A little Piece Of Heaven part 2

1 tahun kemudian:

Setelah lulus SMA, Novi melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Dia mengambil jurusan yang pernah di naungi oleh pacarnya yang telah lama meninggal, yaitu jurusan Desain Komunikasi Visual. Sekarang dia membawa sebuah tugas dimana tugas itu berupa kotak-kotak yang tersusun-susun, dari ukuran 5cm menjadi 0,5 cm. Sebuah tugas yang rumit dan matakuliah yang paling di benci oleh beberapa mahasiswa yang lain. Nirmana. Dimana, mata kulian ini, banyak mahasiswa yang mengulang matakuliah ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan tidak tanggung-tanggung. Mereka saking kesalnya, menganggap bahwa matakuliah nirmana adalah, matakuliah yang tidak berguna disebabkan mereka harus membuat kerajinan yang tak tau maksudnya apa, tapi dalam membuat karya yang katakanlah karya itu adalah karya yang abstrak, ukuran dalam membuat karya itu tak boleh meleset. Kalau meleset, ini nanti ulang lagi dengan bahan yang sama. Sebenarnya matakuliah ini, adalah matakuliah yang mengajarkan kejelian, keseimbangan repetisi untuk membuat karya semakin bagus. Akan tetapi banyak mahasiswa yang benci dengan nirmana ini.

Setelah Novi sudah tiba dikelas, semua mahasiswa memamerkan tugas-tugasnya kepada kawan-kawannya. Novi yang terkenal pendiam, belum memiliki teman satupun, duduk disembarang tempat. Berbagai macam bentuk yang ia lihat milik kawannya, bentuk itu sesuai dengan ukuran yang desainnya telah di Acc. Namun, masih ada juga yang sibuk mengukur karyanya kembali dengan menggunakan penggaris. Seorang gadis disampingnya, berkacamata tampak sedikit cemas dengan karya yang dia buat. Sebab satu kotak ternyata ukurannya lebih dari 5cm. Beda 2ml.

"Bagaimana ini, kotaknya lebih dari 2ml?" ucap gadis itu mulai cemas. Dia mulai sedikit frustasi. Novi meletakan karyanya diatas meja. Ketika dia melihat karya Novi, dia terkagum-kagun dengan Novi. Karyanya tersusun rapi sesuai dengan ukuran dan desain yang sudah di Acc. Gadis itu, tanpa permisi mengukurnya satu persatu, dan tidak meleset satupun. Novi, mengeluarkan sisa potongan yang berasal dari kertas duplex dan lem setan ke gadis itu.

"Cabut yang rasanya meleset ukurannya menurut lu. Nanti lu dimarahi" kata Novi menyarankan. Gadis itu mencabut ukuran kertas yang tempel, kemudian mengganti yang baru. Gadis itu mengikuti saran Novi dengan mengambil potongan kertas tersebut, lalu melumurinya dengan lem setan. Setelah itu, ia tempelkan kekertas karton kerbau yang sudah ditempeli karton hitam dengan hati-hati. Setelah ia tempel, ia lihat semuanya. Dan ukurannya sudah sama. Ia senang karena sudah ditolong oleh Novi.

"Terimakasih" kata gadis itu.
"Sama-sama" Novi tersenyum.
"Oh ya, kenalin nama aku Bella. Aku mahasiswa bidikmisi" kata Bella mulai mengulurkan tangannya. Novi membalas uluran tangannya. Mereka berkenalan didalam kelas jelang dosen datang.

"Novi"

Bella melihat wajah Novi yang tersenyum seperti dipaksakan. Dia merasakan aura sedih yang sangat kuat dari Novi. Dia tak bertanya lanjut, karena dia belum mengenal siapa Novi sebenarnya.

"Orang-oranh dikelas tampak ribut. Tapi, kenapa suasananya angker ya?" kata Novi.

"Aku juga merasakan sesuatu hal yang demikian sejak awal masuk" kata Bella menjelaskan.

"???" Novi mulai bingung.

"Kufikir aku saja yang merasakan ini."

Gadis yang mulai menampakan wajah kecurigaannya terhadap kampus ini, menatap Novi seolah-olah dia mengharapkan bantuan dari Novi. Tapi, dia baru saja kenal dengan Novi. Beberapa saat kemudian, dosen sudah datang kekelas mereka. Dosen itu datang berpakaian seperti pendeta. Namun, dia sangat tampan dan berkarisma. Dia adalah guru yang mengajarkan kelas Nirmana. Nama bapak itu pak Malta. Dia sangat tampan dengan tinggi yang bisa dikatagorikan sebagai idealnya para wanita. Dia sangat jarang tersenyum. Wajahnya datar dan terkesan tak bersahabat. Dia menuliskan sesuatu di papan tulis berkaca tentang tugas selanjutnya. Tapi sebelum masuk ke pembahasan, dosen-dosen memanggil nama mereka satu persatu buat tugasnya dikumpulkan. 

"Tugas kalian, harus dikumpulkan. Batas akhir tugas kalian bagi yang belum siap adalah sampai jam 12" 
kata Pak Malta dengan suara yang amat dingin. Meski demikian, pesona pak Malta tidak membuat para mahasiswi ingin punya pacar seperti pak Malta. Kecuali, Novi dan Bella. Mereka menganggap penampilan Pak Malta layaknya seorang pendeta. Namun dia memakai celana pensil yang sedikit koyak dibagian lutut, dan sepatu Cats. Yah, setengah Hippiest. Pak Malta membuka absennya, lalu memanggil nama mahasiswanya dengan wajah yang amat datar. Tak bersahabat sama sekali.

Novi menatap wajah pak Malta dengan sesak nafas. Ketika Malta mengambil absen, disudut tempat duduk yang kosong, dia melihat seseorang berwajah pucat duduk dengan wajah senyuman. Sosok itu seketika menghilang. Itu adalah kawan serta mahasiswanya yang meninggal secara misterius. Dadanya sesak ketika dia melihat orang itu dibangku kosong. Bangku terakhir kali sebelum kejadian dia duduki.

"Alfan Syahreza" dia memulai memanggil nama mahasiswanya berdasarkan urutan abjad. 

Novi teringat pertama kali dia masuk kelokal ini. Dia diajak oleh pacarnya Adume yang sedang bahagianya masuk kejurusan yang dia impikan.

Flashback :

Bermula ketika ia datang ke Universitas pertama kali bersama Adume. Adume bangga ketika dia akhirnya masuk lewat jalur SNMPTN. Novi yang saat itu datang mengenakan baju seragam, turut bahagia.

"Akhirnya setelah abang usaha keras, abang bisa masuk sini dek"

"Ia bang. "

Ia melihat kerah baju Adume tampak berantakan. Adume adalah mahasiswa penerima bidikmisi berkat prestasi dan piagam yang ia peroleh.

"Kalau kuliah pakaian harus rapi, oke. Biar tambah ganteng" kata Novi merapikannya dengan lembut. Kemudian ia tersenyum sambil menatap Ume. Dia bangga memiliki Ume, kakak kelas yang dia suka dulunya. Saking bangganya, dia mengelus kepala Ume sampai mengacak rambutnya dengan manja.

Redback:

Namun, semuanya sudah berakhir dan hanya tinggal kenangan. 

"Novi Aulia" dosen itu menyebut namanya. Namanya terpanggil setelah Bella sudah dieksekusi. Bella menujukan hasilnya berkat bantuan Novi. Nilainya 95. 

Novi kemudian maju dengan wajah menunduk. Dia seakan tak pd. Dia menyerahkan tugas itu pada dosen berwatak dingin itu. Malta kemudian mencek tugas Novi. Alangkah terkejutnya, setelah Bella dia dieksekusi seperti ada sesuatu kesalahan. Pak Malta mencoba mengukur tugas milik Novi. Tugas Novi sangat bersih dan rapi. Dia menatap wajah Novi yang ternyata dibanding dengan mahasiswa lain, dia adalah mahasiswa yang paling cantik. Rambutnya lurus berponi dan kulitnya putih bersih. Serta tubuh Yang ideal. Namun, ia usir rasa terpesonanya dengan kembali melihat tugasnya Novi. Apa ada pengukuran yang salah? Apakah sesuai dengan design yang sudah di Acc? 

"Tugas mu sama sempurnanya dengan sebangkumu" pak Malta memberikan nilai 97. Angka yang paling tinggi dibanding dengan yang lain. Bella dan yang lain memberikan tepuk tangannya. Setelah mendapatkan nilai, dia kembali duduk dibangku. Bella kemudian memberikan selamat pada Novi, sekaligus berterimakasih. Beberapa saat kemudian, semua mahasiswa yang terpanggil habis. Sekarang muncul materi baru. Perubahan 3 warna pokok dalam 27 warna. 

"Sebutkan 3 warna dalam beberapa kelompok. Dimulai dari mahasiswa yang tinggi nilainya"

Semua mata tertuju pada Novi. Novi mulai gelagapan. Tapi untung saja basic-nya mengenai dunia DKV sudah ada sejak dia bersekolah dulu saat dia bersekolah Di-SMA seni. 

"Primer, sekunder dan Tersier"

Mereka kagum dengan jawaban Novi.

"Apa saja warna primer?"

"Merah, kuning, biru"

"Sekunder?"

"Orange, Ungu dan Hijau"

"Tersier?"

"Perpecahan warna-warna dari warna sekunder"

"Berapa banyak warna yang minimal ditetapkan oleh dunia?"

"Dua belas pak"

"Apakah Putih dan hitam termasuk?"

Pertanyaan seakan mengintimidasinya. Namun dia mencoba untuk tenang.

"Hitam dan putih itu Warna netral pak. Ibaratnya keseimbangan."

"Kamu pikir seperti Yin dan Yang?"

Kata Pak Malta dengan tampang yang jauh lebih dingin lain. Novi hanya terdiam.

"Hitam adalah gabungan dari 27 warna tersier yang sudah diaduk sehingga menjadi warna hitam. Itulah mengapa dia dikatagorikan warna netral. Putih pun juga tidak tau datangnya darimana."

Pak Malta jadi ingat salah seorang siswa yang baik, dan sangat dibenci oleh senior-senior yang satu kelas dengannya. Dia menjawab dengan jawaban yang sama. 'Putih juga entah darimana asalnya'. Dia sangat sedih ketika melihat Novi seakan dia mengingat kenangan terhadap murid baik, yang mau bersusah payah karena mencapai cita-cita yang tinggi. Sekarang, cita-cita itu kandas setelah ditemukan mahasiswa kesayangannya, dalam keadaan mengapung disebuah danau. Dia sedikit sedih mengingat kejadian itu.

"Abumeeeeee" 

Seketika dia tersadar kembali setelah semua mahasiswa menatap pak Malta. Dia menatap mahasiswa perempuan seperti orang yang sedang mengingat mantan. 

"Maaf , benar. Kamu benar" 

Novi masih berdiri .

"Silahkan duduk"

Novi dipersilahkan duduk oleh pak Malta.  Bella merasa lega akhirnya Novi duduk kembali. Pak Malta mengeluarkan sebuah karya berbentuk pola bunga dimana, pola tersebut diwarnai dengan 27 warna sesuai dengan tingkatan gradasi warna tersebut. Dimulai dari merah,diberi kuning sedikit begitu juga dengan turun 2 pokok warna lain. Karya tersebut adalah karya favorite pak Malta yang dibuat sedemikian rapi dengan seleksi yang tepat. Semua mahasiswa suka dengan warna-warna yang diturunkan secara rapi. 

"Ini adalah pola gambar yang diwarnai dengan turunan warna pokok. Bahan yang digunakan adalah cat poster 3 warna primer. Merah, kuning dan Biru. Dari 3 warna ini jika dicampur dengan warna lain maka menghasilkan warna turunan yang kalau dihitung menjadi 27 warna. Masing-masing warna ini, didapatkan ketika anda mencampurkannya dengan warna lain. Untuk mendapatkan turunan warna yang tepat, kalian harus mencampurkannya sedikit demi sedikit. Cara kerjanya, kalian warnai wadah dengan warna primer terlebih dahulu, kemudian turunan warna kedua kalian sedikit demi sedikit hingga sampai ke warna pokok selanjutnya. Ini adalah permainan kepekaan rasa kalian terhadap warna yang kalian aduk sehingga menghasilkan warna yang baru. Ini adalah tugas kalian selanjutnya. Memecah warna pokok menjadi 27 warna"

Ketika Pak Malta sibuk mendengarkan, Novi melihat nama Tag sipembuat gambar tersebut. Dia kemudian menatap gambar itu dengan sedih.

"itu siapa yang buat pak?" semua orang menatap wajah Novi. Dia ingat nama itu.

"Kenapa kamu bertanya demikian?" tanya Pak Malta heran.

Novi bingung mau menjawab apa. Tapi, dia benar-benar ingin memilikinya. Itu adalah milik orang ia cintai seumur hidupnya. Tangannya bergetar hebat. Dia bingung mau jawab apa. 

"Kenapa kamu ingin memilikinya? "

"Saya hanya ingin memilikinya seutuhnya" kata Novi. Mereka menganggap kalau Novi sudah gila. Melihat tingkat Novi, Bella merasa sedikit ada yang aneh.  Malta benar-benar tidak mengerti. Dia melihat Novi seperti seseorang yang terobsesi dengan karya. Tapi dibilang obsesi bukan juga, dia mendadak menangis seakan dia benar-benar butuh dengan tugas seseorang yang dipegang oleh Pak Malta. Itu bukan miliknya, memang. Tapi milik seseorang yang pernah mati dibunuh dan mayatnya ditemukan mengapung disebuah danau.
Jam kuliah sudah habis. Terpaksa pak Malta menunda untuk memberikan tugas kepada mahasiswa yang ia ajar hari ini. Novi masih menatap pak Malta dengan wajah dengan mata sebab. Tapi terkesan menyeramkan. Bella yang ada disana belum keluar. Ia penasaran, apa yang akan terjadi. Semua mahasiswa keluar kelas kecuali mereka berdua. Dia datang mendatangi pak Malta. 

"Apakah itu tugas milik, Abume?" tanya Novi kepada Pak Malta. Bella terkejut kala Novi menyebut nama Abume. Nama itu seperti tak asing ditelinga Bella. Pak Malta dan Novi saling bertatapan. Bukan tatapan panah asmara, tetapi tatapan penuh tanda tanya. Pak Malta heran, darimana dia bisa kenal dengan Abume? Setelah Bella check di Internet, Abume adalah salah satu anak DKV yang mati disebuah kolam dekat kampus angkatan 17.  

"Berikan lukisan itu kepada saya" kata Novi. Pak Malta menatap Novi lama-lama. Gadis itu meminta dengan tatapan memohon. Tapi Malta belum bisa memberikannya sepenuh hati. Dia masih menggunakan karya milik Abume kepada mahasiswa lain. 

"Saya belum bisa memberikannya kepada orang lain. Saya permisi dulu"

"Siapa yang membunuh Abume?" tanya Novi. Pertanyaan itu membuat 2 orang masih didalam terpaku padanya. Apalagi pak Malta. Dia menatap Novi dari dekat. 

"Siapa yang membunuhnya? " tanya Novi mulai menangis.Setelah itu Pak Malta pergi.

"SIAPA YANG MEMBUNUH ABUMEEEE!!??" tanya Novi sambil berteriak. Pak Malta tak jadi keluar. Bella datang menenangkan kawan sebangkunya.

"Tenang dulu Novi" kata Bella dengan pelan.

"Kenapa orang begitu jahat dengan Abume? Apa dia miskin? Seenak jidat kalian membunuhnya. Kenapa banyak orang di Universitas begitu jahat padanya? Kenapa kasusnya dihentikan? Siapa yang membunuhnya? Siapa? SIAPA??" Novi menangis sejadi-jadinya. Dia sangat mencintai Abume. Sampai sekarang ia tak bisa melupakannya. Pak Malta menatap Novi dengan rasa bersalah.

"Dia terlalu berarti bagiku. Seenaknya saja kalian bunuh dia. Kau tau? Orang tuanya memperjuangkan keadilan untuk anaknya. Seolah-olah pihak kampus tidakbertanggung jawab atas kematiannya. Apa-apaan kalian ha??" 

Novi bersuara atas ketidakadilan yang dialami oleh sang pacar. Dia sangat sedih.

"Kau siapanya?" tanya pak Malta pelan-pelan

"Aku adalah, seseorang yang 'berarti' buat dia. Aku, akan berusaha mencari pembunuhnya. "

Malta Bangung dengan Mahasiswinya ini 'berarti'? Karena terdengar seperti keroncongan perut, Malta keluar dari kelas serta mengacuhkan obrolannya dengan Mahasiswinya tadi. 

"Pak..! Berikan gambar itu ! " teriak Novi. Itu adalah gambar gradasi warna yang dibuat oleh Abume. 

"Abume.."

Bella kasihan melihat Novi. Novi terduduk lemas dilantai.

"Bagaimana kalau bapak itu tidak mengembalikan gambarnya? Itu punya Abume" kata Novi.

"Novi, kita keluar dulu yuk. Kamu tenang dulu. Nanti kita akan cari jalan keluarnya bagaimana oke?" ucap Bella berusaha menenangkan Novi. Dia Menghapus air mata Novi.

"Aku traktir kamu makan. Sebagai balasan kalau kamu udah nolongin aku. Ayuk" ucap Bella.

Bella Membantu Novi berdiri. Mengajaknya kesebuah pendopo dekat kampus. Disana banyak yang menjual makanan. Jadi, Bella mengajak Novi untuk menenangkan pikirannya. Novi diajak duduk bersama dengannya. Di pendopo kampus, Novi masih menangis. Mungkin, perkara karya atas nama Adume.

"Adume, pacarnya Novi" Novi mulai bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Bella.Bella sedikit tertegun dan  Bella mulai mendengarkan ceritanya Novi.

"Pacar?"
"Pacar Novi dulu dibunuh sama orang. Novi gak tau, siapa yang ngebunuh pacar Novi" ucap Novi berlinang airmata.

"emang, pacar kamu dibunuhnya kapan?"

"Sejak Novi belum resmi kuliah disini. Pacar Novi, ngambil jurusan yang sama dengan Novi. Mayatnya ditemukan disebuah danau yang ada dikampus ini"

Jadi Itu alasannya Novi berteriak keras kepada pak Malta. Bella mengusap pundak Novi. Novi masih menangis.

"Orang tua Adume sekarang, dia masih berjuang demi Adume. Novi juga sama Bel..." kata Novi dengan nada merintih. Bella merasa kasihan sama Novi. Pasti saking cintanya, dia melakukan apapun untuk Adume. Setelah duduk dipendopo, penjual martabak mini datang menghampiri mereka. Dia menawarkan makanan kepada mereka berdua. Martabak disuguhkan ada berbagai rasa. Bella memesan rasa keju Pada si pedagang Martabak. Ketika melihat salah satu diantara mereka menangis, penjual martabak mini bingung.

"Ini kenapa mbaknya?" tanya Penjual martabak mini yang notabenenya adalah perempuan.

"Pacarnya dibunuh orang. Dan, pelakunya gak tau siapa. Apakah mbak kenal namanya Adume"

"Adume? " 

"Ia mbak" 

Pedagang martabak itu seperti pernah dengar nama tersebut. Dia mencoba mengingat nama itu. Seperti tidak asing dan terasa dekat dengan dia. Sontak dia ingat sesuatu.

"Adume Hasuwasa?" tanya pedagang Martabak mini itu kepada mereka. Mereka menoleh kepada si penjual martabak mini itu. Apalagi yang janga adalah Novi.

"Mbak kenal sama Adume?" tanya Novi.

"Kenal atuh . Dia itu langganan saya. Dia mah orangnya baik. Tapi, nasibnya tragis, dia itu ditemukan di sekitar danau tempat saya tinggal. Saya yang pertama kali nemuin mayatnya sama pak Malta didanau saat, kami berpapasan berdua. Terus tiba-tiba kami berdua ngeliat mayat ngapung mbak. kami seret ke darat, lalu didalam tasnya itu ada luka tusuk. Konon katanya, dia dihukum karena dia tidak ikut ospek"

Komentar