SERGIO (Kau Jual, aku beli!)



cerita ini mengandung konten dewasa 18+


Hal yang paling ku benci di dunia ini adalah, dia merasa kuat karena dia berada di ketiak orang lain. Atau dia kuat karena dia punya banyak uang. Aku tidak iri, tapi itu sangat menjijikan. Seperti anak kecil yang selalu memamerkan barunya. Orang yang lemah, selamanya akan dibodohi dengan orang yang tahtanya lebih tinggi dari atasnya.

Setiap kali aku melihat, orang yang memiliki kuasa bertindak selayaknya Tuhan. Dia merasa telah memiliki senggenggam dunia, lalu dia kendalikan semaunya saja. Orang-orang bagai robot yang dilatih dengan menggunakan cheap dan remote control.  Menyedihkan, manusia satu menjajah manusia lainnya. Miris memang, tapi memang begitulah adanya yang terjadi di dunia ini.

Kesombongan manusia akan terlihat dari sana. Apalagi jika mereka sudah kaya, mereka yang dibawah akan tahu jati diri mereka yang sebenarnya.

Sesungguhnya seseorang itu diuji ketika dia memiliki kekayaan atau kekuasaan, jika dia bengis diwaktu makmur, maka begitulah sifat aslinya. Jika dia miskin, maka dia akan berekting seperti layaknya patutnya dikasihani.

Paling ganasnya lagi, ketika mereka akan memiliki kekuasaan, hukum bisa dibeli, media bisa dikendalikan, orang yang bukan serikat mereka dihentikan dengan menciptakan berbagai fitnah.

Orang-orang dekat mereka, terpaksa menjadi penjilat di era sekarang, demi mendapatkan keuntungan dan perlindungan. Sekarang kebebasan berbicara ditentukan oleh duit. Mereka boleh berbicara seenaknya karena, uang akan membungkam segalanya. Sementara yang miskin akan diam tanpa suara. Jika mereka speak up, nyawa jadi taruhannya.

Aku tak tinggal diam. 

Aku benci mereka bersikap layaknya kapitalis.

Apakah kebebasan dalam berbicara itu ada? Atau hanya sekedar fatamorgana? 

Jika kalau ada yang membantu mereka, paling hanya untuk terjun di media politik. Sering ku lihat, mereka terlihat baik didepan masyarakat, bersikap ramah tamah macam kawan dekat. Padahal, behind the scene-nya mereka hanya dijadikan alat untuk memenangkan pertandingan.

Mereka berkampanye dipasar, sambil menikmati makanan tradisional dipinggir jalan, seolah mendukung rakyat kecil. Padahal tidak sama sekali.

Namaku Sergio Lee. Terlalu Mexico sekali, lantaran ibuku adalah penggemar telenovela dari berbagai seri. Dia adalah penggemar Thalia Sodi, pemeran utama Rosalinda, dimana ada seorang gadis seperti Barbie, sering meletakan bunga mawar putih ditelinganya.

Namaku berbeda dengan orang Korea pada umumnya. Bahkan, ketika aku memasuki SMA orang-orang menyangka bahwa ibuku adalah bagian anggota Kartel, yang ada di Mexico. Para tetangga menyuruh ibuku mengganti namaku. Tapi, ibuku tidak mau lantaran dia mau anaknya, punya ciri khas tersendiri agar mudah memanggil namanya.

Sejak SMA, orang-orang membully-ku hanya karena masalah spele yaitu nama. Kita tinggal dinegara Korea, nama harus sesuai dengan identitas bangsa. Ditambah lagi, aku pernah ditampar berkali-kali hanya karena ini. Awalnya, aku diam. Namun aku marah hingga aku berkelahi dengan salah satu anggota gank yang ada disekolah. 

Pada saat itu aku bertarung dengan orang kaya. Ayahnya adalah seorang pejabat tinggi negara. Hingga aku diancam akan dikeluarkan dari sekolah akibat perkelahian itu. Habis aku di ancam, aku menarik anak laki-laki tersayangnya di depan semua kawan-kawan yang menyaksikan. Hingga mereka menggeretek ketakutan.

"Sergio!!!" Ujar teman-temanku mencegah. Tapi aku tidak tahan, pada orang yang mengandalkan kekuasaan untuk menyalahkan aku. Aku tahu, aku bukan dari kalangan pejabat. Tapi jangan remehkan aku! Ku seret kawan yang membully-ku itu lewat kaca sekolah hingga pecah. Hingga ayahnya yang menyaksikan anaknya, ku buang bagaikan sampah terjun bebas ke lantai bawah.

Tak hanya itu dengan membabi buta, ku buang juga pejabat daerah itu sampai mereka berdua tewas dibawah.

"Sergio!!! Apa yang kau lakukan?!! Kau membunuh pejabat daerah" ujar kepala sekolah yang membentakku. 

"Apa peduliku dengan mereka? Lebih baik ku buang mereka ke neraka. Dengan bantuan tanganku"

"Apa katamu?!!"

Aku sudah tak sabar ingin membentak kepala sekolah pada saat itu.

"Ketika saya di bully anda KEMANA?!!!! Anda mau saya buang juga? Kalau anda tidak berguna jadi kepala sekolah, lebih baik aku buang saja ke neraka. Biar bapak ikut bersama mereka"

Mendengar itu kepala sekolah menatapku ketakutan. Mungkin, aku adalah seorang psikopat. Dia tak bisa berkata apa-apa saat aku membentaknya. Selama ini, aku berusaha patuh terhadap aturan sekolah. Tapi, apa impact-nya kepadaku? Malah membiarkan aku terbully begitu saja. Aku begitu jahat, tapi pada orang zholim juga. Semenjak itu, kepala sekolah menyembunyikan identitasku. Bahkan dia rela membayar mahal, demi menembus dosa-dosanya kepadaku. Teman-teman juga mau bersaksi untukku.
-------------------------------------------------------------------------
20 tahun kemudian. 

Aku bekerja sebagai seorang pengusaha percetakan, yang terdiri dari beberapa cabang. Itu bergerak dibidang sablon dengan style gambar mengarah ke cartoon. Penampilanku tambah menunjukan sisi identitasku, rambut panjang, terikat dengan janggut dan kumis yang menghiasi, menunjukan bahwa aku suka bergaya Hipster.
 
Orang-orang menyuruhku bergaya seperti layaknya anggota boyband. Tapi aku tidak mau, lantaran aku tidak nyaman. Aku ingin menjadi diriku sendiri tanpa harus mengikuti apa yang trend sekarang.
 
Jadilah dirimu sendiri, jangan pernah jadi orang lain. Teruslah berfikir positif, bebas tapi jangan kebablasan. Hidupku memiliki batas-batas tertentu. Ikuti aturan norma yang berlaku, hiduplah berpedoman pada aturan agama. Orang-orang sudah diluar kendali. Saking diluar kendalinya, dia memilih untuk tidak beragama. 

Banyak orang yang salah kaprah karena tidak ber-Tuhan. Iman sudah setipis tisu, tapi kau memilih untuk menjadi atheis. Makanya ketika kau putus asa, kau tidak ada tempat untuk mengadu, kasihan.

Betapa kurang ajarnya statemen ini. Tapi kenyataannya, hidup itu tidak ada yang seenaknya. Setelan pabrik hidup manusia, sebenarnya berlandaskan pada aturan dari sang Pencipta. Tapi manusia memilih untuk tidak mengikuti aturan itu, makanya rusak tak terkendali. Cara memperbaikinya adalah restart  atau instal ulang, baru menjadi manusia yang lebih baik. 

Sambil memutar lagu kesukaanku, aku menikmati alunan lagu rap Eminem, berjudul 25 To Life ,  dan memandangi dunia yang semakin indah, tapi sudah memiliki sarang penyakit yang mungkin susah disembunyikan. Semakin tercekik, dan menyedihkan.

Beragam manusia, bahkan ada 18 jenis seperti yang dilakukan orang Thailand yang meklasifikasi gender mereka. Tapi ini lebih dari itu karena mereka menjadi orang yang egois. 

Dari atap gedung yang tinggi, aku melihat segerombolan anak sekolah yang sibuk membully kawannya, yang sepertinya gadis yang kurang berada. Kepala gadis itu habis kena lapak, hingga mulutnya berdarah. Dari lantai atas, aku menjatuhkan beberapa karung pasir  ke bawah, hingga tercampak dan lebih beruntungnya pas pada sasaran.

"Bangsat!! Siapa ini yang punya kerja?!" Tanya dengan nada yang lantang. Salah satu diantara mereka mendongak ke atas. Aku berdiri disekitar balkon gedung itu. Lalu, aku berikan dia salam jari tengah, meskipun mereka itu perempuan.

"Maaf kawan!! Aku orang  yang tidak punya perasaan"  Ujarku. Mereka berang. Baju mereka sudah dilumuri oleh pasir yang kutuangkan tadi. 

"Apa katamu?"

"Aku orang yang tidak punya perasaan. Aku ini jahat sama seperti kalian. Jadi kalian menemukan orang yang lebih jahat, dari kalian." Ujarku dengan nada mengejek. 

Sebagai pemeran utama dalam cerita ini, aku akan melihat beberapa orang yang amat kejam dari belahan bumi. Inilah ceritaku Sergio Lee. Seorang pemuda yang amat jahat, dimata orang yang jahat pula. Sangat berterus terang, tapi membuat orang dendam bertubi-tubi. 

Gadis-gadis itu kemudian pergi dengan baju yang kotor. Sementara gadis cupu itu bebas dari sergapan mereka. AKu tersenyum dengan tulus kepada gadis itu. Aku menyapanya dengan memberikan salam. Gadis itu membalasnya dengan senyuman juga. 

Setelah itu aku kembali duduk membaca buku dari Kahlil Gibran. Di mana banyak untaian indah dalam puisi-puisinya. Dia adalah pujangga sekaligus penyair dari Libanon. Bahkan disampingku ada juga buku dari Sir Arthur Conan Doyle. Aku seperti orang yang pengangguran. Tidak bekerja. Padahal, aku memantau kinerja dari karyawanku dengan menggunakan tablet yang aku punya. Ketahuan saja tidak jujur akan aku permalukan dia.

Hidup terus terang kata orang menyakitkan. Jujur salah, tidak jujur juga salah. Lebih salah lagi, kalau kita berbohong. Kecuali kita disuruh menjaga rahasia penting mungkin bisa dipertimbangkan lagi. Terlebih lagi itu adalah rahasia negara. 

Tulisan ini agak random. Namun aku adalah pemeran utama dalam cerita ini. 

Sejujurnya, orang toxic semakin lama, semakin banyak. Ada sasaeng fans, yang terlalu fanatik dengan idolanya hingga dia mengejar sampai inti bumi. Paling parahnya ada yang sampai malin kolor dan membuat keyakinan sendiri. Terus tidak terima bila idol-nya dikritik. Berasa kalau artis yang mereka puja tidak memiliki kesalahan tanpa celah. 

Lalu kemudian, bahkan war antar fandom, yang mengakibatkan bersitegang urat jari, dan urat leher. Bahkan sampai mengejek komunitas lain. Memang, ada gila-gilanya ku lihat. Artisnya harus sempurna tanpa celah. Kalau dia melakukan kesalahan besar, namanya akan hilang ditelan bumi. 

Terus ada yang cintanya ditolak, denial. Kemudian, demi memastikannya dia bekerja sebagai penguntit, atau kata lain sebagai seorang stalker.Lalu, dia akan berperan sebagai pemabuk, dan mengatakan yang sebenarnya tentang perasaan sebenarnya, meski orang itu tau kalau mereka punya pacar. Paling bahayanya lagi, dari stalker berubah menjadi obsesi, yang membuat orang mereka targetkan tidak bahagia. Bahkan bisa dibuat gila, dibunuh secara psikis hingga orang itu tidak normal lagi karena mereka. Tahap yang paling parah adalah membobol rumah, masuk kemudian mengancam akan dibunuh. Ini tingkat paling parah. Orang-orang bisa paranoid.
___________________________________________________________________________________

 BAB 1. Fans Gila.

Di dunia ini, setiap orang memiliki patokannya masing-masing untuk dijadikan acuan untuk sukses, dan semangat menempuh hidup yang lebih lama. Orang merasa akan segar bugar, ketika mereka melihat seseorang yang terpampang nyata di media televisi. Entah orang itu punya kelebihan untuk dijadikan panutan, atau karena dia memiliki wajah yang tampan or cantik.  Sebenarnya, kalau kita mengidolakan seseorang lebih baik ala kadarnya saja. Mengagguminya, tapi jangan sampai terlalu dalam. Kadang idola yang kau sanjung tidak memenuhi ekspetasimu. Kau membayangkan yang indah-indah tentang idolamu, bila kau berkawan dengannya. Boleh berkhayal seperti itu, akan tetapi jangan berlebihan.

Sembari duduk santai menikmati pemandangan lantai atas di atap gedung, aku mendirikan rumah atap. Hidupku seperti Carl Johnson yang ada di GTA. Bebas, tapi terikat. Banyak rumah persinggahan bila aku lelah. Aku pulang kerumah atap ini seminggu sekali. Aku membelinya tunai, tanpa bayar deposito dimungka.  Aku menggeser layarku,  dengan menggaruk-garuk wajah. Beranda facebook ku penuh dengan berbagai pergempuran. Kalau debat politik, ini masih bisa. Ini debat antar fandom  salah satu Boyband yang mungkin ketenarannya sudah setara dengan BLACKPINK. Mungkin, aku juga tidak tau. Dari agensi bawahan, agensinya menjadi naik dan fansnya sudah menyebar di berbagai belahan kancah dunia.

Aku bukan tidak menyukai boyband  yang satu ini. Oh ya, author dari cerita ini bukan menaikan dengan menjelekan sesuatu. Dia mengarang, sekaligus mengkritisi kelakuan busuk atau kelakuan yang diluar nalar manusia normal. Fans dari boyband  yang berasal dari negaraku, kebanyakan memaksa orang yang benci, untuk mencintai. Saking menyebalkannya, bahkan mereka me-report  aku yang membenci mereka dengan membawa pasukan. Itulah makanya penggemar ini punya komunitas yang dinamakan dengan ARMY yang berarti tentara.

Sang idola tidak boleh dikritik tanpa celah. Padahal, adakalanya manusia itu salah. Sebab mereka bukanlah Tuhan yang patut disembah. Jika mereka adalah Tuhan, berarti logikanya, manusia mampu menjadi Tuhan juga. Faktanya tak ada manusia setara dengan Tuhan, dan sampai kapanpun tak akan pernah. Buktinya, Tuhan mampu menciptakan matahari sendirian. Sementara di negara Tiongkok sana, mereka menciptakan matahari buatan, butuh orang-orang dalam untuk menerbangkannya artinya adalah pekerja yang banyak.

Tulisan ini sangat paradox, bercabang-cabang. Tapi namanya suka-suka penulis, aku sebagai pemeran utama dalam cerita ini, hanya bertindak sebagai wayang. 

Tapi bukan hanya dari kalangan mereka saja. Bahkan dari fandom lain juga sama. Membelanya sampai sebegitunya. Padahal, belum tentu orang yang mengidolakan mereka bakal suka dengan mereka. Bahkan bisa saja mengkhianati mereka. 

Komentar mereka pedas-pedas.

"Kau itu otaku, tau apa kau tentang K-POP?" Tanya mereka tertera di komentar. Aku selalu beranggapan, yang menulis komentar semacam ini pasti anak SMP atau pengangguran. Aku cuma membaca komentar mereka, yang tiada habisnya. 

Kemudian, aku masuk ke dalam rumah kemudian rebahan. Di sana ada ratusan cat dan peralatan lainnya yang memenuhi. Ini adalah dunia para seniman. Yang katanya bebas berekspresi. Yakin mereka bebas melakukannya?

Berbagai manekin telanjang yang dulu pernah aku buat. Dulu, penyesalanku masuk ke dunia ini adalah melihat pose-pose wanita telanjang. Aku menyesal, lantaran dosenku dulu menyarankan kami untuk menirunya. Bukannya malah fokus menggambar, melainkan para lelaki yang tidak tahan bahwa dia sedang cepirit, ingin menunggangi wanita itu.  Sang model sebenarnya tampak risih, aku tahu itu. Tapi temanku kala itu antena-nya sudah berdiri tegak.

"Aku sudah tidak tahan lagi pak" Dia dalah temanku, yang pada saat itu sudah ereksi berat. Tanpa menahan malu dia hendak membuka celanannya. Bahkan aku lihat dia hendak meremas bukit kembar sang wanita. Orang-orang dalam kelas mulai mencegahnya. Termasuk aku yang pada saat itu untung saja, diri ini berfokus pada mata kuliah dan tugas-tugas yang diberikan. Pensilku terpelanting kebawah. Beberapa alat lukis lain juga bersepah kemana-mana.

"Soo Young!! Jangan lakukan ini"

"Hentikan!!!" Ujarku pada mereka. 

Bagi mereka, kalau wanita sudah dijadikan objek, bukan dikerubungi kupu-kupu tapi lalat sudah mulai berdatangan.  Sehabis itu aku ingat, wanita itu ku tutupi dengan jacket yang aku punya. Lalu setelahnya, aku bergegas menuju wanita itu sambil berkata.

"Besok, kau jangan bekerja sebagai objek apapun. Kau tidak pantas untuk dieskploitasi begini. Kau itu seorang wanita. Lebih baik, bekerja dengan gaji sedikit daripada uang banyak, tapi harga dirimu yang tercoreng"

"Kau tau apa tentangku? Berani-beraninya kau menceramahiku"

"Aku tidak tahu apa-apa tentangmu. Tapi aku mengkhawatirkan kedua orangtuamu yang mengetahui anaknya bekerja seperti ini. Mungkin aku terkesan seperti gampang berbicara, namun ingatlah. Mereka aslinya tidak senang"

Wanita itu terdiam dan seakan dia berfikir dengan apa yang aku katakan. Aku tahu hidup ini memang butuh uang. Semua dicekik oleh keadaan. Yang dibawahh terinjak-injak. Harga diri menjadi taruhan, demi memakmurkan diri sendiri. Semua terkorbankan. Laki-laki dan perempuan menjual keperawanan mereka (sebenarnya perjaka), akan tetapi begitulah kiranya. Lelaki tak hanya menjual dirinya kepada wanita saja, dua arah mereka jual dan terjerumus dalam dunia yang di penuhi oleh warna-warna. 

Aku melihat potret seorang laki-laki yang indah dimata para perempuan. Dia tampan sekaligus cantik juga. Akan tetapi, saat aku dan kawanku hendak melukiskan wajahnya, dia menangis dengan raut wajah penyesalan.

"Laki-laki tak boleh menangis" Ujar kawanku yang sejak dulu memiliki toxic masculinity. Aku menatapnya dengan tajam. 

"Menangislah, kau juga manusia. Apa yang kau tangisi"

"Berikan lukisan ini pada ibuku. Katakan padanya, ini hanyalah mimpi" Ujarnya. Aku tak mengerti apa yang dia katakan.

"Maksudmu?"

"Katakan pada ibuku bahwa, kehadiranku bagaikan mimpi. Aku mencintainya, dari lubuk hati yang paling dalam. Aku tidak perjaka lagi"

Mendengar itu, hampir semua orang tertawa. Aku diam, dan ingin mendengar lebih jauh.

"Laki-laki tidak perjaka yah wajar saja. Soalnya ada kalanya para lelaki meniduri para wanita"

"Aku ditiduri oleh lelaki juga" Ujar lelaki tampan itu hingga membuat mereka berhenti tertawa. Dia dipergauli oleh sesama laki-laki juga.

"Maaf, kami seharusnya tidak begitu"

"Tidak apa-apa. Sekarang aku terkena kanker anus. Ini tanda awal. AKu dipergauli oleh satu orang laki-laki. Dan diagnosanya baru keluar sekarang"

"Apakah kau seorang idoli?" Tanyaku dengan saksama.

"Ia"

"Siapa yang mempergaulimu?"

"Seorang pejabat"

Mendengar itu semua orang merinding.  Pejabat katanya. Aku teringat dia menyebutkan siapa namanya.  Hingga terseiar kabar, dua minggu setelah di lukis wajahnya dia mati bunuh diri. Paling menyedihkannya lagi, yang dihukum adalah managernya yang disinyalir adalah laki-laki tua. Padahal dia bukan pelaku utama. Selepas kematiannya, aku berdoa.  Memang, kalau hukuman yang bunuh diri adalah neraka. Tapi yang menciptakan dalam ruang lingkup mereka bagaikan neraka, adalah orang-orang toxic yang hanya ingin menjadi benalu dalam kehidupan mereka. 

Kembali ke topik pembicaraan. Aku yakin, kehidupan menjadi idol  sangatlah berat. Berat menghadapi media masa, komentar jahat dari hatters, kemudian kelakuan sasaeng fans  yang mengatur idolanya mereka harus punya pacar yang memiliki spek-nya sendiri. Disini, berani ku katakan bahwa, artis juga manusia biasa. Mereka bisa menangis dan lemah, begitulah kodrat manusia. Kekuatannya terbatas dan memiliki kapasitas yang sama sebenarnya. Jika ada idolanya yang berpacaran dengan wanita lain, seperti kehilangan separuh jiwa.

Bagi yang membaca cerita ini, kalian harus menampar wajah kalian sendiri. Tampar diri kalian dengan kenyataan. Bahwa mereka tidak bisa kalian miliki, walaupun itu berkemungkinan besar setidaknya sadar dirilah terlebih dahulu, itu yang pertama. yang kedua, coba jangan berekspetasi tinggi bahwa kau ingin bermimpi punya pacar yang tak lain adalah idolamu sendiri. Berkaca dengan diri sendiri tak ada salahnya.

Apalagi yang diperparah, ngaku-ngaku itu adalah suami mereka. Padahal, mereka sudah punya suami. Suami mereka memiliki wajah yang tidak tampan. Lalu mereka lampiaskan  kepada artis-artis yang berparas rupawan. Sang suami terpojok dalam kamar. Fans fanatik sekarang tidak terlalu realistis. Walaupun tidak semuanya, ada juga fans yang elite, tapi yang tidak eliete inilah yang berbahaya.  Melakukan berbagai macam cara, mulai mencuri informasi, pin rumah mereka, sampai paling parah nomor ponsel.

Kesendirianku memikirkan banyak hal. Tujuannya agar cepat mengambil langkah dengan merangkai rencana-rencana, sesuatu yang mungkin tidak dapat ku prediksi dimasa depan. Tak hanya menggambar, tapi aku memahami rangkaian fenomena yang ku analisa secara diam-diam. Oh, beginilah bentuk wujud manusia.
___________________________________________________________________________________
 Beberapa selang, aku mendiami beberapa titik dimana aku sering nongkrong. Aku keluar dirumah persinggahanku. Aku mengendarai sepeda motor untuk menikmati indahnya jalan raya.  Hidupku dikatakan orang, seperti karakter garry stu. Tidak ada cacat tanpa celah. Padahal aku sering menangis seharian, meratapi diriku sendiri dan orang-orang. Ada banyak kejadian yang menggemparkan seluruh jiwa. Hingga aku sadar bahwa aku tidak sebagus yang kalian kira. Aku begini lantaran banyaknya kisah, yang mengantarkan diriku pada kedewasaan. Di dunia ini manusia itu semuanya lemah. Jika ada yang menganggap diri mereka adalah segalanya, maka itu adalah titik kelemahan seorang insan yang paling fatal.

Banyak manusia yang menganggap diri mereka seperti itu. Padahal semuanya itu sifatnya sementara. Kemakmuran yang mereka dapatkan adalah sebuah amanah yang sangat berat. Paling parahnya kebanyakan, kalau sudah dicap seperti itu mereka berani menuhankan diri. Siapa itu yang buat lagu? Salah satunya adalah ah, ku sebutkan namanya, mereka memiliki tentara.

Author  dari cerita ini harus benar-benar menuliskannya. Ini tulisan yang disengaja untuk kritik keras. Tentara mereka itu, tidak menganggap kalau idolanya itu salah. Mereka adalah segelintir penggemar yang menjijikan. memang kau dibayar berapa membela idola seperti itu?

Apakah bakal ada jaminan kalau idolamu akan membelamu kembali kalau bersalah? Itulah mengapa kalau mengidolakan seseorang, baiknya sekedarnya saja. Jangan terlalu berlebihan, soalnya nanti engkau yang kecewa, bahwa artis yang kau idolakan itu tidak sesuai dengan ekspetasimu.

Maka dari itu, jangan mengidolakan seseorang terlalu berlebihan.

Aku selalu memperingatkan mereka untuk tidak mengidolakan seorang artis, sampai pada tahap level memuja. Memuja? Bukan sampai terobsesi lebih. Banyak sekali penggemar yang memiliki akal sehat setipis tisu, lebih mengedepankan ego, ada perang sana-sini demi artis yang mereka sukai. 

Nanti ketika ia dikecewakan mereka denial. Seolah-olah itu bukan kepribadian si artia yang sebenarnya. Bagaimana kalau ia. Di sudut yang tak mereka ketahui, mereka bukanlah cenayang yang tau akan segalanya tentang kehidupan si artis.

Ingin menegur atau menempeleng kepala fans, bahwa mereka harus terbangun dari mimpi. Bahwa cinta itu terlalu dalam, tak boleh dibayangkan. Kau bisa gila seumur hidup.
 
Terutama oleh para wanita, yang selalu berkhayal tingkat tinggi. Tersilau oleh ketampanan yang hakiki. Bahkan mirisnya, mereka yang sudah punya suami membayangkan, indahnya pria lain. Si pria juga sama, bahkan membangkitkan khodam seorang istri.

Dunia semakin gila, dan tidak waras. Mau menyalahkan siapa? Yah pribadi masing-masing. Kembali ke pasal 1.








Komentar