Ku tatap dari sorot mata yang berusaha menusuku namun tak mampu.
Kau tatap matamu, ketika dia ada disampingku menopang diriku ini.
Tak biasanya kau seperti ini, kau menghela nafas ketika aku pada yang lain.
Biasanya aku yang begitu disaat kau tertawa bersama seseorang yang kau suka dihadapanku.
hari esok dan seterusnya, ku lihat kau kembali saat dia tak ada kau datang mendekati.
Ini bukan seperti dirimu apakah kau cemburu, atau memang kau suka padaku.
Kau katakan "Kau memang hanya mencintaiku" kau berkata seyakinnya hingga membuatku bingung.
Ada apa dirimu, apakah kau mulai memberi jalan untuk diriku yang selalu mengharapkan didalam mimpi?
Katakanlah sejujur tak boleh malu.
Jujur akan melapangkan kehidupanmu,
Jika ku katakan "ia" bisakah kau tinggalkan dia mulai detik ini?
Kau membiusku dengan sesuatu yang ternyata bila dilihat dari dekat sungguh indah.
Setega itu kau buatku begini, kau biarkan karma berjalan sesuai yang kau mau.
Kau tau aku sangat membencimu.
Semua yang kau lakukan membuatku tak suka.
Sebuah hukuman, seperti hatinya mulai memanas saat kau dan dia selalu bergandengan tangan.
Dengan tatapan yang mesra.
Tak akan aku biarkan dia menjadi pemilik hatimu.
Aku adalah raja yang memang menaklukan hati setiap orang.
Termasuk dirimu yang membuatku seperti serpihan pasir
berdesir-desir.
Kau kini bagai racun membuat seluruh tubuhku kini terpikat dirimu.
Ini memang adalah karma.
dari rasa cinta yang ku buat telah menjadi lama tersiksa.
Aku kini telah terpesona pada hati yang setia mungkin selamanya.
Sampai kita tua.
Apakah kau kini sedang cemburu.
Seperti kau kata aku sedang cemburu.
Apakah kau kini suka padaku?
Mungkin aku memang aku suka padamu.
Apa yang kau rasa saat kau ku peluk?
Detak jantung dan seluruh tubuhku mengalirkan darah dengan keras, tak seperti biasanya.
Jika inilah karma, aku akan menerimanya.
Inilah karma yang terindah.
Cinta yang kau nanti sekian lama dengan kesabaran hati.
Membuatku ingin tetap bersamamu selalu.
Aku kini seakan tak bisa tanpa mu.
Kaulah auraku.
Karma terindahku
Komentar
Posting Komentar