Karena perilaku yang buruk, mati diatas gantungan)” Lalu setelah berkata demikian pria itu dihukum gantung, dan Risuu yang melihat kejadian itu pingsan. Beberapa saat kemudian, ia terbangung disebuah Kios kecil dimana orang-orang sudah ramai berdatangan. Dia melihat sekitar dengan menahan rasa pusing dikepalanya. Aroma minyak angin menusuk bagian saraf hidungnya. Itu merupakan aroma yang tidak ia suka. “Nisa??!” “Cameh awak aa. De’a Risuu? (Cemas aku. Kamu kenapa Risuu)?” Risuu bingung menceritakannya bagaimana. Dia baru mengalami hal yang aneh seperti ini. Dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan pada saat ini. Ini tidak masuk akal. “Nggak apa-apa. Mungkin aku kecapekan kali” Ujar Risuu yang seolah-olah apa yang ia alami adalah hal yang spele. “Risuu makanlah nak” ujar ibu-ibu yang menjual lontong disana. Risuu kemudian makan lontong dan disana juga ada tea hangat yang sudah disediakan oleh ibu tersebut. Ketika ia terbangun badannya, sudah dilumuri minyak kayuputih. Ia sebenarnya tidak suka dengan bau itu. Akan tetapi karena dia masih pusing dan pingsan, maka dia harus menghirup aroma itu. Risuu melihat dibajunya ada darah yang menempel. Ia heran, kenapa ada darah yang menempel dibaju seragamnya? Ini tambah memusingkanya. Dia kemudian mengajak Nisa pergi kekamar ganti yang ada didalam kedai tersebut. Risuu ingin memastikan apakah ini yang berasal dari tubuhnya atau bukan. “Nisa, ayo!” Ajak Risuu. Nisa heran, kenapa Risuu mengajaknya untuk menemani dia kekamar ganti yang ada disana. Setelah sampai disana, Risu membuka bajunya hanya sampai dibagian pusar saja. Dan dia suruh Nisa melihat bagian auratnya. Nisa bingung kenapa Risuu menyuruh dia melihat bagian tubuhnya. Apakah Risuu adalah seorang Lesbian. “Tunggu-tunggu, Lu kenapa buka bajulu didepan gue?” Tanya Nisa heran. “Ada yang luka nggak??” Nisa yang memperhatikan tubuhnya Risu, bingung. Sejak tadi dia tidak menemukan guratan luka apapun. “Nggak ada yang lukapun” Nisa Heran. Kemudian, Risuu menutup auratnya kembali dan melihat noda merah yang ada dibajunya. Dia mencoba berspekulasi kalau itu bukan darah, Melainkan cairan selai strawberry. Dia mencium noda itu, memang benar-benar darah. Baunya anyir sekali. Dia menyuruh Nisa untuk memastikannya, apakah itu benar-benar darah atau bukan. Nisa mendekatkan diri ke Risuu. Diapun mencium aroma noda merah dibajunya Risuu. Ternyata. “Cuy, ini darah cuy!” Ujar Nisa heran “Lu mimpi apaan sampai lu kecipratan darah begini” “Nggak tau. Gue tiba-tiba mimpi aneh” “aneh apanya??” “Kalau gue certain ini, lu bakal percaya nggak sama gue?” Nisa-pun menatap Risuu bingung. Tapi mau bagaimanapun sebagai seorang sahabat yang baik, dia akan mendengarkan dengan saksama. “Ah….ceritakanlah” “Mungkin ini terdengar nggak masuk akal” “Nggak masuk akal?” “Memang di Pariaman ini ada kasus pemuda yang namanya Juki?” Nisa bingung kenapa Risuu menanyakan itu? Juki? Siapa Juki? Dia tidak kenal dengan sosok Juki yang dimaksud. “Mana ada kasus pemuda yang namanya Juki di Pariaman ini?” “Tapi gue mimpi Nis. Gue mimpi ni Lakmer pernah jadi tempat eksekusi mati. Dan itu terlihat nyata dalam mimpi gue sampai gue kecipratan darah kaya gini. Ini bukan darah mensturasi. Ini darah cowok itu” Ujar Risuu mencoba meyakinkan. Nisa mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh kawannya itu. Biasanya kejadian seperti ini itu hanya terjadi didalam film atau anime yang dia tonton. Contohnya dalah Conan dan Kimetsu No Yaiba. Kawannya terciprat darah seorang pemuda yang kata Risuu namanya adalah Juki. Tapi Juki yang dimaksud adalah siapa? Risuu seperti Tanjirou yang melawan teknik darah iblis yang dimana semua penumpang kereta terjebak dialam mimpi. Namun, Risu tidak memiliki nichirin. Dia adalah seorang gadis Minang dimana ia mengalami kejadian yang sangat langka. “Untuk sementara ini lo diam aja. Nanti, orang bakal menyangka kalau elu habis ngebunuh orang” “Baiklah gue gak akan bicara dengan siapa-siapa?” kejadian yang ia lihat tidak ada unsur pembunuhan. Tapi kenapa bajunya berdarah?

Komentar