1. Rutinitas yang mematikan

 

PLAKKK!!!!!!

Suara itu sering terdengar seperti alunan musik yang selalu terputar di sebuah lingkungan yang harusnya menjadi tempat yang aman. Speaker yang direkatkan pada salah satu atap memutar musik dari Beethoven Symphoni no 5. Para murid di pagi hari tangannya gemetaran karena melihat ini ke sekian kalinya seperti melihat penampakan hantu. Salah satu murid terlempar ke arah mereka dengan wajah yang hampir tidak terbentuk lagi.

Beberapa murid perempuan, datang dengan wajah bringasnya. Ia memberikan tamparan kepada seorang gadis berhijab berulang kali. Tamparan yang ia layangkan dia lakukan dengan penuh rasa senang. Di bagian kiri-kanan mendapat jatahnya secara bergantian. Padahal, gadis itu sudah mengeluarkan darah dimulutnya.

Gadis itu bernama Sandra. Dia cantik tapi kelakuannya membuat mereka ingin membunuhnya, tapi belum ada keinginan untuk melakukannya

“Lu mau jadi cepu ha?!!!” tanya gadis itu dengan tatapan sadisnya. Ia mencengkram kerudung yang dikenakan oleh korbannya, sampai pentulnya terlepas dan mengenai trakhea gadis itu. Tapi untungnya tusukannya tidak terlalu tajam. Tapi, mengganggu.

“Nggak kak. Bukan aku yang ngaduin” ujar gadis itu sejujur-jujurnya. “

Ia melakukannya lagi. Perbuatan itu bantu oleh kawan se gank-nya. Salah satu temannya membawa semacam kaleng airbrush. Gadis itu memohon minta dilepaskan, namun namanya seekor babi, kalau sudah bertindak dia tidak akan melihat siapa korban. Wajah gadis itu ternyata akan dibaluri dengan krim semprot.

“Bentar lagi gue mau ulang tahun. Harga kue tar mahal sekarang. Tapi, kuenya udah jadi kok, jadi wadahnya udah ada” Ujar Sandra mulai beraksi, sambil memutar-mutar kedua telapak tangannya. Gadis berhijab itu menangis, karena ia merasa sesak nafas. Posisi ini, ia tidak berdaya. Tindakan ini sudah keterlaluan, menganggap orang sama dengan seonggok kue yang belum dibaluri cream, lalu di santap bersama-sama. Orang-orang berusaha untuk menyelamatkan gadis itu. Namanya Attila. Salah   seorang tidak tega  merasa tercekik,  gadis kacamata itu ingin menyelamatkan Attila. Teman satu kelasnya dalam bahaya. Ia memberanikan diri menolongnya,  seakan berani masuk ke dalam kandang singa.  Sesaat ia ingin menolong gadis itu, rupanya, ia langsung dijadikan bahan bully-an-nya juga. Inilah kenapa para murid itu takut kepada gank satu ini. Guru-guru juga takut dengan mereka, disebabkan Sandra adalah anak dari seorang pejabat daerah.

Kecuali satu guru yang terkenal sangat dingin. Wanita berponi yang nyaris tidak pernah mengenakan baju seragam PNS-nya. Dia selalu memakai kostum seperti komik-komik Jepang, dimana dia selalu berpenampilan seperti gadis lolita. Dress serba hitam, serta memakai payung warna merah  dengan saputangan yang terbuat dari kulit binatang, mengatupkan payungnya kemudian ia memasang wajah deep-pan. Gayanya mirip dengan kawannya Kaoru, di dalam anime fruit basket. Tetapi lebih dark dari itu. Dia berjalan bagaikan pragawati yang memamerkan desain baru. Anggun dan luxurious, dengan pakaian yang mungkin membuat ponsel yang dimiliki anak muridnya dapat terjual. Dia selalu membawa payung merah rose, dengan ukiran bunga seperti payungnya Lee Hyeon dalam serial drama Tale of the Nine Tailed.  Tapi bunga yang ditampilkan adalah bunga edelweise yang sengaja di awetkan dengan balsam dan mencogok ke atas, sehingga seperti sekuntum bunga yang berhasil di tanam di lahan kain merah itu.

Gadis itu dan kawan-kawannya menatap wanita ini dengan rasa jengkel. Sebab, bagi mereka dia adalah pengganggu.Dia merusak moment untuk anak-anak yang ingin melancarkan aksinya. Mereka mulai menggerutu. Sandra mulai menatapnya heran.

“Lu selalu datang ketika gue sedang sibuk”

Wanita menatap Sandra dengan intens. Dia menghela nafasnya sambil melipat kedua tangannya dengan wajah angkuhnya. Sambil berkata dalam hati tak habis pikir anak sepertimu bisa tumbuh dengan baik. Jika dia tahu bahwa, inilah cikal bakal seorang anak dapat menghancurkan karier orangtuanya.

“Eh, gue itu cuman hutang. Kenapa lu overthinking banget heran?”

Perempuan itu memiringkan kepalanya. Baginya, lagi-lagi bocah ini mencoba untuk memanipulasi agar bisa mengendalikan diri perempuan itu. Wanita yang berusia 27 tahun, ia bernama Hikaru selalu menyaksikan pembulian yang terjadi di tempat ia mengajar. Hampir setiap hari, seperti pertunjukan yang membosankan.

“Yakin hutang?” tanya perempuan itu dengan wajah yang penuh curiga. Gadis itu tersenyum miring. Wajah psikonya terlihat kala tatapannya mencoba untuk meyakinkan, seakan pula di sisi lain ingin menantang perempuan itu juga. Diantara semua guru yang sudah berhasil ia taklukan, hanya perempuan ini yang sulit di ajak kompromi. Sandra menilai, bahwa perempuan ini bukanlah seorang guru biasa.

Sandra mencoba untuk meyakinkan seperti seseorang yang mensabotase kehidupan orang lain. Dengan membuat nada bicara yang mungkin terkesan meyakini . Guru yang menurutnya terkesan seperti perempuan yandere itu, mencoba untuk menatap Hikaru dengan tatapan yang sangat ramah dan bersahabat. Tapi itu hanyalah acting.

“Lu kayanya gak percaya dengan omongan gue deh. Dia gua gampar karena hutangnya menumpuk ama gue. Lu paham dong, gimana rasa sakit hatinya gua kala ada yang telat banget bayarin utangnya”

Hikaru mencoba menganalisa pernyataan dari muridnya. Ia memperhatikan gaya bicara Sandra seperti orang yang sedang sakit. Dia berbicara kepada Hikaru dengan sedikit menyalak. Mirip-mirip serigala yang akan menerkam mangsanya. Apalagi, paling parahnya murid ini menganggap ia dan guru lainnya seperti sebaya karena Hikaru berwajah awet muda.

“Lu harusnya percaya sama gue. Kenapa sih lu percaya banget sama omongan orang miskin? Penggemis diluar sana sekarang banyak yang gak bener. Apalagi penagih hutang” Ujar Sandra seolah ia mengeluarkan statement bahwa tindakannya itu benar. Dari pernyataannya itu Hikaru menangkap sesuatu. Ia mengerti, bahwasannya Attila di siksa karena dia miskin.

“Kalau gue gak percaya sama lu? Lu mau menghajar gua juga?” Tanya Hikaru dengan pertanyaan yang sebenarnya caranya tidak sopan. Bagi murid lain, kalau seorang guru sudah menyebutnya badannya sebagai ‘gue’, maka itu kesannya tidak  memiliki tata krama. Yah …, ikatakan sebagai guru yang lancang. Hikaru tidak punya cara lain,  ini jalan satu-satu agar muridnya ini bisa menutup mulutnya itu yang dianggap belum gosok gigi.

“Hah?!! Apakah ini yang disebut dengan guru?” Ucap Sandra seakan tidak percaya Gadis ini merasa dilecehkan oleh gurunya.

“Lu gak pantas jadi seorang guru. Aneh banget guru, manggil dirinya ‘gue’?”

“Negative dikali Negative sama dengan positive. Lima puluh harus dibayar Lima puluh” Kata Hikaru dengan pernyataan yang mulai mengkonfrontasi mental Sandra. Mereka yang menyaksikan ini sebagian terdiam, bahkan menganga karena saking beraninya.

Hikaru mulai membopong Attila ke UKS. Sandra kesal dengan apa yang dikatakan oleh guru yang baginya sangat sombong dan angkuh.  Guru itu benar-benar mengganggu kinerjanya dalam balas dendam kepada Attila. Sandra ingin menghajarnya, namun ditahan oleh kawan-kawannya. Baginya Hikaru ini memang patut diwaspadai

Guru itu pergi. Attila dipapah ke UKS dengan kaki tengkak sebelah kanan. Ia sulit berjalan, lantaran semalam sepulang sekolah ia ditendang habis oleh Sandra. Sesampainya di UKS, Hikaru mencari obat merah. Sembari mencari obat, Attila menangis. Ia menjelaskan kenapa ia di perlakukan seperti ini di hajar habis-habisan lantaran ia miskin.

“Bu?”

“Yap?”

Hikaru membalas panggilan muridnya sambil menyediakan obat merah yang akan ia baluri ke wajah Attila.

“Attila gak boleh sekolah ya bu? Attila cuman mau sekolah dengan tenang. Attila capek dibully terus bu. Lebih baik Attila berhenti sekolah aja”

“Hush! Kamu boleh ngomong kaya gitu. Kita cari jalan keluarnya. Masalahnya korban bukan kamu doang, banyak”

“Setiap orang berhak sekolah. Kaya atau miskin selama tidak saling bersinggungan bukan masalah. Sebelum saya menjadi korbannya, murid miskin yang lain juga digini-in. Attila kesal bu. Maka dari itu, Attila berinisiatif untuk melaporkannya ke polisi. Maafin Attila ya bu, sebelum kejadian ini Attila bikin proposal tentang pembullyan yang terjadi di sekolah kita. Itu tanpa sepengetahuan ibu”

“Tidak apa-apa Attila. Kamu melaporkannya ke kantor polisi yang mana?”

“Polisi yang dekat sini. 3 Kilo dari sekolah kita”

“Ibu nanti akan ke sana” Ujar Hikaru sambil mengobati wajah muridnya. Setelah di obati, wajah Attila di perban. Gadis berhijab itu diantarkan oleh Hikaru ke dalam kelas. Ia sekilas melihat Sandra dengan tatapan yang tidak bersahabat. Sandra seperti menaruh dendam padanya. Namun, ia tidak peduli dengan itu semua. Bagi Hikaru, kenapa ia harus takut pada bocah ingusan yang baru saja lahir?

Hikaru berbalik arah tanpa memperdulikan Sandra. Pikirannya saat ini adalah menuju gerbang sekolah. Ia teringat semua kejujuran gadis berhijab itu. Sebenarnya Hikaru juga sudah melakukan hal yang sama. Tapi ia melaporkannya kepada mentri Pendidikan, bukan polisi. Sampai sekarang belum ada jawaban.

Wanita itu pamit kepada satpam penjaga sekolah. Ia berjalan menuju tempat parkirannya, karena ia mau mencari mobil untuk berangkat

Sekolah itu terkenal dengan akreditasi terburuk Kasus pembullian sering terjadi tanpa ada yang melaporkan. Ketika Hikaru pergi, murid-muridnya saja sudah ada yang berani merokok dibelakang sekolah. Anehnya, ada seorang murid berambut mangkok, memakai kacamata dan berbadan gendut duduk terpaku sambil menatap mereka. Kakinya gemetar hebat.

Remaja itu membawa roti yang baru saja ia beli dikantin. Dia tidak bisa menikmati makanan tersebut dengan perasaan yang tenang. 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar