The Five Breakwater 15

Puti menangis bila terbayang akan Zainal. Dirinya terpenjara akan perasaan yang tak akan pernah tergapai. Dia ibarat Alice, yang sudah berusaha bertemu dengan Kirito, tapi kenapa dia seakan-akan mencintai Asuna? Atau dia seperti Ryu Hong Jo yang berharap Lee Yeon kembali.  Namun setidaknya, ada Cheon Moo Yeong. Dia tidak akan pernah menggantikan Zainal. Dia mencintai manusia sampai ke akar-akarnya. Terlalu dalam sulit keluar. Gambar yang di peluk, adalah goresan indah tentang Zainal.

Dalam tidurnya, ia menganggap bahwa gambar itu adalah Zainal yang sesungguhnya.

Hal itu disaksikan oleh abangnya Monra dibalik kaca ajaib milik Dama. Sebagai seorang kakak, hatinya cukup teriris dengan hal seperti ini. Ia merasa menjadi kakak yang gagal, lantaran tidak perhatian pada adiknya.

Di hotel itu, dia meminta ampunan atas segala dosanya. Bahwa adiknya telah menembus garis terlarang yang sudah ditetapkan. Ia yakin, jika adiknya menuruti perasaannya, ia akan musnah ditangan Magek Jobang melalui senjata andalannya. Pedang kurambit adalah senjata paling berbahaya. Apalagi kalau sudah memancarkan sinar berbentuk warna kuning.

Monra ingat, saat masa penjajahan Belanda, dia membunuh salah satu penduduk Bunian yang keluar dari garis tanah kekuasaan. Dia memberikan hukuman, berupa penggal leher, dengan menggunakan senjata itu. Pancaran sinar berwarna kuning emas, menyebakan bila kena tebasannya, akan menyisakan racun bagi makhluk berjenis kelamin laki-laki. Kalau perempuan pedang itu mengeluarkan sinar, berbentuk perunggu. Mereka tewas dan musnah bagaikan abu mayat  yang dikremasi, tapi dia terbang menuju Nirwana. Bukan, menuju dunia penuh pengadilan.

Sementara di satu sisi, Zainal sedih membaca surat yang di kirim oleh Magek Jobang. Bahwasannya, Puti Salati mengirimkan berbagai macam teror kepada keluarganya. Surat Magek, berbeda dengan surat lainnya. Tulisan aksara minang lama, membuat dia bisa membacanya. Ia menangis lantaran, sang adik tinggal sendirian. Namun, ia sangat bahagia lantara ia punya anggota keluarga tambahan berupa sahabat, yang menyayangi adiknya.

Magek menjelaskan, bahwa ada salah satu temannya yaitu Sambadewa, akan menjaga dengan baik. 

Hal ini membuat ia benci untuk selamanya kepada Puti Salati. Ia bersumpah, tak akan memberikan perasaannya pada hantu palasik kuduang itu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam perjalanan menuju rumah Intan, Aul menceritakan semuanya. Hal ini membuat ia tak percaya tentang pria tersebut. Intan tau, Aul ini adalah tipikal gadis istimewa yang diberikan kemampuan khusus dari Tuhan, untuk melindungi sesama manusia, dari ancaman makhluk halus.

"Tiga warna dalam dirinya?" Intan mendengarkannya sambil menyetir.

"Ia, ada Hitam, coklat terang, dan putih. Tapi kalau dipikir-pikir, kenapa warnanya seperti bulu inyiak?"

Kalau sudah menyangkut warna khusus pada manusia jadi-jadian, itu berarti Aul melihat makhluk halus sesungguhnya. 

"Memang pria itu memancarkan aura itu?"

"Ia. Anehnya, pas aku ngomong terimakasih, dia malah menghilang."

"Kalau dia beneran inyiak, masuk di akal juga dong. Kenapa gantengnya gak masuk di akal? Aku tahu, manusia seindah itu ada. Pasti ada dikalangan manusia. Tapi, jarang banget ditemui"

"Aku jadi penasaran sama cewek yang namanya Rihanna itu. Kayanya dia juga bukan manusia"

Apakah benar? 

"Tapi gak usah dipikirinlah. Toh kalau mereka bukan manusia, anggap saja mereka itu guardian angle. Yang ditugaskan jagain kamu"

Sampailah mereka di rumah. Ayah dan Ibu Intan, telah lama sekali menunggu untuk menyambut mereka. Waktu maghrib tiba, dan saatnya mereka solat.

Hati Aul berseri-seri tak seperti biasanya. Dia mengambil wudhu, setelah itu ia keluar dan mencari mukena, kemudian dia kenakan. Dan mengambil posisi untuk Sholat. Ia mengerjakannya dengan khusyuk. Tiga rakaat itu, ia kerjakan selama 5 menit. Kemudian sesudah selesai, Aul berdoa. Pertama untuk ayah dan ibunya. Yang kedua, untuk abangnya semoga tetap berada di dalam nauangan perlindungan Allah Yang Maha Esa.

Ia menanggalkan mukena itu, kemudian ia melipatnya dengan rapi. Ibu dan ayahnya Intan adalah wanita berusia renta. Intan sebenarnya memiliki saudara perempuan kandung, akan tetapi mereka merantau ke tanah Jawa dan juga Kalimantan. Hanya Intan saja yang berada di rumah. 

Keluarga Intan mengangkat Aul menjadi anak mereka, saat kuliah semester pertama. Mereka menyusun berkas-berkas, agar Aul bisa menjadi saudaranya Intan. Jadi tak hanya berteman, tapi juga saudara. Alasan lain, mengapa Aul diangkat menjadi anak lantaran salah satu diantaranya, ada yang bernasib sama dengannya. Sang ibu, adalah korban teror hantu suluah juga. Entah siapa yang mengirimkan, keluarga dari ibu Intan. Hingga menjadi yatim piatu juga. Rupanya yang mengirimkan itu adalah, seseorang yang pernah menyukai ibunya. Sebelum menikah, ibunya ini pernah ditaksir seseorang. Akan tetapi sang ibu memilih ayahnya Intan, hingga membuat pria itu tega mengirimkan semacam teror guna-guna.

Itulah kenapa dia mengangkat Aul jadi anaknya. Saat Intan bercerita tentang Aul, hatinya merasa sakit. Terlebih lagi, ia sempat bercerita bahwa ayahnya di racuni dengan menggunakan, cacing tubo.

Lauk pauk sudah terbuka. Sudah waktunya mereka makan. Dua anak gadisnya, mengambil piring. Mereka berbincang-bincang tertawa bersama. 

Terlihat dari wajah Aul, dia tampak berseri-seri. Tak seperti biasanya, ini jauh lebih bahagia  dari sebelumnya. 

Namun ia tidak memikirkannya. Sejujurnya, mereka ingin semuanya pada hari ini tetap bahagia.

Selesai makan, mereka mencuci piring bersama. Selepas itu mereka duduk di teras sambil menikmati bulan purnama, yang sekilas tampak memantulkan cahaya biru, atau yang disebut dengan blue moon.

Mulailah ibunya bercerita tentang apa yang terjadi pada dirinya. 

"Waktu amak muda, amak sering main dibelakang pematang sawah. Dulu, amak tinggal di di wilayah Harau Payakumbuh. Di Harau amak sering melihat sesuatu hal, yang tidak bisa di lihat oleh manusia. Amak pernah melihat wujud manusianya sibigau, dan dia menyuruh amak pulang. Amak masih ingat,  waktu berjumpa dengan dia, usianya sekitar 921 tahun. Namanya Monra. Dia punya kawan namanya Dama. Dama itu seumuran sama dia, tapi dia itu sudah penjadi penguasa gunung Kerinci." Ujar ibunya Intan menceritakan masalalunya yang ternyata, bergenre fantasi

"Berarti amak sudah pernah bertemu dengan Inyiak?" Tanya Intan kepada ibunya.

"Cuman itu yang belum emak temui. Kata Dama, nama kakaknya itu adalah Magek Jobang. Nama manusianya adalah Ryan. Ryan itu sangat sibuk. Padahal, emak   ingin juga bertemu. Entah bagaimana mereka sekarang"

"Berarti, emak juga  tahu tentang Puti Salati dong?" Tanya Aul. Ibu kandungnya Aul, terdiam mendengar nama itu. Dia mengubah posisi duduknya seakan ia ingin mengungkapkan sesuatu.

"Semalam itu, adalah bala tentara Puti Salati" ujar Emaknya Intan. Mereka berdua mulai mendengarkan dengan serius.

"Puti Salati sebenarnya adalah siluman Sibigau, yang dikutuk oleh Magek Jobang menjadi hantu palasik. Konon, menurut Dama dia itu melanggar aturan bahwa mereka tidak  boleh mencintai manusia. Sampai suatu ketika, dia membunuh Sirama. Kakak tertua dari Puti Salati sampai meninggal." Ujar sang ibu dengan menjelaskan panjang lebar.

"Dama itu anak keberapa ya bu?" Tanya Intan.

"Anak ke dua. Ayahnya itu adalah remeung Aulia

Reumeung Aulia adalah siluman harimau putih dari Aceh. 

"Reumeung Aulia? Itukan siluman Harimau putih dari Aceh?"

"Ia, dia menikah dengan siluman Harimau betina belang tiga yang ada di Sumatera Barat ini. Reumeung Aulia memiliki kekuatan yang lebih dahsyat. Dia adalah pemimpin dari para siluman Harimau, yang ada diseluruh penjuru negeri. Sekaligus pemimpin dari semua siluman. Konon katanya Reumeung Aulia ini sangat berpihak, pada orang yang ahli ibadah. Apabila seseorang sedang solat ditengah hutan, ia tak akan membiarkan iblis berserta anak buahnya mengganggu orang itu. Saat dewasa, anak-anaknya dikirim untuk menjadi pemimpin. Magek Jobang, dijuluki sebagai Limo Ampang. Dama penguasa gunung Kerinci, dan Astuti Delima dikirim ke Jawa."

"Jadi ada yang perempuan?"

"2 jantan 1 betina. Tapi yang betina, sering bertarung dengan siluman lainnya. Itulah mengapa Astuti sulit menjadi penguasa utuh di sana.  Dia hanya mampu menguasai sebagian Jawa Tengah saja."

Aul terkesima mendengarnya, ibunya Intan tau siapa siluman inyiak sampai ke akar-akarnya. Aul juga ingin membagi kisahnya.

"Abang saya ternyata berada ditempat lain. Dia ternyata berada di dunia ini. Hanya saja di sembunyikan bukan di Padang. Namun masih wilayah Sumbar" Ujar Aul.

"Maksudnya?"

"Abangnya Aul, dia gak mati mak."

Ibunya Aul mulai mendengarkan secara serius.

"Jadi gini, saya ketemu sama orang memakai jas stelan gambar Harimau yang disulam dengan benang emas. Penampilan dia itu sangat mencolok. Tapi tidak norak, karena wajahnya. Dia memberitahu saya,   bahwa abang saya tidak mati. Dia menyelamatkan diri dari Puti Salati, berkat orang itu."

Ibunya Intan menganga seakan kaget, dengan apa yang dia dengar. 

"Sulam emas?"

"Ia. Mana ada laki-laki yang mau pakai baju begitu? Kan gak ada" ujar Aul.

"Hey ..., apakah dia Inyiak Magek Jobang?" Tanya ibunya Intan dengan curiga.

"Siapa itu Magek Jobang mak?" Tanya Intan pada ibunya dengan wajah penasaran.

"Magek Jobang itu, adalah inyiak harimau gunung Singgalang" tiba-tiba ada mereka mendengar seorang pria tua, yang habis membaca buku dongeng klasik.

"Abak? Abak kenal dia?"

"Tentu. Abak pernah tersesat di hutan. Waktu itu bapak ketemu dia, dimana bapak seakan berputar-putar disitu saja. Saat itu usia abak 25 tahun. Wajahnya tampan dan terlihat muda. Abak pikir, dia seumuran sama abak. Ternyata dia udah gaek 900 tahun lebih umurnya. Dia suka menolong orang tersesat dengan menyembunyikan ranting kayu, nanti kita bakal ketemu pintu. Dia suka memakai baju hitam yang disulam dengan benang emas."

Ujar ayahnya Intan, yang menceritakan pengalamannya. Apakah yang ia temui adalah inyiak sungguhan? Tapi ia belum bisa pastikan, lantaran ia baru pertama kali bertemu.

"Lihat warna rambutnya. Kata Dama, kakaknya itu punya rambut 3 warna. Hitam, coklat putih. Sementara Dama itu Hitam, putih coklat ditambah abu-abu."

Ujar ibunya Intan pada Aul. Intan juga harus mengingatnya demi sahabatnya. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Magek menghadapkan wajahnya diatas atap. Dia melihat pemandangan penuh gemerlap di kota Padang. Sekarang dia berada di posisi Ulak Karang. Menikmati kesendirian dengan segelas Teh Talua yang nikmat.

Saat ia sedang bermenung, burung phoenix yang ia beli dari Mesir, datang membawa sebuah gulungan. Gulungan itu berisi sebuah surat yang terlempar dihadapannya. 

Ternyata itu adalah dari sang ibu, yang sekarang bersama sang ayah berada di Aceh. Surat itu membuat dia kaget, bahwa dia harus ke Pariaman dalam waktu kurun dekat. Dia juga harus berhati-hati dalam mengambil sikap. Sebab, ia adalah pemilik hotel. Dan ada yang lebih mengejutkan lagi. Sesuatu yang terjadi di masa depan.  

Ia segera menutup surat itu, dan segera membakarnya dengan kedua telapak tangannya. Dibawah sinar bulan purnama, bertaburan bintang-bintang diangkasa. Ia harus mempersiapkan segalanya, hal yang ingin dia lakukan adalah menusnahkan Puti Salati.

Ia punya daftar kejahatan yang sangat banyak. Bahkan dia juga mengancam orang-orang lampung. Sudah berulang kali dia diberi ampunan namun dia belum berubah. Dia hanya menunggu waktu yang tepat. Ini adalah kesempatan terakhir untuk membuat wanita itu berubah.

ESOK:

Magek Jobang kembali mengantar Sambadewa pergi bekerja. Ini sudah seperti suami yang mengantar istrinya saja. Meskipun demikian, inilah yang ia suka dari Magek Jobang. Sebenarnya, jantungnya setiap hari berdegub kencang tidak karuan. 

Sambadewa jatuh cinta pada pandangan pertama, sejak ia masih kecil. Bahkan sampai sekarang. Alasan dia berpihak pada Magek, karena dia mencintai Magek Jobang.

Sesampainya di kantor, para pria yang ada disana menyambut Sambadewa, atau nama samarannya adalah Rihanna dengan senyum yang merona. Pesonanya, telah membius para lelaki, yang telah menunggunya di luar.

Hal ini, membuat Magek Jobang jengkel. Sebab wanita yang ia sukai, di perlakukan berlebihan seperti ini. Tapi untung saja, di saat yang bersamaan ada Aul dan juga Intan. Ia langsung bergabung dengan mereka.

Tidak semua wanita yang menyukai Rihanna. Magek melihat ada pengecualian.  Seorang pria tampan, dengan gaya cashual sedang menatap seseorang dengan pandangan yang berbeda. Kalau diperhatikan, sorot matanya mengarah ke Aul. Ia tersenyum kala ia tahu sepertinya, pria yang tidak diketahui namanya itu terpikat pada Aul.

Sambadewa bergabung dengan mereka. Hingga Aul dan Intan juga heran melihatnya.

Alasan lain, karena Sambadewa tau Magek Jobang cemburu. Hal ini sudah diperhatikan dari tadi oleh mereka berdua.

"Laki uni urang ee cemburuan yo?( suami kakak cemburuan ya?)" Tanya Intan.

Dibilang suami bukan, dibilang pacar juga bukan.

"Beko awak tagahan laki-laki tu manggaduah uni(Nanti saya cegah laki-laki itu mengggangu kakak)"

"Indak paralu lo do. Beko gabuang se jo kalian ( Tidak perlu banget. Nanti gabung saja dengan kalian), tapi jika itu beneran kalian lakukan saya mengucapkan terimakasih banget"

"Oh sama-sama Uni"

Mereka semua masuk dalam kantor sama-sama. Sementara para pria itu di anggap angin lalu oleh Sambadewa.

Mereka kemudian, masuk ke ruang kerja. Namun, tiba-tiba bos memberikan sebuah surat kepada mereka.

"Hari ini kalian bertiga akan bertugas di lapangan Imam Bonjol. Disana ada orang latihan pertunjukan festival. Yang dihotel pangeran kemarin, semalamkan gak jadi. Jadi pihak gubernur meminta kalian buat meliput kegiatan yang ada disana"

"Baik pak" ujar Intan dan Aul.

"Rihanna, ini tugas pertama kamu. Saya harap kalian berdua bisa membantu Rihanna juga"

"Baik  pak."

"Siapkan kamera kalian dan juga yang lainnya.  Dan ini uang jalan kalian.   Disitu ada uang jajan kalian"

"Terimakasih bapak"

"Dah saya permisi dulu"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Magek Jobang kembali ke hotel. Dia harus mengelola bisnisnya juga. Sesampainya di hotel, dia di hampiri Dama dan juga Monra. Sebuah surat dari Gubernur ia pamerkan kepada kakaknya.

Magek kemudian menerimanya serta membacanya, ternyata isi surat itu bahwa besok bapak Gubernur membicarakan sewa tempat podium di hotel tersebut, untuk acara festival budaya.

"Baik, besok ajo akan datang siap siaga menyambut bapak gubernur. Dan satu lagi, jika hotel ini di pakai lagi saya berharap kalian dapat membantu saya. Soalnya, kemarin saya mendapat serangan mendadak dari Puti Salati. Untuk Dama, jika persediaan bawang putih tidak ada, minta tolonglah pada penduduk Bunian yang ada di gunung Kerinci"

"Oke. Berapa banyak yang dibutuhkan?"

"10 karung minimal."

"Jan, senek bana tu mah. Beko ndak cukuik do.(jangan sedikit banget itu. Nanti gak cukup)"

"Io jo, beko ndak cukuik beko. Patang ko se banyak bala tentara si putri tu. (Ia, nanti gak cukup. Semalam banyak bala tentara Si Puti)"

"Benar juga"

Komentar