7.
THE CRAZY HEADMASTER prolog.
Sarla
kemudian berpisah dengan Banu. Pikirannya, sampai dirumah dia harus mencari
biang kerok dari kasus yang dia dapatkan. Bukan joker, melainkan mencari easter
Egg. Joker memang pamungkas dari kartu-kartu lain selain kartu As. Kartu
King , Jack, Queen, nilainya 10 point. AS nilainya 11 point sementara Joker
nilainya tak terhingga. Entah kenapa kartu Joker itu lebih tinggi daripada
kartu yang lain? Apakah itu setara dengan jabatan MPR kalau di dunia nyata?
Permainan kartu sebenarnya tidak terlalu tetap nilainya. Dalam permainan judi pocker
belum tentu AS paling rendah dibandingkan dengan Queen, jadi untuk
sementara dia menggunakan Joker dalam permainan kartu remi dalam lingkaran
permainan angka 45.
Ia
pulang dengan menggunakan mobilnya. Ia sempat membaca semua kasus yang tertera
dalam proposal tersebut sebelum ia pulang. Sarla mengingat sesuatu, ada yang
aneh rasanya. Bagaimana mungkin kasus tertutupi di depan awak media? Pasti ada
tersangka utamanya. Itu jelas, namun siapa dalang dibalik semua ini. Biasanya
kasus seperti ini pasti ada orang penting yang terlibat.
Benar
kata Banu, ia harus melumpuhkan anak buah dari Joker.
“Heh,
kasus ini pasti penuh dengan konspirasi. Heh, kenapa konspirasi itu ada
dimana-mana hah? Ku fikir, cuman buku Sejarah yang di sembunyikan saja
yang menceritakan tentang konspirasi. Eh, tapi buku itu penuh dengan
halusinasi. Daripada aku membaca buku itu, lebih baik aku baca tentang wattpad
yang sering menggambarkan C.E.O tampan
dan cewek cantik. Walau yah ujung-ujungnya juga sesat” Ujar Sarla bergumam
sendiri sambil menyetir. Mulai detik ini dia akan pintar-pintar menyusun
rencana. Itulah mengapa kasus ini dipercayakan kepadanya. Konsentrasinya
sedikit pecah lantaran ia hampir menabrak seorang gadis berhijab dengan wajah
yang amat mengerikan. Untung saja dia mengerem terlalu cepat. Wajahnya diperban
dan matanya bengkak. Ia keluar dari mobil lalu
ia mengecek apakah gadis itu tidak apa-apa?
“Kamu
gak apa-apa?” Tanya Sarla dengan nada yang penuh khawatir. Gadis itu memiliki
wajah yang lebam. Matanya sembab, serta bajunya yang panjang salah satunya
sobek tepat dibagian siku belakang tangan kanannya. Gadis itu kemudian
menangis.
“Hey,
kamu kenapa? Mau saya antar pulang?” Tawar Sarla dengan tatapan kasihan.
“Gak
usah pak” Gadis itu tampaknya masih SMA.
“Kamu
jangan bikin saya marah. Saya paling tidak suka kalau dalam keadaan susah
begini, kamu menolak bantuan” Ucap Sarla dengan nada mengancam. Sebenarnya itu
bukan ancaman. Lebih tepatnya ia ingin mempertegas bahwa dia ingin menolong
gadis itu. Dalam hatinya, gadis itu pasti di aniaya oleh teman-temannya. Gadis
itu semakin menjadi tangisnya.
“Kamu
kenapa lagi?”
“Teman
saya bunuh diri pak” Ujar gadis itu yang sesegukan frustasi. Dia seperti
mendengar petir di siang bolong. Dia ingin mengacak-ngacak kerudung yang dia
pakai seperti orang yang depresi. Gadis itu tanpa sadar berbicara dengan
polisi, karena dia melihat lelaki yang mengantarnya memakai seragam polisi.
Meski dia tidak potong rambut.
“Teman
saya bunuh diri pak. Karena diperkosa ramai-ramai”
“Kamu
sekolah dimana?”
“Darmawangsa
pak”
Plot
twist! Baru saja dia membaca kasus yang dia dapatkan, dan sekarang mendengarkan
sendiri saksinya yang hampir ia tabrak. Dia kemudian memapah gadis yang tidak
tau siapa namanya masuk ke dalam mobilnya. Ia membuka mobilnya agar dia duduk
dibagian supir. Gadis itu tidak mau, malah memilih di tengah, Mungkin karena
Sarla bukanlah lelaki yang belum sah jadi muhrimnya, jadi gadis itu memilih untuk
duduk dibangku tengah.Terserahlah, yang penting dia bisa mengantarkannya pulang
dengan.
Ia
menutup pintu mobil dibangku tengah. Lalu ia duduk dibangku supir. Didalam
mobil, dia melihat lambang kenaikan pangkat. Serta ada topi yang tergantung
disana. Kemudian mereka berangkat. Dalam perjalanan gadis itu masih menangis.
Entah apa yang di tangisinya sehingga dia menangis tersedu-sedu sepertu itu.
Jika Sarla tau, gadis itu mengenang sesuatu yang pahit.
Ia
teringat dengan kejadian beberapa minggu yang lalu, ia lihat di atap gedung
sekolah. Seorang gadis miskin berambut kepang terjalin berdiri di bibir balkon
gedung yang terbuat dari tembok pula.Gadis itu berjalan santai di depannya
dengan senyuman penuh nestapa.
“Siska,
kita punya jalan keluar. Kamu jangan kaya gini”
“Kamu
gak tau gimana jadi aku. Sekarang aku hamil dua bulan. Orangtua ku tidak percaya
kalau di perkosa secara bergilir”
“Tapi
aku percaya sama kamu …”
“Aku
gak yakin. Kamu pasti sama dengan yang lain. Kamu di depan aku percaya tapi di
belakang aku gimana?”
“Siska,
aku, aku sama dengan kamu. Kita ini korban, gak mungkin aku gak ngertiin kamu.
Aku paham lo”
Kejadian
itu juga di saksikan oleh temannya yang merupakan seorang laki-laki.
“Siska!
Turun kamu ! Bunuh diri bukan jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah
kamu”
Siska
teriak histeris. Dia bahkan menjambak rambut sendiri. Sebenarnya gadis itu
membutuhkan support dari keluarga. Akan tetapi, dia sudah di buang oleh
keluargannya lantaran dia di cap sebagai gadis jalang. Padahal bukan
kejadiannya.
“Siska,
nasib kita sama lo. Kamu gak sendirian, ada aku teman kamu dan juga kak Sinaro.
Dia berpihak dengan kita”
Dia
menatap Sinaro dengan tatapan penuh kebencian. Matanya yang sembab karena
menangis, menganggap bahwa Sinaro berpura-pura membela kaum lemah lantaran dia
ingin mengambil simpatisan dari orang-orang seperti mereka, yang sekolah hanya
mengandalkan beasiswa dari pemerintah.
“Kamu
saja dengan orang kaya yang ada di sini. Penipu”
“Siska,
aku bukan penipu. Aku memang murni ingin bantuin kamu. Kamu jangan begini!!
Kamu punya anak lo. Anak yang kamu kandung selama dua bulan. Gak mikir apa?”
“Aku
ingin mengakhirinya bersama anak ku. Selamat tinggal untuk semua”
Siska
menjatuhkan dirinya dari bawah dari lantai 4 sekolah, Gadis berhijab itu dan
Sinaro berusaha berlari meraih tangannya gadis itu, tapi malah ia melepaskan
genggaman gadis berhijab itu saat ia berusaha untuk mencegahnya melakukan bunuh
diri hingga ia jatuh ke bawah dengan kepala jatuh ke lapangan dengan
mengeluarkan cairan di kepalanya. Hingga kematiannya menjadi misteri siapa yang membuat Siska seperti
itu. Bahkan di acara berkabungnya, Attila menangis berminggu-minggu lantaran
kawannya harus mengakhir nyawanya sendiri. Dia menangis sepanjang hari melihat
kejadian itu.
Bahkan
orangtua Siska menyesal telah membuang anaknya yang memutuskan mengakhiri
nyawanya sendiri.
Kejadian
itu membuat gadis itu terpukul sampai detik ini. Bahkan dia menampar wajahnya
sendiri sembari dia di antarkan oleh polisi itu. Sarla melihatnya dari kaca
jendela, gadis itu pasti sedang mengalami trauma psikis. Matanya tambah sembab
akibat menangis. Memerah seperti orang yang demam. Ia yakin, gadis itu menangis
bukan di hari ini saja.
“Kamu
kenapa coba cerita sama saya?”
“Nama
saya Attila.” Dia memperkenalkan dirinya. Alangkah kagetnya Sarla.Gadis itu
menunduk dengan kondisi yang masih terpukul akibat suatu peristiwa itu adalah,
Attila.
“Nama
saya Attila Ruqayah. Saya sekolah di Darmawangsa berkat beasiswa karena saya
pernah menang lomba olimpiade geografi waktu itu. Saya pikir, saya pakai di perlakukan
sama dengan siswa lain. Tapi nyatanya tidak. Teman saya banyak yang meninggal.
Salah satunya teman terdekat saya namanya Siska, yang diperkosa oleh 12 orang
memilih …, memilih untuk bunuh diri.”
Sarla
benar-benar tidak bisa berkata apa-apa. Hatinya ikut hancur juga. Attila
Ruqayah, dia sudah menemukan gadis itu di saat momen yang tepat.
“Kamu
sudah mencari siapa tersangkanya?”
“Belum
pak. Saya sudah mencari dengan guru saya. Namanya Hikaru. Bahkan kami sudah
mencoba dengan mencari rekaman sisi TV. Tapi data itu terhapus”
Hidup
ini penuh kejutan, apakah dia memang ditakdirkan untuk menggali kasus itu
sampai ke akar-akarnya?
“Rumah
kamu di mana? Saya antarkan?”
Sarla
mengantarkan Attila sampai di tempat tujuan. Ia diberhentikan di depan sebuah
gang yang kalau di lihat mobil tak akan bisa masuk. Jadi dia berhenti di
depannya saja. Gadis itu keluar dari mobil dengan langkah yang tergopoh-gopoh.
Sebelum ia sampai di rumah, Sarla membuka kaca mobilnya dengan memanggil gadis
itu.
“Attila?”
“Ya
pak?”
Sarla
memberikan sebuah kartu namanya dengan nama inisialnya saja. Yaitu Sasa, nama
bumbu masakan yang dia ambil untuk mempersingkat namanya.
“Sasa?”
“Nama
saya Sasa. Saya tidak bisa memberikan identitas asli saya ke kamu. Kamu bakal
ketemu saya nanti. Ini kartu nama saya, kamu bakal ketemu saya nanti. Kamu
tunggu aja kapan saya akan datang. Saya janji”
Attila
kemudian tersenyum.
“Terimakasih.
Saya akan simpan ini, pak Sasa”
Sarla kemudian menutup kaca mobilnya dengan senyuman.
Setelah di tutup, senyuman itu seketika berubah menjadi wajah yang suram.
Bayang-bayang tangisannya, dan semua cerita yang barusan dia dengar, dia fikir
semua kejadian ini terjadi dalam drama Korea yang bercerita tentang pembulian.
Ia tertawa kecil sambil menatap dengan pandangan miris tapi fokus untuk
mengemudi.12 orang, seorang gadis SMA di perkosa secara bergilir, ini
benar-benar gila. Apakah mereka tidak pernah membayangkan bahwa kalau
seandainya, posisi seseorang yang dipergauli secara tidak sah menimpa ibu, adik
atau kakak perempuan mereka.
Perjalanan
menuju pulang ke rumah memakan waktu se jam 30 menit. Ia harus mengingat semua
kejadian yang telah di ceritakan oleh narasumbernya langsung, serta ia akan
menceritakannya kepada Banu dan juga pak Budi nanti. Mereka harus tau besok.
Dia berhenti sejenak saat lampu merah menyala.
Sambil menunggu lampunya hijau, ia menikmati cemilan yang masih ada di dalam
laci. Ada chocolatos jumbo yang tersimpan disana. Ia memakannya seperti
orang yang menyudu rokok. Ia melihat di pinggir jalan, anak-anak pulang dengan
begitu riangnya. Berbagai tingkatan pelajar keluar dengan seragam mereka
masing-masing. Indahnya, Sarla ingin kembali menjadi anak sekolah tanpa ke
sibukan apapun. Namun, di balik kaca mobil 2 orang anak laki-laki saling
tarik-menarik satu sama lain. Lelaki pertama menggenggam tangan lelaki kedua.
Tapi lelaki kedua tidak mau, lantaran ia sudah muak. Lelaki pertama mencoba
menahannya pergi. Sepertinya mereka dua orang sahabat yang saat ini sedang
bertikai. Sarla melihatnya sambil memakan cemilan yang ada. 2 orang remaja
laki-laki itu berkelahi di tengah jalan. Aneh juga ya, mereka berkelahi
layaknya orang pacaran. Tak hanya dia saja yang melihat, yang lainnya juga.
Lelaki
pertama meletakan kedua tangannya terhadap wajah lelaki kedua, lalu sih lelaki
pertama menatapnya seperti pria menatap wanita dengan penuh arti. Firasat Sarla
mulai tidak enak. 2 orang remaja lelaki itu mulai menyatukan aroma nafas mulut
mereka, hingga Sarla bergumam dalam ‘anjing!” Katanya mereka pasangan gay
ternyata. Kenapa banyak sekali lelaki yang belok? Mereka nekat beradu mulut
beneran di pinggir jalan dengan nafas yang memburu, penuh dengan gairah nafsu.
“Lebih
baik nengok taik, walau menjijikan. Ah!!!!!!!!! Cepatlah lampu hijau” Dia
marah-marah sendiri dalam mobil. Perjalanan masih jauh, hingga beberapa saat
sampailah ia di rumah. Ia tinggal di kompelks perumahan minimalis dimana ada
satpamnya. Penutup jalan di buka. Di sana ada juga terpasang kamera sisi TV
untuk mengintai apakah ada pencuri yang masuk, ada hal kejahatan lainnya.
Sesampainya
di rumah, ia memarkirkan mobilnya ke dalam garasi.serta mematikan mesinnya Lalu, ia keluar dari sana. Ia menutup
pintunya, dan melihat segerombolan anak sekolah berdiri dihadapannya
memandangnya dengan tampang memuja.
“Kenapa
ini polisi mukanya kaya orang Jepang ya? Ganteng banget”
“Ia
walau rambutnya kaya Jamet kek Uchiha Madara, tapi cakep ya”
“Bukan
kaya jamet. Tapi kaya Kenshin.”
Dalam
hati, apakah ia setampan itu? Padahal dia pertama kali memanjangkan rambutnya
seperti ini, lantaran iseng saja. Tapi pak Budi memberikan ultimatum, bahwa
rambutnya jangan dipotong.
“Gantengnya”
“Terimakasih”
ujar Sarla dengan senyuman tulus tapi begitulah.
Kemudian
ia masuk ke dalam rumah, lalu mengunci pintu. Para gadis SMA itu kembali
memandangnya dengan memuja.
“Hah,
bahkan sedang tutup pintu juga dia keren amat”
Ia merasa lega karena baginya, di kerumuni gadis
adalah sesuatu yang merepotkan daripada menuntaskan sebuah kasus yang sering ia
terima di kantor polisi. Ia kemudian, pergi ke kamar dan merebahkan dirinya
sejenak. Setelah itu ia kembali bangun dan duduk diatas kasus sambil
perlahan-lahan melepaskan semua pakaiannya sampai tak ada sehelai benang-pun
yang melekat di badannya, ia mengambil handuk untuk menutupinya, dan mengambil
pakaian ganti sebab ia mau mandi.
Selesai
mandi, ia keluar dalam keadaan baju yang terganti lengkap. Dia memandang
dirinya di depan kaca. Rambutnya seperti gadis emo tahun 2014 ke bawah.
Gaya potong rambut harajuku-nya¸ pertama kali ia panjangkan lantaran
dia menyamar sebagai seorang anak preman dengan gaya gembel. Dan sekarang, ia
tidak boleh memotong rambutnya itu. Padahal dia ingin ganti gaya rambut, biar
terkesan rapi.
Sesudah
berkaca, ia segera melepaskan handuk yang sempat ia kalungkan lalu Sarla
mengambil proposal tadi untuk diletakan diatas meja. Ia ambil buku jurnalnya, kemudian pena, dan dia mulai
merumuskan masalah dalam berupa hipotesa. Tidak lupa juga, laptop harus ikut serta mendampingi.
Di
halaman pertama kasus dibuka sejak tahun 2021. Di sana ada nama Maria Nasution.
Dari fotonya, dia adalah seorang gadis berwajah tirus. Wajahnya cantik, tapi
setelah dibuka halaman berikutnya, ia melihat ada bekas jahitan besar disebelah
kiri. Wajahnya menjadi buruk rupa karena sebuah penganiayaan. Serta, ada bekas
bakaran puntung rokok disekitar pelipisnya.
Dia
kemudian mencarinya lewat search engine, informasi tentang Maria ini.
Banyak sekali artikel yang memuat tentangnya. Terparahnya, ada sebuah foto yang
sangat mengerikan. Dia ditemukan tewas dalam keadaan setengah telanjang, dimana bagian punggung belakangnya telah
menampakan tengkorak. Ia catat tentang Maria ini. Informasi pertama, ia cari
tentang Maria Nasution.
Di
ketahui, Maria adalah seorang siswi miskin yang berhasil mengharumkan nama anak
bangsa di kancah internasional. Dia mendapatkan beasiswa ke sekolah bergengsi
di tahun 2021. Maria adalah pemain biola ternama, di mana lagu yang sering ia
mainkan adalah Ung Kwi Baram.
“Ung
Kwi Baram?” Ujar Sarla. Ia kemudian membuka youtube sambil
mencarinya. Berdasarkan hasil penelusuran, keluarlah beberapa video yang ada.
Di mana ada seorang wanita yang memakai pakaian hanbeok tapi ini khusus
untuk para gisaeng. Melihat dari background-nya, rasanya ia tidak
asing.
“Ini
Ha Ji Won?” Dia melihat foto artis Korea yang duduk dalam posisi bersila,
seperti laki-laki Indonesia yang sedang nongkrong di kedai kopi. Tapi ini versi
anggun dengan tata krama tertinggi. Sarla mencoba mengingatnya, rasanya ia
pernah menonton drama ini sewaktu ia SD dulu.
“Tunggu!
Ini Hwang Jin Yi?”
Dia mendengarkannya sampai habis. Aransemennya sangat
mewah sekali.
Lagu
itu tak hanya diputarkan oleh 1 orang, tapi melainkan ada seorang remaja
laki-laki mendengarkan lagu itu dengan wajah yang amat sendu. Ini adalah lagu
dari original sountrack, Hwang-Jin-Yi drama lawas yang sangat di sukai
oleh sosok gadis yang pernah hidup pada masanya. Dia menangis bila ia mengingat
semua tentang gadis itu. Remaja tampan yang rambutnya di kucir duduk termangu
diruang labor komputer, sendirian tanpa seseorang.
Nasibnya
sama dengan kisah hidup Hwang Jin Yi. Tapi kali ini dirinyalah yang mirip
sekali dengan wanita gisaeng yang hidup pada masanya. Jika Hwang Jin Yi
kehilangan Eun Ho karena perbedaan kasta, maka dia mengalami hal yang sama.
Hanya saja, gadisnya yang meninggal. Kalau dalam drama Hwang Jin Yi, Eun Ho
yang mati akibat sakit keras dideritanya. Pikirannya selama sakit, tak pernah
lepas dari Hwang Jin Yi yang sebentar lagi akan tidur dengan ayahnya. Namun,
tidak jadi lantaran Hwang Jin Yi lebih memilih kabur dan ingin bersama Eun Ho,
berkat bantuan ibunya, dan teman sang ibu. Sayangnya Eun Ho pada malam itu
tidak datang. Eun Ho datang di pagi hari sambil meminta maaf kepada kekasihnya
dalam kondisi yang semakin kritis. Mereka sama-sama sakit dan juga hancur,
namun Eun Ho meninggal membawa cinta yang menyakitkan dalam peristirahatannya
yang abadi. Di balik hujan yang membasahi bumi, saat pengawal Eun Ho membawa
peti matinya. Langkahnya tidak bisa digerakan, sebab sepertinya ia ingin
melihat gadis itu untuk yang terakhir kali. Pengawalnya merasa kesal dalam
kesedihan, sementara kawannya yang menyaksikan itu turut menangis. Seolah-olah
kehadiran pria tersebut untuk Hwang Jin Yi kini hanyalah mimpi.
Ia
ingin membalikan badan untuk mencoba memberitahu pada Hwang Jin Yi, tapi
gurunya datang dengan perasaan ego yang berkepanjangan. Guru seni Hwang Jin Yi
menyuruhnya masuk dengan kejam. Tapi Jin Yi bersikeras ingin melihat Eun Ho
untuk terakhir kali di saat hujan turun begitu derasanya. Ia keluar dari
gerbang rumah pemukiman para gisaeng tinggal, di situlah Hwang Jin Yi
meratapi dengan penuh nestapa. Dia mengeluarkan semua kata-kata dengan airmata
yang berlinang. Bahkan ia mamberikan pakaian yang ia kenakan untuk Eun Ho yang
telah tertidur abadi, dalam hujan yang tiada henti dengan memberikan kesan ia
takut kekasihnya itu kedinginan.
5
Tahun setelah kepergian Eun Ho, ia benar-benar terpuruk. Ia menjadi orang yang
berbeda. Yang awalnya penuh dengan keceriaan, berubah menjadi perempuan yang
penuh dengan misteri serta tidak banyak bicara. Dalam sejarahnya, dia adalah
seorang gisaeng yang berbeda di eranya.
Sinaro,
memutar lagu lainnya dalam judul drama yang sama. Dalam hatinya, ia mengenang
nama Maria dalam hidupnya. Ia dan Hwang Jin Yi bernasib sama. Bahkan ia tidak
mau mengganti gadis lain, meskipun ia sudah bertunangan dengan gadis brengsek
bernama Sandra.
Ia
tidak peduli dengan perasaan Sandra yang selalu menatap sendu dirinya. Dari
Maria, ia berjanji akan melindungi hak orang miskin. Ia membantu Attila dalam
menyelesaikan proposalnya, sebab ia tak ingin ada korban yang sama seperti Maria yang mati dengan tragis.
Dia
menatap foto gadis itu.
“Kamu
bahkan tetap cantik di dalam foto ini” Ujar Sinaro dengan airmata yang jatuh
dengan sendirinya. Bahkan, ia membawa sebuah biola yang pernah dimainkan oleh
gadisnya.
Sebenarnya
hidupnya tak hanya bagaikan drama Hwang Jin Yi. Tapi lebih tepatnya seperti
kehilangan Kaoru karena sakit kanker. Atau seperti seorang pria yang selalu
bercanda dalam I want to eat your pancreas. Setidaknya, Kaoru mati
secara wajar. Sedangkan Maria, gadis yang pandai bermain biola meninggal dalam
keadaan mengenaskan. Lucunya, sampai saat ini tersangkanya belum ditemukan.
Ia
keluar dari ruangan komputer. Sekolah sudah kosong. Sinaro menggendong tasnya
sambil membawa biola milik mendiang Maria. Remaja laki-laki itu memeluk alat
music gesek tersebut seperti memeluk tubuh kekasihnya. Dari kejauahan, seorang
gadis melihatnya dengan tampang yang amat sedih. Sandra, ia tahu benda yang di
pegang oleh Sinaro adalah milik Maria. Hatinya ikut tercabik meski dia
kelihatan bengis. Entah kenapa, melihat Sinaro hanyut dalam kesedihan perasaan
manusiawinya muncul. Mungkinkah ini namanya cinta perlahan-lahan membawa
perubahan dalam hidupnya?
Jika
cinta mendatangkan effect baik kepadanya, Sandra mau mati-matian untuk
mengubah sifatnya meski itu dari nol. Tapi jiwa psikopatnya masih senang
menyiksa orang lain. Sandra melihat tangan indahnya, berapa banyak luka yang ia
torehkan kepada orang lain. Bahkan dia juga tega merenggut kebahagiaan orang
lain. Wajahnya mendadak suram, seakan ia ingin keluar dari tangan ini tapi ia
tidak tau bagaimana caranya.
Sandra
diam-diam mengikuti Sinaro. Ia tau, bahwasannya tunangannya itu sangat
mencintai Maria. Ia beranggapan bahwa biola itu adalah jelmaan Maria dalam
bentuk benda mati. Roh Maria
terperangkap abadi di dalam senar yang pernah ia gesekan untuk membuat dunia
hanyut dalam harmoni.
Ia seakan ingin melindungi Sinaro meski pujaan hatinya
tidak tau, bahwa ada dia yang selalu menjaga. Jangan sampai Lidya melihat
kejadian ini. Ia menutup wajahnya dengan topeng.
Hikaru
kemudian memutuskan untuk menjaga muridnya yang masih koma. Selang infus masih
melekat di wajah anak laki-laki itu.
“Berharap
Bagas bisa sadar”
“Saya
berharap pelakunya segera di temukan”
“Ia
saya juga berharap”
Wanita
itu memeluk wanita paru baya yang sedang menangis dalam sedu-sedan. Betapa
perihnya jika anak yang sedang koma ini adalah anaknya sendiri. Pasti tak
tanggung emosinya seperti apa.
Komentar
Posting Komentar