8.
Menjadi Kepala sekolah.
Sarla
menemukan bukti-bukti mengenai Maria. Beberapa informasi mengenai gadis cantik
itu ia usahakan cari. Bahkan ke berbagai forum Kaskus, ia tanyakan
kepada mereka yang masih aktif. Ia juga membuat grup di FB sembari menanyakan
tentang Maria Nasution lewat direct message facebook dengan
membentuk grup, di mana isinya anggota polisi semua. Biasa mereka menceritakan
keseharian mereka selama mereka menangkap tersangka sambil menyamakannya dengan
anime. Polisi sekarang memang banyak mengisi waktu senggang mereka demi
menghilangkan rasa suntuk, yaitu menonton apa
yang mereka sukai.
“
Mirza Akatsuki: Udah kaya bapak angkatnya Anya Forger gue. Misi ama
polwan janda,Bawa-bawa anak lagi. Untuk masih cantik”
Damian
Lens: “Tapikan enak
bro, ada cewek. Lah gue, udah kaya banci taman lawing tau gak lu”
Chattingan
mereka membuat rasa penat Sarla sedikit lepas. Saat mereka saling melemparkan
candaan, dia teringat akan sesuatu. Dia harus menanyakan tentang Maria Nasutio.
“Bumbu
Sasa:” Bro gue mau
nanya nih”
“Leoarea51:
“ Nanya apa tu?”
“Bumbu
Sasa:” Kalian pernah nyelidikin kasus tentang Maria Nasution?”
“Mirza
Akatsuki:” Maria Nasution?”
“Bumbu
Sasa:” Ia. Soalnya, gue penasaran aja gitu”
“Clementine:”
Oh, Maria? Tau, kenapa emang?”
“Bumbu
Sasa:” Gue baru dengar nama dia dari orang lain”
“Hidan_Akatnikah:”
Masa lo baru dengar. Padahal kasus tentang Maria Nasution terkenal banget”
“Bumbu
Sasa:” Makanya gue nanya ama kalian”
“Carl_JohnsonMamen:
“ Maria itu siswi dari sekolah Darmawangsa bro. Dia itu pemain biola
favorite gue. Malah dia pernah mainin lagu ost GTA San Andreas bro waktu itu,
pakai biola. Tapi kematiannya tragis banget, katanya dia itu di bakar di bagian
punggung. Dan tulangnya benar-benar kelihatan banget. Paling parahnya, saat gue
disuruh selidiki kasusnya, gue menemukan sesuatu yang benar-benar plot twist
banget cuy”
“Clementine:”Kalau
gue waktu itu menemukan pendarahan di kepalanya cuy. Memar dibagian otak kecil”
“DrakenMalfoy:
“Kalau gue waktu nemuin dibagian nadinya ada bekas sayatan gitu. Tapi
gak mungkin deh rasanya, masa ada orang bunuh diri telanjang kek gitu? Kocak
bangetkan? Kebanyakan setahu gue, orang yang telanjang itu pasti dibunuh orang.
Kalau elu apa yang lu temuin?”
“Carl_JohnsonMamen:
“Gue menemukan
hasil otopsinya yang mencengangkan cuy. Menurut hasil yang keluar, ditemukan
cairan sperma di dalam vaginanya banyak banget. Terus di dalam kandungan
darahnya ada cairan Gymnasium. Waktu pihak kepolisian kita berusaha untuk
mempublikasikannya lewat media dengan mengadakan konfrensi pers, tapi kasusnya
ditutup secara tiba-tiba, aneh banget deh rasanya”
Membaca
pengalaman Carl, kawannya dalam dunia maya ia jadi teringat dengan ceritanya
Attila. Bahwa kawannya Siska bunuh diri gara-gara di perkosa oleh 12 orang.
“Carl_JohnsonMamen:
“Sumpah bro! Gue
nangis, kalau bisa gue mau dah nyeledikin kasus itu secara berulang. Gue lihat
emaknya udah stress. Kakanya sampai berencana ingin menuntut balas dendam pada
sekolah Darmawangsa, tapi apa dikatakan keluhan mereka gak pernah. Siapapun
nanti yang mau buka kasus ini lagi, gue mau memberikan data forensiknya se ikhlasnya”
Sarla
melakukan screenshoot lewat laptopnya. Pernyataan nama akun Carl
Johnson, ia simpan sebagai buktinya sebagai refrensi tambahan. Tapi sebelum dia
bertemu Carl, dia harus mencari sendiri tentang Maria ini. Ia mencatat semua
pernyataan dari teman-temannya.
“Kenapa kasusnya di tutup ya?”
Sinaro
membeli seikat bunga mawar merah. Itu adalah bunga kesukaan dari Maria. Saat
Maria memenangkan perlombaannya di ajang international, Maria datang memeluknya
di saat dia membawakan bunga merah itu. Remaja laki-laki menangis menatap bung
aitu dengan penuh kehampaan. Dia mendekatkan wajahnya sambil membayangkan,
bahwa ia sedang mencium kening Maria meski itu hanya sekedar bayangan.
Masih
jelas terlihat, pesona ayumu. Masih jelas terasa getar dawai jiwamu, sebuah lagu mengudara lewat speaker Bluetooth.
Di mana lagu itu pernah tenar saat ia masih bayi tahun 2007. Sinaro membawa
bunga ditangan kanannya, dan biola yang terbungkus dalam sarung ia sandang.
Seorang
gadis yang diam-diam membuntutinya tersenyum sambil iri dengan Maria. Ia kenal
dengan gadis itu. Ia juga frustasi bahwa gadis itu sebenarnya meninggal dalam
keadaan tak wajar. Entah kenapa, Sandra merasa berdosa kala ia mengingat wajah
Attila. Ia kemudian menangis sambil menatap kedua tangannya yang keji ini.
Mungkin
ini alasannya Sinaro membencinya. Kelakuannya sudah seperti iblis. Wajar, ini
adalah hukuman untuknya. Apa yang harus dia lakukan? Meminta maaf? Rasanya
tidak mungkin. Nuraninya mulai saling berkelahi. Dirinya seakan terbelah
menjadi dua orang. Mulailah kata maaf terlontar dari mulutnya.
“Maaf”
Sinaro memeluk seikat bunga mawar itu dengan hati yang
hancur. Sandra yang sangat mencintai Sinaro mulai ikut hancur. Sehebat itukah
cinta, sehingga dia juga turut merasakan rasa sakit dari orang lain?
Sementara
itu, Lidya dan teman-temannya sedang menikmati sebuah pesta di mana seharusnya
di nikmati oleh orang-orang dewasa. Ia melihat tante-tante yang sedang berjoget
gemulai sambil memainkan 2 bukit kembar bersama teman-temannya. Lidya melihat
setiap inci tubuh wanita yang mungkin berusia 25 tahun. Wanita itu membelakang
persis seperti kucing yang hendak kawin, memamerkan makhotanya dengan
kesemokannya. Lidya dan teman-temannya berada di sebuah apartemen mewah milik
orangtuanya. Dia main-main ke sana kalau ia sedang suntuk. Panggulnya bergoyang
begitu kencang, Ia dan teman-temannya saling berlomba memegang milik sendiri
siapa yang paling jantan. Wanita ini bagaikan pil ekstasi yang membuat candu
setiap saat. Wanita itu mengambil posisi gergaji.Mereka semua di dalam ruangan
itu tidak ada pakaian yang mereka kenakan sehelaipun. Rata-rata mereka seperti
bayi yang baru di lahirkan.
Mereka
kalibut. Wanita itu menunjukan sesuatu yang tidak boleh terlihat oleh pria
manapun. Tapi dia memperbolehkannya. Ia bersama teman-temannya berteriak
mengikuti alunan music seakan ia sedang konser, ia keluarlah pancaran
binar-binar melayang ke angkasa. Wanita itu seperti ikan yang memancing kucing
untuk memakannya. Seberusaha itu dia melakukannya. Setelah selesai, ia dibayar
dengan harga yang sewajarnya.
Lidya
ini tipikal laki-laki agak lain. Setelah ia melihat sejam wanita yang menarik
erotis, dia membiarkan wanita itu pergi lalu dilanjutkan pertarungan antar
sesamanya. Tapi anehnya tidak pernah di
grebek oleh polisi manapun. Lidya adalah top sekarang ia memberanikan diri
mengambil posisi tom.
Desahan
mereka sampai terdengar oleh tetangga. Bahkan ini lebih parah daripada polusi.
Rasanya mereka ingin mendobrak pintu tersebut. Binatang saja, masih mau party
sex dengan lawan jenis. Ini suara bariton semua.
Bagaimana
Sandra bisa jatuh cinta padanya kalau begini?
“Ih..
Suara gonggongan anjing jauh lebih mulia daripada suara kek gitu”
“Eh,
gue paling demen dengar kucing kawing daripada dengar ini. Atau dengar suara
knalpot racing. Biar berisik, tapi tidak menimbulkan dosa yang parah”
“Ho’oh”
Ke
esokan harinya:
Sarla
kemudian kembali bekerja. Di dalam kantor ia melihat salah satu orang penting
datang ke tempat kerjanya. Dia masuk ke ruang pak Budi, tempat ia di posisikan.
Ada mentri Pendidikan yang sudah stay di sana sedang duduk di atas sofa
empuk berwarna hitam. Dia memakai stelan, yang dapat mengurangi sejuta dari
gajinya.
“
Ini pak, yang saya bicarakan” Ujar Banu. Soertanto memperhatikan perawakan
Sarla yang di lihat dia cukup tegas dan memenuhi kriterianya.
“Oh
kamu yang bernama Sarlata?”
“Ia
pak”
“Ini
ada surat dari saya untuk kamu?”
Semua
orang mulai menguping. Soertanto, pria paruh baya itu memberikan semacam amplop
kacang yang ada kop suratnya. Sarla kemudian mengeluarkannya didepan pak
Soertanto. Sarla membaca semuanya secara keseluruhan. Ia kaget ketika melihat
isinya.
“Pak?
Saya?”
“Ia.
Kamu saya angkat jadi kepala sekolah Darmawangsa”
“Tapi
pak, saya ini tamatan dari akademi kepolisian. Bagaimana saya yang tidak
berasal dari basic Pendidikan di kirim ke sana? Jadi kepala sekolah”
“Saya
tidak punya pilihan lain. Intinya mulai besok, kamu tidak akan bekerja disini
untuk sementara waktu. Kamu saya angkat jadi kepala sekolah”
Mendengar
itu Sarla tidak bisa melawan. Dalam hati, mengapa harus dirinya. Seharusnya ini
diberikan kepada Banu, karena dialah yang lebih pintar darinya. Sementara, jika
Sarla tau bahwasannya tugasnya jauh lebih berat dari yang di duga oleh
kawannya. Dia menjadi kepala rector, dan harus mengevakuasi kegiatan seluruh
fakultas. Budi melihat itu sangat mengerti bagaimana posisi anak buahnya.
Mereka berdua seperti pria dujasa di waktu yang ketir seperti ini.
“Saya
tidak punya cara lain. Jalan-jalan satu-satunya harus saya angkat jadi kepala
sekolah. Setiap yang kamu lihat tolong laporkan sama saya, dan anda Banu. Cari
tersangkanya juga dalam universitas tersebut. Saya percaya dengan kalian”
“Baik
pak”
“Saya
tau, bagaimana susahnya nanti ketika anda berdua berhadapan dengan kalian harus
strives. Ini butuh waktu ekstra. Saya tidak mau ada kasus pembulian lagi.
Saya sudah muak terus terang saja”
Soertanto
kemudian memberikan semacam lencana kepada mereka berdua, bahwa mereka resmi
mendapatkan tugas baru. Setelah itu mentri Pendidikan keluar dari ruangan
tersebut. Ia melihat beberapa anggota polisi mengintip Mereka merasa senang,
karena selama dalam misi penyamaran, tugas berat akan diberikan kepada polisi
lainnya. Soertanto melihat mereka semua yang menguping. Dalam hati, beginikah
dunia kepolisian saat ini
Posisi
mereka berdua layaknya Cha Gun Woo dalam drama Simboneunseumgyeora, atau
orang menyebutnya Hidden identity.
Ia merasa perannya Kim Beom dalam drama tersebut benar-benar sesuai yang
pernah harapkan sebelumnya. Tapi, mengapa ia merasa takut seperti ini? Bukankah
tugas-tugas sebelumnya ia merasa tenang-tenang saja. Melihat raut wajah salah
satu anak buahnya, mereka kemudian di ajak keluar. Pak Budi pernah menjadi
mereka berdua. Perasaan tidak tenang saat dia mendapatkan tugas dari salahsatu
anggota cabinet. Ia seakan mau kencing dalam celana setiap saat.
“Kamu
mah mending jadi kepala sekolah. Saya Rektor? Rektor utama” Kata Banu tegak
pinggang.
“Hah?
“
“Mahasiswa
mungkin bisa kamu tangani. Saya menangani anak SMA yang mulai mencari
jati-diri. Setidaknya mahasiswa sudah memasuki dewasa awal”
“Tugas
itu sama-sama berat tinggal kalian menangani saja oke. Kalian seharusnya bangga
diberikan kepercayaan seperti itu. Ayo kita keluar, temani saya makan es krim”
“Makan
eskrim”kata Sarla tertunduk lesu.
“Setidaknya kalian merasa terhibur”
Seperti
biasa, rutinitas anak-anak yang berasal gank kelas atas akan melakukan tindakan
yang brutal. Tingkat mereka sudah setara dengan kepala sekolah suka memberikan
sanksi untuk siswa yang telah melakukan, tindakan criminal. Anak-anak orang
kaya yang terdiri dari ganknya Sandra dan Lidya. Tapi Sandra memilih untuk
menyaksikannya saja, bukan untuk melakukan tindakan kekerasan seperti biasa.
Entah kenapa perasaanya mengarah pintu gerbang sekolah.
Lidya
menunjukan sisi betapa berkuasanya dia di sekolah itu. Ia menempeleng kepala
anak-anak itu satu persatu. Ia ingin menunjukannya kepada Sandra, bahwa ia
mirip dengan gadis itu yang terkenal sebagai gadis yandere.
Diam-diam
dibawah sinar mentari, ia melihat seorang anak laki-laki berpenampilan seperti
karakter anime favoritenya, Shikadai Nara. Remaja itu sama bersinarnya
dengan matahari yang terbit di ufuk timur. Ia meliriknya tanpa sepengetahuan
Lidya yang toxic minta ampun.
Sementara
itu, tindakan ini kembali di lihat oleh Hikaru. Orang-orang yang tidak memiliki
kekuasaan apapun, di injak-injak begitu saja. Bahkan pipinya sudah mulai
membengkak akibat tamparan Lidya untuk Sandra. Sementara gadis itu tidak peduli
apa yang dilakukan olehnya katanya atas dasar nama cinta. Karena wanita itu
kesal, ia melakukan tendangan jet ku nedo hingga Lidya tersungkur. Ia tersenyum sereng, ketika mendapatkan
tendangan dari seorang wanita costplayer. Ia kemudian mencoba untuk
bangun, dibantu oleh kawan-kawannya.
“SUDAH
BERULANG KALI SAYA PERINGATKAN JANGAN PERNAH GANGGUIN MURID-MURID DI SINI!!!”
Hikaru mengamuk. Ia menyepak muridnya meski caranya itu salah.
“Eh
guru, gue bisa ngelaporin lu sebagai penganiayaan” Ujar Lidya. Hikaru kemudian
tertawa.
“Laporin
aja. Gue laporin balik, biar kita sama-sama masuk penjara!!” Lidya kesal.
Kejadian ini di lihat oleh semua murid. Ia menarik kerah bajunya Hikaru, di
hadapan kawan-kawannya yang ketakutan.
“Lu
seharusnya ngajar aja! Noh, ajarin ilmu di depan murid. Jangan pernah ngatur-ngatur
gue!!!”
Hikaru meremas tangannya Lidya sehingga ia merasa
kesakitan. Tapi ia lepas dari cengkraman bocah ingusan itu Ia bahkan
memelintirnya dengan tega.
“Aaaaaaaaa,
anjing!!!”
“Enak??
Huh!!! Lo, lebih kecil dari gue. Jangan pernah lu menyentuh murid gue”
“Lonte
anj…..PLAAAKKKK!!!!!!”
Mendengar
itu, ia seperti ditampar oleh seseorang. Ia tak tau siapa yang menamparnya
karena sentuhannya jauh lebih biadab daripada ia lakukan kepada orang lain. Ia
merasakan sakit di wajahnya, seperti orang yang habis cabut gigi dirumah sakit.
Lidya menegakkan kepalanya darimana asal mula tamparan itu. Ia melihat gurunya
Hikaru sejenak. Tatapan Hikaru mengarah pada yang lain. Ia menyaksikannya dalam
keadaan tutup mulut. Anak bujang itu, menatap siapa yang memukulnya. Rupanya,
yang menampar wajahnya dari jarak kejauhan adalah Sinaro, lawannya. Orang yang
paling dia benci di sekolahnya. Wajah kawannya itu tampak berang dengan
mengeram. Amarahnya bahkan tak sanggup menampakan gigi gerahamannya.
“Setan
lu ya Sinaro”
“Gue
setan? Nah, lu apa? Hah? Iblis???”
Lidya
terdiam dengan pertanyaan Sinaro.
“Lo
berani ama guru? Gue ngelihat dalam data pribadi lu, lu gak memberikan apa-apa
untuk sekolah ini. “
Lidya
dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak.
“Tidak
memberikan apa-apa? Gue ini pahlawan. Lu gak lihat apa ha? Iri ya pengaruh lu
gak berlaku di sini? Tuh, buktinya anak-anak pada tunduk ama gue. Semuanya
tunduk ama gue”
“Gue
gak tunduk ama lu. Lagian ngapain juga? Lu bukan Tuhan. Coba, supaya gue bisa
tunduk sama lu buat semesta yang serupa dengan dunia ini”
Inilah
yang membuat dia tidak berkutik pada Sinaro, dia mengandalkan ke dua
kekuatannya. Fisik dan pikirannya, keluar secara bersamaan. Ia paling tidak
suka melihat orang berani melumpuhkannya dengan antar ideologi. Itulah yang
membuat dia benci dengan Sinaro. Dia adalah pria jack matt.
“Gue
gak ngerti kenapa hidup lu semena-menea seperti ini? Bahkan guru-pun tidak ada
harganya di mata lu. Lu berani ngata-ngatain dia, sama seperti wanita murahan.
Ingat ya saudara, mamak mu, juga lonte khusus UNTUK BAPAK KAU !! YANG MENEMANI
BAPAK MU TIAP MALAM!! Kalau tidak jadi lonte mamak mu, kau gak akan lahir.
Paham kau!!!” Beberapa penggalan kalimat yang tajam, membuat Lidya tambah tak
berkutik. Ia membawa bu Hikaru ke tempat yang aman. Sementara itu, di belakang
ada yang mengintip yaitu Attila yang hatinya merasa sedikit lebih lega. Sandra
memperhatikannya juga. Dia yang sedari tadi diam saja, sebenarnya tersenyum
dalam hati. Entah kenapa ia tidak salah dalam menjatuhkan hati.
Cinta
ini seperti sebuah lagu, kadang-kadang tak ada logika. Berisi sebuah hasrat
dalam hati. Seperti itulah cinta. Entah kenapa tindakan itu membuat Sandra
berdesir. Serpihan cinta mewarnai bahagianya, mungkin inilah yang membuat
sesuatu dalam dirinya perlahan-lahan terkikis. Untuk tidak menampakan rasa
kagumnya, dia menenangkan Lidya, pria yang sangat menyukainya.
Jika
sampai tahu bahwasannya dia menyukai Sinaro, maka Sinaro akan menjadi taruhannya.
Dia memeluk mesra pria yang bringas itu hingga hati Lidya merasa lega.
“Lidya,
lu keren banget ini sih menurut gua”
“Kan,
gue bilang juga apa. Gue itu memang keren”
Keren?
Sandra mendadak berfikir keras terhadap apa yang dia ucapkan. Jiwa manusiawinya
perlahan datang. Ia mendadak menjadi tidak mengerti apa yang sebenarnya
terjadi.
“Sinaro
itu adalah cowok bodoh yang pernah gue temui. Sandra, hari ini lu mau kemana?
“Aaa,
gue rencananya mau ke mall? Lu mau ikut?”
“Tentu dong?”
Sinaro
mengajak gurunya ke kantin. Dia sebenarnya ingin menenangkan wanita ini,
lantaran Hikaru masih tersulut emosi. Tak habis pikir, seorang murid berani
menyamakan derajat dirinya seolah mereka sama besar. Di sana ia juga melihat
ada Attila yang mengikuti mereka, ia mengajak Attila bergabung dengannya.
Attila berjalan dengan menggunakan penyangga.
“Kamu
udah sehat?”
“Belum
bu”
“Sekolah
ini makin lama makin kacau. Saya merasa ini bukan sekolah, tapi nerak” Ujar
Sinaro yang kemudian melontarkan sebuah racauan kepada Hikaru. Dia teringat
bagaimana Sinaro yang saat itu berteriak kehilangan Maria, dalam kondisi yang
mengenaskan. Berminggu-minggu dia menangis sambil memeluk bunga mawar merah.
Setiap hari dia membawa bunga itu.
“Maria!!!”
Di lokasi kejadian, Sinaro merasa terpukul dengan kematian kekasihnya. Dia
benar-benar hancur bahkan berusaha untuk mengobrak-abrik jasad kekasihnya. Tapi
di tahan oleh polisi. Melihat itu Hikaru sebagai seorang guru datang untuk
menenangkan anak muridnya. Tetapi tetap saja, namanya lelaki kalau sudah jatuh
cinta, cocok tapi pada akhirnya kehilangan itu selamanya tak akan bisa lupa.
“Sinaro!!!”
Dia ikut menangis. Tapi Sinaro tetap memanggil nama Maria. Setelah kejadian
itu, setiap hari dia bawa seikat bunga mawar merah. Kemudian ia lemparkan dari
balkon menuju ke bawah, sehingga orang-orang menganggap bahwa Sinaro sudah
gila. Dia merasa dengan melemparkan kelopak mawar tersebut, ia dapat berubah
wujud seperti soso Maria yang baru. Tapi itu hanyalah cerita fantasi. Dari
situlah Hikaru berinisiatif untuk mengumpulkan bukti, demi menyelamatkan
anak-anak yang lain.
Attila,
Hikaru duduk berhadapan dengan Sinaro. Pelayan kantin datang menanyakan
pesanan.
“Permisi,
apakah ada yang mau di pesan?”
“Cappuchino
3 yah”
“Baik.
Tunggu sebentar ya”
Sinaro
berubah menjadi pemurung saat itu. Dia lebih banyak menghabiskan waktu
menyendiri.
“Maria
juga suka dengan es cappuchino. Apalagi kalau sudah dikasih keju di
atasnya”
Hikaru
dan Attila menatap sedih kondisi Sinaro yang sangat mencintai Maria. Semua
tentangnya, masih membekas di ingatan remaja laki-laki ini. Minumannya sudah
datang. Attila juga tau, kalau minuman favorite Maria kawannya adalah Cappuchino.
“Kemarin
Attila diantar sama Pak polisi. “ Gadis berhijab itu mulai membuka pembicaraan.
“Polisi?”
“Hah,
rambutnya mirip karakter anime” Ujar Attila. Mereka mengaduk-aduk
minuman tersebut.
“Mana
ada polisi rambutnya mirip karakter anime?” Sinaro mulai tersenyum.
“Mungkin
dia intel” kata Hikaru. Mendengar itu Hikaru seakan tau siapa yang dia maksud.
Waktu, dia datang ke kantor polisi dengan tujuan memastikan laporan Attila itu
sama dengan dirinya.
“Konyol
rasanya kalau polisi rambutnya kaya gitu. Apalagi mereka itu rata-rata kalau
gak cepak, pasti 2 block walau di cat warna item plus kebiruan dikit”Ujar
Sinaro yang masih tidak percaya.
“Tapi
Attila lihat sendiri. Dia hampir nabrak Attila waktu itu. Untung aja Attila gak
apa-apa. Di dalam mobilnya banyak tergantung piagam.”
“Wahhhhhhh!!!!!
Penasaran aku jadinya. Kayanya itu polisi unik deh”
“Unik banget, berasa kaya ngeliat orang
cosplay Kenshin. Tapi dia lebih dark”
“Palingan
rambutnya kaya jamet” Kata Sinaro tersenyum.
“Eh,
ganteng pada kamu mah” Ujar Attila dengan logat Sunda.
“Tapi
kenapa ya rambutnya kaya gitu” Ujar ibu
Hikaru kemudian kopi itu ia seruput.
“Ibu
tau dia?” Tanya Attila.
“Ibu
kaya tau siapa yang kamu certain. Lumayan ganteng sepertinya dia sedikit
menyebalkan”
“Menyebalkan?”
“Entahlah,
tapi kamu kayanya cocok deh temenan sama dia Sinaro”
“Uhm?”
“Dia
Uchiha Madara, kamu Shikamaru Nara”Ujar Ibu Hikaru ngawur.
Untuk
kesekian kalinya dia di bilang dari klan Nara. Padahal, dia hanya seorang manusia
bukan karakter.
“Move On-lah. Naruto udah tamat!!!”
Semua
orang menertawakannya, karena dia menjadi kepala sekolah dalam waktu dekat.
“Percuma
kerja keras, tapi jabatan pada akhirnya juga turun” ujar mereka dengan
bangganya. Mereka benar-benar berisik. Tak jauh bedanya dengan kaset rusak yang
ia dengar. Banu yang ikut keluar juga di tertawakan. Namun, ia mengambil jalan positive-nya
saja. Sebab, ia hanya turun pangkat, bukan berhenti bekerja.
“Anggap
aja kita ini istimewa bung. Setidaknya, pangkat kita sudah SETTTARRAA DENGAN
BOS” Ujar Banu dengan menyindir mereka semua. Para polisi lain merasa jengkel.
Mereka kembali ke barisannya masing-masing. Sebenarnya yang lebih jengkel lagi
adalah Sarla, yang sedari tadi terciprat air ludanya Banu. Paling
menjengkelkannya, zat senyawa dalam air liurnya mengeluarkan aroma yang tidak
sedap. Pasti dia habis makan jengkol.
“Ayo
bung, kita makan eskrim” kata Banu dengan wajah menjengkelkan.
“Pak
Budi udah nunggu” Ujar Banu dengan nada berbisik.
“Gak
gosok gigi ya?”
“Habis
makan jengkol” dengan wajah merasa bersalah. Sarla sedikit kesal.
“Anggap
aja, habis gosok gigi dengan aroma terbaru” Banu memasang wajah pasrah.
Sarla
menundukkan kemudian menegakkannya lagi sambil garuk-garuk dagu.
“Ya
udah makan ice cream yuk”
Diluar
sana, Pak Budi sudah memesan ice cream dengan 3 rasa yang berbeda. Lagi-lagi dia harus merasakan kesepian karena
anak angkatnya kedua-duanya akan berangkat menuju misinya masing-masing besok.
Sampailah mereka di dalam café. Pak Budi tersenyum manis sambil
membawakan mereka 3 mangkut es tersebut, karena segan Sarla yang merasa tidak
tau di untung itu, membawakannya perwujudan rasa hormat. Kemudian ia taruh
diatas meja yang kosong. Di sini, mereka duduk bertiga. Bukannya bersemangat,
melainkan mereka tetap saja seperti diruangannya. Yang mereka keluh kesahkan
adalah, mereka bukan dari orang sarjana Pendidikan. Pak Budi memukul kepala
mereka berdua dengan pelan.
“Akademi
kepolisian juga mengajarkan tentang Pendidikan. Kalian ini. Kalian itu tidak
jadi guru, melainkan kepala sekolah”
“Tapi….Berat
pak”
“Sudah,
jalani saja”
Mereka
kemudian menikmati ice cream yang dibelikan oleh pak Budi. Sarla memilih
rasa vanilla dicampur dengan oreo yang dihancurkan. Rasanya nikmat, dan
sedikit menghiburnya.
“Memang,
nikmat mana lagi yang kau dustakan? Ini nikmat”
“Ia
nikmat. Kalau prai” ujar Banu dengan wajar datarnya. Prai plesetan
dari kata free artinya bebas.
“Jadi
gimana kasus yang akan kalian hadapi?” Tanya pak Budi sambil memakan cream
dingin tersebut.
“Pak,
halaman pertama saja buat saya geleng-geleng kepala” Kata Sarla.
“Huh??!”
“Bagaimana
tidak halaman pertama saya di hadapkan dengan kasus Maria Nasution”
“Maria
Nasution?” Banu terkejut. Seakan dia pernah mendengar kasus itu.
“Dari
nada bicara kamu, kayanya kamu tau deh”
“Eh,
itu gempar kemarin. Pihak mahasiswa dan pelajar lainnya kemarin demo gara-gara
kasusnya tiba-tiba di tutup aja gitu” Ujar Banu dengan nada jengkel.
“Maria
Nasution adalah pelajar yang di temukan sekitar jam 11.00 menjelang siang.
Bapak masih ingat waktu bapak turut serta menanganinya. Anehnya, kasus itu
ditutup dan pelaku yang di penjara bunuh diri” Kata Pak Budi yang diam-diam
mengeluh ada kejanggalan pada kematian Maria.
“Kenapa
itu? Pak?”
“Pada
bagian lehernya, bapak itu sebenarnya menemukan bekas gigitan. Yah, mungkin
semacam cupang gitu. Karena membiru gitu. Tapi banyak banget” Kata pak Budi
mencoba mengingat apa yang dia lakukan. Dia waktu itu bahkan membidik hasil
gambarnya
“Tapi
ada beberapa kasus muda-mudi yang meninggal habis cupangan. Umunya bekas
gigitannya itu membiru sehingga akibatnya aliran darah gak mengalir. Dulu saya
pernah visum orang, yang meninggal gak wajar di kamar kosan. Eh, di bagian
lehernya itu ada biru-biru ke unguan gitu. Di check, pas keluar hasilnya
ada DNA orang dibekas gigitannya itu” Ujar Banu berbagi pengetahuan berdasarkan
pengalaman yang dia dapatkan di lapangan.
Sarla
tercengang mendengarnya. Cupangan, ia teringat dengan film semi yang
kalau mereka ada adegan ciuman, pasti ada yang bagian cium leher. Mereka
seperti orang yang sedang kelaparan, beradu nafas yang memburu membuat dia di
tinju oleh kenyataan. Ia kemudian menampar dirinya sendiri, entah apa yang dia
khayalkan.
Dia
kembali dalam area macrapada, pikiran kumuh ini membuat otaknya hampir
tercemar. Dia melihat semua orang dengan salah tingkah, seperti para lead
male Korea kalau ada adegan salah tingkah, dia bakal ditampar oleh
kenyataan.
“Kamu
sedang ngebayangin apa Sarla” Tanya pak Budi heran. Sarla berpura-pura
mengatakan seperti tidak ada yang dia bayangkan. Padahal, naluri lelakinya tadi
hampir saja membuat dia terlena akan nuansa biru yang fatamorgana.
“Saya
mikirin tagihan listrik”
“Tagihan
listrik” Sarla tersenyum sambil menikmati es-nya. Dia kembali teringat dengan
kasus Maria Nasution.
“12
cupangan? Berarti Maria ini digilir seperti piala”Sarla mencoba mengembalikan
topik pembicaraannya.
“Sepertinya
ia. Aneh betul rasanya ada bekas biru-biru. Kata orang banyak air ludah orang
lain, karena DNA masih ada.” Kata pak Budi.
“Apakah
ada sampelnya pak Budi? Maksudnya sampel dari hasil visum” Tanya Banu.
“Itu
dia masalahnya. Ketika saya meminta sampelnya, karena saya memang mau
mempublikasikannya bersama dengan hasil forensic dari polisi lain. Kasus itu
mendadak ditutup. Anehnya tiba-tiba saja ada tersangka yang mengaku. Masyarakat
merasa senang, tapi tidak sebagian mereka ada yang merasa janggal tiba-tiba
saja ada tersangka tanpa menunggu hasil penyelidikan. Habis mengaku, tersangka
kemudian bunuh diri dalam sel” Kata Pak Budi menjelaskan sejujur-jujurnya.
“Oh,
mungkin inilah yang menyebabkan kasus-kasus yang mirip seperti ini dibuka
kembali.”Ujar Banu mengambil kesimpulan.
“Jangan
mengambil kesimpulan langsung Ban” kata Sarla menyarankan.
“Sarla,
coba anda pikirkan baik-baik. Kenapa kasus itu bisa dibuka kembali? Pada saat
nona Hikaru datang kemarin, proposal yang dia kirimkan baru terealisasikan
sekarang. Itukan aneh? Saya ada ide nih untuk kamu, kasus Maria ini kamu
jadikan kasus paling akhir aja deh. “
“Lah,
kenapa harus di akhir?”
“Yah
buat kaya domino effect. Nanti kamu rumuskan masalahnya, kenapa bisa
terjadi hal demikian. Hah, drama Korea itu sekarang bisa memberikan solusi bagi
kehidupan. Terutama dalam kasus kejahatan. Dalam drama genre law, criminal
mereka bakal membuat peta penghubung untuk membuat sebuah hipotesis. Kita bisa
ambil itu dengan rekaman jejak yang sering
kita temukan. Nanti hubungkan siapa tersangka utamanya” Ujar Banu
menjelaskan sebuah trik untuk menyelamatkan temannya.
“Benar
kata Banu. Letakan kasus ini pada bagian akhir dalam mengungkapkan kasus ini.
Kasus kalau di buka kembali, paling enak dibagian akhir. Kasus Maria Nasution
ini memang di awal Bab. Karena dia adalah kasus yang fatal, benar kata Banu
buat sistem domino effect. Bapak yakin juga disitu ada kasus lain yang
disembunyikan di sana”
Sarla mendengar saran dari kedua temannya. Ia berfikir
sambil menghela nafasnya, alangkah benarnya saran mereka berdua. Kasus ini
harus dibuka secara mengejutkan di bagian akhir, agar tersangka utamanya merasa
tenang-tenang saja.
Sinaro
membuka sarung biola. Hari ini kelasnya bebas karena tidak ada guru yang
datang. Biasa mereka akan membentuk sircle-nya masing-masing, Sinaro
yang rupawan, selalu merasa sendiri. Attila ingin menemaninya, lantaran
kawannya ini tidak punya kawan laki-laki yang satu frekuensi dengannya. Saat
Attila memperhatikannya Sinaro, ia disapa oleh Qiran.
“Kamu
seharian ini kenapa perhatiin Sinaro?” Tanya Qiran seorang gadis kacamata yang
menolongnya. Attila menatap Qiran dengan tatapan lembut sekaligus sedih.
“Sinaro
tidak bisa melupakan Maria. Kamu tahukan, biola itu punya teman kita? Bahkan,
pada saat kita minum cappuchino bersama sesuatu hal yang berbau Maria
tak bisa dia lupakan”
Qiran
menatap iba Sinaro. Mereka berdua melihat Sinaro keluar membawa biola tersebut.
Sarungnya, ia tinggalkan diatas meja. Kejadian itu juga di saksikan oleh
Sandra.
Sinaro
keluar dari kelas. Ia menyusuri tiap-tiap kelas sambil membawa alat music yang
dimainkan secara digesek itu. Langit tampak cerah di luar, ada awan juga yang
menghiasinya, tapi bukan awan mendung.
“Yumeni
bokura de ho wo hatte.
Kitaru
be ki hi no tameni yoru wo koe
Iza
kitai dake mantan de,
Atto
wadou ni ka naru sa to kata wo kunda
Kowakunai,
wakenai demo tomanai
Pinchi
no sakimawari shittate bokura ja shou ga
nai
Bokura
no koi ga iu, koe ga iu, ike te iu”
Dia
terbayang akan Maria yang selalu bernyanyi dengan riangnya kala menatap langit
biru. Suaranya bagus, sampai sekarang masih ada dalam ponselnya. Ia merekamnya
secara diam-diam. Karena suara Maria sangat bagus. Sekarang, Maria sudah berada
di atas langit mungkin ditemani oleh ekosistem angkasa yang mengiringinya. Jika
dia adalah Hodaka, dia akan berlari menuju gerbang pintas lalu terbang
ke angkasa. Membawa Maria pulang ke bumi, kembali dalam pelukannya. Tapi
itu adalah kisah khayalan yang tidak akan pernah menjadi nyata. Maria sudah
tenang dalam pelukan Sang Pengatur cuaca, dan rekaman suarannya yang tersimpan
tak akan pernah ia hapus. Dengan ini dia bisa menganggap bahwa Maria tetap ada
di sini. Ia berencana akan menaiki atap sekolah melalui anak tangga. Dia
menaiki anak tangga tersebut selangkah-demi-selangkah dengan hati yang
benar-benar suram. Setelah ia beberapa menit ia sampai di sana, ia kemudian
mendongak ke arah langit yang kalau di lihat-lihat masih cerah saja. Dia
melihat dari atap sekolah pemandangan seluru kelas dengan tata bangunan yang
melingkar. Dia diam sejenak.
Sinaro meletakan biola itu dipundaknya. Dengan
wajah kesedihan yang ia ingin beritahu bahwa dia sangat merasakan namanya
kekosongan, dia memainkan lagu yang terkenal pada saat dia sudah lahir ke
dunia. Dimulai dari nada D ia gesekan senarnya. Surga cinta atau Heaven
of Love dari Ada Band. Lagu ini ditujukan untuk gadisnya yang sudah pergi.
Jika orang mendengar intro pembuka dari lagu ini, maka mereka akan berkata
bahwa akan terjebak pada dua musim yang muncul secara bersamaan, antara musim
salju dan musim semi. Bersebelahan seperti Tinkerbell dan saudara kembarnya.
Atau
seakan ada bunga apricot yang tumbuh di depan sekolah mereka, kemudian gugur
lalu diterpa angin. Cuman yang sering terbang adalah sebuah pohon yang mirip
dengan pohon jati, selalu terbang ke angkasa seolah-olah mereka ikut berdansa
mengikuti irama alunan musik yang mengudara.
Semua
orang mendengarnya, serasa Maria hidup kembali. Namun alunan tersebut tidak
dimainkan oleh Maria, melainkan kekasihnya yang saat ini sedang terpukul hebat.
Pesona ayunya, walau hanya sekedar ilusi, tapi masih menggetarkan jiwanya. Ia
membayangkan gadis itu duduk dipojokan menikmati permainan alunan musik
tersebut. Sinaro masih memvisualisasikan sosok Maria yang menurutnya masih
terasa nyata. Dia teramat indah untuk di lupakan. Dia tidak cantik, dia hanya
dirinya sendiri. Sinaro ingin melihat Maria sekali lagi, walau cuman hanya
hantunya saja tapi dia ingin menatap Maria sekali lagi.
Dari
alunannya, Attila dan Qiran paham bagaimana suasana Sinaro sekarang. Irama yang
merdu, tidak ada yang sumbang, tenang tapi terkesan menyedihkan, membuat ia benar-benar iba. Mereka berdua
tidak pernah jatuh cinta. 2 orang gadis yang ikut menyaksikannya dari
bawah,melihatnya dengan tatapan yang amat sendu. Siapa yang tidak bersimpati. Manusiawi turut
merasakan emosi yang tersulut, apalagi posisinya dia menghilang dan tak akan
pernah kembali. Sinaro memainkannya dengan perasaan yang menggila. Dia menangis
memainkannya. Dalam hati dia berkata, aku rela bertemu dengan mu bahkan
bercinta lagi dalam mimpi. Seperti dulu dengan nada tawa yang tidak ada
batasnya.
Di
sisi lain, ada seorang gadis yang buta nada. Dia adalah gadis paling jahat yang
amat terkenal di sekolah. Tapi sekarang dia jatuh cinta pada orang
baik.Anehnya, dia menghayati permainan musik yang dimainkan oleh orang yang dia
cintai, dengan rasa sedih. Tapi tidak ditampakan oleh kawan-kawannya. Sandra
sangat kagum pada Sinaro, ia tidak cemburu sama sekali. Ia bahkan ingin
memiliki perasaan sedalam itu untuk orang yang diam-diam telah menguasai
hatinya.
“San,
kok lu bengong?” Tanya para gadis heran. Tak biasanya Sandra seperti ini.
“Permainannya
bagus ya?” Ujar Sandra memujinya dengan malu-malu. Mungkinkah Sandra kepincut
pada tunangannya sendiri? Teman-temannya juga kasihan melihatnya. Terlebih
lagi, kalau di lihat-lihat ketua gank
mereka benar-benar terpukau pada pria itu. Padahal Sinaro tidak peduli
dengan Sandra. Baginya, Sandra adalah jelmaan iblis perempuan yang tidak
memiliki nurani. Lebih parah jahatnya pada siluman ular yang muncul dalam
legenda cerita rakyat negeri ini.
Sandra
sadar akan hal itu, entah kenapa perasaan manusiawinya tumbuh dengan subur.
Entah itu karena cinta, atau karena terbukanya pintu jalan cahaya yang
perlahan-lahan mulai terang benderang? Setiap hari dia sering menampar wajah
orang-orang yang berasal dari kasta sudra alias kasta paling miskin.
Diam-diam
ia memperhatikan kedua telapak tangannya yang keji. Dia ingin berubah, tapi ia
seakan menemukan jalan buntu.
Permainan
biola Sinaro mendayu dengan indah. Dapat menyihir hati orang yang galau karena
cinta. Permainan itu di cacek oleh segerombolan pemuda yang berulang kali,
menampar mangsa selanjutnya dibelakang halaman sekolah. Bagi Lidya, Sinaro
adalah remaja laki-laki yang berisik dan kerjanya hanya mencari perhatian saja.
Terutama perhatian Sandra, kekasih dambaannya itu.
Dia
memainkan lagu dengan biolanya sampai habis. Permainan biolanya Sinaro
diam-diam menyelamatkan anak yang terbuli tanpa sepengetahuannya. Sebab, mereka
memilih melihat pertunjukan Sinaro.
Anak
berkulit hitam itu terdiam dan mengeluarkan darah dari hidungnya. Tamparannya
sangat kuat sekali. Dia adalah perempuan.
Kekesalan
Lidya memuncak, manakala dia melempar Sinaro dengan tanah yang sudah gempal
dalam pot. Tiba-tiba saat dia bermain, orang itu bersama kawannnya sudah ada
didepan matanya.
“BAMM!!!”
Baju
Sinaro kotor.
“Berisik
!!! Tau nggak??!!!”
Tatapan
Sinaro menjadi tajam, permainannya menjadi terhenti.
“Bising
tau gak lu?” Kata Lidya. Sinaro menatap Lidya dengan tatapan nanar. Dia marah
dan mau menangis. Kenapa bisa ada orang sejahat ini?
“Permainan
lu gak bagus” Kata Lidya.
“Lu
nya yang gak bagus apa permainan gue? “
“Apa???!”
Lidya pura-pura tidak mendengar.
“Emang,
orang jahat itu tuli. Gue baru ketemu sekarang” Ujar Sinaro dengan wajahnya
yang kesal.
“Gue
bukan jahat Sinaro, gue baik tau gak?”
Sinaro
merasa dia sudah berbicara dengan orang gila.
“Ayolah
Sinaro, jangan terlalu peduli sama orang miskin. Hari gini masih mentingin
kenangan yang telah berlalu” Ujar Lidya. Semua teman-temannya ketawa dengan
omongannya Lidya. Di sini Sinaro mengerti dengan ucapan Lidya.
Dia
berusaha untuk tersenyum.
“Orang
itu ya, kalau pacarnya udah meninggal gak usah di kenang. Gak bakal tenang di
alam sana. Lo tu cowok, hari gini masih menangisi orang yang telah mati” Ujar Lidya dengan senyuman mencemooh. Sinaro
juga ikut tersenyum, tapi dalam hatinya menangis. Voldemort menjadi jahat
karena dia tidak memiliki rasa cinta terhadap dirinya. Makanya dia haus kekuasaan
yang menjadikan dia egois, sehingga membunuh, merusak kebahagiaan orang lain
adalah hal yang mudah baginya.
“Daijoubu
dakara desune? Minna? (Apakah kamu baik-baik saja teman?)” Tanya Sinaro.
Menjengkelkan, dia paling benci kawannya lebih hebat darinya.
“Lo
jangan kebanyakan nonton anime. Kita ini tinggal Indonesia. Lu gak cinta
sama negara sendiri” Ujar teman Lidya, Randi namanya.
“Kebanyakan
wibu itu norak. Baru nonton anime Jepang, udah sok-sok-an” kata Lidya
dengan nada mengejek.
“Alangkah
baiknya, mempelajari sesuatu yang baru langsung di praktekin Lidya. Apakah lu
gak mau jadi gue?” Kata Sinaro dengan wajah yang menahan emosi.
Permainan
biola Sinaro terhenti. Perasaan Attila sudah tidak enak. Ia cepat-cepat lari
keluar. Pasti ada sesuatu yang tidak enak. Hikaru juga, yang baru saja
menikmati permainan Sinaro langsung cepat-cepat buru-buru keluar. Pasti ada
yang mengganjal.
“Gue
gak sama kaya lu Sinaro. Apa-apa langsung di praktekin?”
“Lu
nonton film bokep juga langsung lu praktekinkan?” Tanya Sinaro dengan
menyudutkan Lidya. Tapi anehnya Lidya ini tidak merasa bersalah.
“Alah,
lu jangan tersinggung Sinaro. Hiduplu kaku amat jadi orang” Kata Lidya berusaha
mengajak Sinaro bercanda. Tapi Sinaro sudah tersulut emosinya. Cuman dia
berusaha untuk tidak memukul.
“Entah,
kita cuman bercanda doang kali” Kata temannya. Karena saking kesalnya dia
menarik kerah baju Lidya dan menyandarkan kawannya itu ke arah balkon atap
sekolah. Sinaro ini lebih kuat dari Lidya. Dia mengangkat remaja laki-laki itu
sampai pinggangnya sudah berada seakan-akan ia akan dicampakan dari lantai
empat sekolah. Kakinya dibuat tidak menyentuh lantai, orang ini merasa
tercekik.
“Anjing
lu ya” Nyawanya berada di ujung tanduk.
“Gue
anjing, lo lebih anjing. Kenapa? Takut? Gue cuman bercanda bung? Bercanda.”
“Lepasin”
“Gue
cuman pengen bercanda ama lu. Hebatkan gue? Bukankah ini jenis jokes yang
lu suka”
“Maaf
Sinaro, gue minta maaf” Ujar Lidya meminta untuk di lepaskan, sebab ia merasa
Sinaro akan membunuhnya. Remaja berambut landak itu tertawa. Bahkan
terbahak-bahak seperti orang yang kesetanan. Tawanya itu terdengar hingga semua
orang keluar dari kelasnya masing-masing.
Hikaru
menyaksikan mereka berdua. Ia dan kedua gadis lain segera menuju atap gedung
sekolah lantaran emosi Sinaro perlahan-lahan tidak terkontrol. Kawan-kawannya Lidya mencoba untuk memisahkan
mereka. Namun, malah salah satunya bernasib sama dengan Lidya. Mereka seolah-olah
akan di campakan ke bawah.
“Gue
pengen bercanda sama kalian? Gue turuti selera humor kalian!! Ayo kita mulai stand-up
komedi.” Ujar Sinaro jengkelnya bukan main.
“Sinaro!!!”
Ujar ibu Hikaru memanggil namanya. 3
orang wanita berdiri dihadapan mereka.
“Kak,
jangan kak”
“Lu
mau bunuh gue?”
“Gue
pengen ngantarin lo ke neraka kalau bisa. Mungkin tempat yang pantas buat
kalian berdua” Ujar Sinaro dengan bibir gemetar.
“Sinaro”
Ibu Hikaru menghampiri anak muridnya. Ia tahu, ia sudah menahan kesabarannya. Terlebih
lagi, bajunya sudah kotor karena lemparan yang di lakukan oleh Lidya. Lidya
hampir saja mau dibuang kelantai dasar. Ia merasa di selamatkan oleh ibu
Hikaru, bahkan dia mencium tangan guru muda itu seperti lelaki flamboyant yang
sedang mencari mangsa.
‘PLAAKKKK!!!!’
Ia menampar keras wajah Lidya. Tamparan itu membuat dia tersungkur ke bawah
tepat dibawah kaki guru mudanya tersebut. Orang itu mengamuk malah ia berdiri
dan ingin menampar namun ditampar oleh Sinaro. Orang ini adalah lawan terberat
Lidya.
“Lepasin!!!!”
“Sekali lagi lu nampar perempuan, gue gak akan segan
buang lu kebawah. Tadi itu hanya sekedar latihan” Kata Sinaro. Kemudian remaja
berpenampilan seperti Shikamaru itu memelintir tangan kawannya sampai memekik
kesakitan. Mereka berempat meninggalkan gank-nya Lidya beserta leadernya
dalam keadaan tak berkutik. Saat musuhnya pergi, Lidya menahan rasa sakitnya
bahkan urat-urat tangannya seperti seakan mau membengkak membentuk daging baru.
Jam
istirahat di mulai. Seperti biasa, ia makan sendirian tanpa ditemani oleh
siapapun. Hikaru melihat muridnya terpojok di belakang, menikmati makanan kebab
dan juga bakso yang isinya telur. Kasihan Sinaro, bahkan ia lebih memilih untuk
tidak bercengkrama dengan siapapun.
“Pak
pesan makanan satu ya. Nanti taro di meja dekat anak itu” menunjuk Sinaro.
“Baik
bu”
Hikaru
kemudian menghampiri anak berambut gondrong yang terikat rapi itu. Dia memang
paling tampan diantara anak-anak lain. Cara dia merapikan rambut mirip salah
satu aktor yang pernah bermain film Ayat-Ayat Cinta 1 yaitu Rudy Wowoer.
Beliau berperan sebagai bapaknya Noura antagonis utama dalam film Ayat-Ayat
Cinta setelah Bahadur. Tiba-tiba ia melihat Attila dan Qiran yang datang ke
kantin, membawa bekal makanan mereka. Biasanya mereka datang ke sini untuk
memesan pop Ice rasa vanilla blue. Attila dan Qiran kemudian
gabung bersama mereka berdua.
Hikaru
mencoba menghibur muridnya yang dilanda gundah gulana. Ia ingin, tapi ia takut
salah langkah. Sinaro di kelilingi oleh perempuan. Banyak orang yang
berbisik-bisik tentang dia, bahwa dia agak lain. Sinaro bukan drag-queen,
lelaki tulen yang mati-matian melindungi perempuan. Ia lakukan pasca kematian
Maria. Hal yang paling di sesali oleh Sinaro adalah ia tidak bisa menyelamatkan
Maria. Makan saja rasanya tak sanggup. Ia ingin pindah dari sekolah ini, tapi
rasanya tanggung.
Beberapa
saat kemudian, Sandra dan teman-temannya datang ke dalam kantin. Dia melihat
dia di hapit oleh 3 perempuan. Ia cemburu, tapi ia harus berkaca bahwa ia tak
pantas duduk disamping Sinaro. Tatapan Sandra ke Sinaro adalah sesuatu yang di
benci oleh Lidya. Dia menyibakan rambut gadis itu dengan kasar, bahkan
menyentuh pergelangan lehernyanya dibagian belakang seakan ia ingin
mencekiknya. Ia mendekatkan mulutnya ke telinga Sandra.
“Lu
gak boleh ngelihat laki-laki lain. Hidup lu milik gua” Ujar Lidya mengancam
Sandra
sebenarnya marah. Dari sinilah ia mulai mengurangi tindak kekerasan yang ia
lakukan. Ia diam-diam mengepalkan tangannya. Entah itu ancaman atau bagaimana,
teman-teman yang satu gank dengan Sandra merasa bergidik ngeri. Bahkan
tanpa malunya ia mencoba mencium leher Sandra, tapi ia Sandra membalikan
badannya dengan begitu cepat. Ia benar-benar marah pada hari ini.
Semua
orang menyaksikannya.
“Gue
memang suka melakukan kekerasan. Tapi jangan kaya gini” Sandra mulai segera
mengambil makanan yang ada kemudian dia duduk disamping meja Sinaro. Attila
heran melihat kejadian ini. Bahkan hari ini tidak ada terdengar ancaman yang
biasa mengalun indah dalam telinganya. Wajah Sandra tersimpan rasa panik yang
amat dalam. Sementara Sinaro tak peduli dan malah fokus dengan makanannya.
Kejadian
ini begitu awkward. Seperti ada Jangkrik yang melintas. Suasana menjadi
hening seketika. Lidya tambah kesal. Semua orang takut kepadanya. Ia dan anggota gank-nya menyambangi
Sinaro untuk membuat masalah. Dia tidak suka gadisnya duduk bersebelahan dengan
pria lain.
“Duk!
Duk! Duk!” Lidya menyepak-nyepak kaki kursi yang di duduki oleh musuh
bebuyutannya. Sinaro diam saja, dia tetap makan dengan anggun.
“Lidya!!!”
Ucap Sandra.
“Ini
bangku ku sayang” Ujar Lidya dengan sekenanya. Sejak kapan bangku kantin jadi
miliknya. Hikaru melihat kelakukan murid laki-lakinya ini mirip dengan karakter
yang ada di dalam novel kekinian yang biasa di karang oleh anak wattpad.
Bay Boy toxic yang berusaha melindungi wanitanya.
Hikaru
tertawa terbahak-bahak. Bakso yang di pesannya sudah datang. Dia menatap
gurunya yang bergaya aneh itu dengan tatapan tidak senang.
“Kenapa
lu ketawa?” tanya Lidya
Hikaru
tetap tertawa sambil mengambil garpu, menuangkan saus, cuka, kecap, cabe rawit
kemudian di aduk.
“Songong
ini guru yang satu ini ya” Ujar kawannya menyolo.
“Lu
semua kayanya sering baca novel yang temanya pasaran. Berlagak seperti anak gank
motor yang romantis banget. Kenyataannya, mana ada gank motor yang baik. Ada sih, tapi
gak semua” Kata Bu Hikaru membuka percakapan. Semua orang tertawa. Lidya paling
tidak suka di ejek apalagi di tertawakan.
“Maksud
lu apa guru babi?”
“Babi?!
Masa ada Babi seperti ini? Cantik, anggun. Lu yang Babi, menderita karena cinta
tiada akhir” Ujar Hikaru yang mengejutkan semua orang. Lidya terdiam seribu
bahasa. Jokes yang relevan.
Semuanya
tertawa. Mereka tau kemana arah jokes-nya Hikaru. Bahkan Sinaro
tersenyum sambil menahan tawa sambil mengunyah bakso yang ia makan. Sandra juga
ikut menahan tawa. Dia menyamakan Lidya dengan seekor babi, lantaran hanya babi
yang kemana-mana menderita karena cinta tiada akhir. Itulah Lidya, berjuang
mendapatkan Sandra tapi tidak dapat. Kasihan.
“Tak
pernah berhenti bertindak sesuka hati” Ucap Hikaru sambil ngerap. Lidya
tambah tidak mengerti apa maksudnya, sampai dia mendengar gurunya ini
menyanyikan lagu penggalan ost Sun Go kong. Dari mimik wajahnya
sepertinya leluconnya tidak masuk ke Lidya. Dasar laki-laki payah.
“Hanya
Babi yang menderita karena cinta tiada akhir. Lu bilang gue kaya babi-kan? Gue
gak menderita. Gue happy and always so glad everyday, gak pernah
menderita karena cinta. Sampai begitu overprotective-nya.”
Salah
satu diantara mereka ada yang mengerti ‘Babi’ mana yang dimaksud. Babi yang
selalu mengikuti biksu Tong mencari kitab ke Barat. Dia menyentuh siku Lidya.
“Cu
Pat Kay”
“Beginilah
cinta, deritanya tiada akhir” Ujar Sinaro menjelaskan. Lidya kemudian menghela
nafasnya seakan dia mengerti apa maksudnya. Jadi Babi itu yang dimaksud.
“Ada
dua Babi yang halal di lihat, tapi tetap haram juga di makan. Hashibira Inosuke
dan Cu Pat Kay. Di bandingkan dengan lu antara Cu Pat Kay dan Hashibira Inosuke,
masih mending mereka. Satu mencari kebenaran berdasarkan keyakinannya, satu
lagi membrantas iblis agar kejahatan terhapuskan. Masa lu sebagai seekor babi
kalah pada mereka? Aduh ente kadang-kadang”
Lidya kalah menyerang orang secara logika. Ia merasa
ditelanjangi didepan semua orang. Ibu Hikaru sebenarnya mampu juga melawan
orang secara fisik. Bahkan aslinya lebih ganas dari preman-preman sekolahan
yang menurutnya piece of cake. Ia keluar dari kantin dan tidak jadi
mengambil bangkunya Sinaro. Cemburu berlebihan itu tidak baik anak muda.
Setelah Lidya pergi, Bu Hikaru di puji oleh mereka
semua. Sandra diam-diam mulai memperhatikan cara berfikir ibu Hikaru. Artinya
dia di selamatkan oleh guru yang sempat ia benci.
“Anda keren Hikaru-sama” Ujar Qiran.
“Arigatouna Qiran-Chan(Terimakasih adik Qiran)”
“Sepertinya memang seru kalau melawan orang secara
logika” Ujar Attila.
“Memang seperti itu. Saya takut kalau dia berbuat
sesuatu dengan Sandra. Sandra itu perempuan. Meski dia keras begitu, dia punya
harga diri”
Telvon Hikaru berbunyi. Ada pesan WA yang masuk tapi
nomornya tidak di kenal.
“Kenapa bu?”
“Gak tau ada nomor baru”
“Siapa??”
Nomor itu menghubunginya lewat WA.
“Angkat aja bu, mana tau penting?”
Wanita berambut pendek itu mengangkatnya.
“Assalamualaikum?”
“ Walaikumsalam, Apakah yang bernama Hikaru?”
“Ya betul?”
“Ini saya pak Soertanto. Begini, kepala sekolah
Darmawangsa akan di ganti dengan kepala sekolah baru”
Hikaru yang sedang makan kaget mendengarnya, keningnya
mengkerut. Semua murid yang satu meja dengannya juga itu terpanjat karenanya.
“Kepala sekolah baru?”
“Ia. Mulai besok, berdasarkan keputusan Dikpora
bahwasannya kepala sekolah Darmawangsa akan diganti. Sampaikan kepada murid
lainnya sehabis pulang sekolah”
“Baik pak”
Pembicaraan termatikan secara otomatis. Mereka semua
memasang wajah bertanya-tamya apa yang terjadi.
“Kenapa bu?” Tanya Sinaro.
“Kita akan kedatangan kepala sekolah yang baru”
Mereka bertiga menghela nafasnya dengan wajah
tertunduk lesu. Bagaimana tidak? Sekolah ini sudah mengalami pergantian kepala
sekolah sudah 16 kali, dan semuanya tidak betah lantaran mereka di ancam oleh
Lidya.
“Pasti kepala sekolah yang baru bakal di ancam oleh
Lidya lagi” ujar Attila dengan kesal.
“Ia palingan di ganti lagi” Ujar Qiran ikut
menerkanya.
“Tapi ibu rasa ini tidak bakal di ganti. Firasat ibu
kuat sekali”
“Ibu kaya gak tau lidya kaya apa. Dia bakal
mengandalkan segala cara supaya sekolah ini gak ada aturannya. Dia ingin hidup
orang lain bisa dia kendalikan” Ujar
Sinaro sambil mengambil saus sambal. Melihat itu, mereka menghentikannya
karena kuahnya sudah memerah. Kalau kebanyakan makan saus, takutnya ada
kerusakan lambung yang mendera.
“Sinaro, jangan campurin bakso kamu dengan saus sambal
banyak-banyak. Nanti kamu sakit asam lambung kaya kemarin” Ujar Attila dengan
menyarankan.
Sinaro tersenyum dengan begitu polosnya. Sementara
teman-teman sudah menggelengkan kepalanya.
Sarla
dan 2 orang kawannya kembali ke kantor polisi. Lagi-lagi kecemburuan itu di
lihat oleh mereka. Tapi kali ini mereka masa bodo. Diam-diam polisi bernama
Mukidi mulai tidak suka dengan polisi-polisi yang hanya bisa dengki satu dengan
yang lainnya. Pantas saja polisi sekarang citranya buruk di mata masyarakat
lantaran mereka tidak berusaha menjadi yang terbaik. Mereka hanya bisa di lecut
baru kerja. Atau ada uang baru jalan. Jarang-jarang polisi yang begitu gigih
mendalami kasus yang seperti ini.
Di
kantor polisi, Sarla duduk di mejanya. Ia membuka komputernya lagi sambil
membaca kasus lainnya. Di sana ada seorang gadis berkulit hitam bernama Petra
Simoloa. Ketika ia membaca kasus apa di sana, Banu kemudian memanggilnya.
“Eh,
Sar saya drama Korea baru” Ujar Banu dengan wajah yang sumringah. Ia segera menutup bukunya itu dan segera ia
masukan langsung ke dalam tas.
“Drama
Korea baru?”
“Saya
gak tau, apakah kamu udah nonton apa belum. Judulnya Extraordinary Attorney.
Kisah seorang gadis autis yang bernama Woo Young Woo, bekerja sebagai
pengacara”
“Pemainnya
Siapa?”
“Park
Eun Bin. Cantik sih”
“Saya
gak perlu cantiknya, yang penting jalan ceritanya menarik”
Pak
Budi geleng-geleng kepala melihat mereka berdua. Ternyata dua orang ini
menyukai hobi yang sama.
“Bapak
sering ngeliat beradu argument tentang artis Korea. Eh, Song Jong Ki punya
pacar baru pengganti Song Hye Kyo” Ujar Pak Budi menceritakan apa yang
sebenarnya terjadi di social media.
“Bapak
kok Song Jong Ki punya pacar baru?” Heran Sarla.
“Bapak
juga gabung ke grup PECINTA DRAMA KOREA sejak Drama DESCENDANT OF THE SUN, lalu
bapak tambah suka lagi sama drama Korea yang
lagunya kaya gini Gwencana Jigeum, nalhamar isseo, Jigeum seogeoni
anhimyeona meotchil kkogattaseo. Daepyeon hanmari anyiratdeo, haryeo hanmari
anniratdeo, gitulah lagunya” Pak Budi menjelaskan sambil menyanyikan salah
satu sountrack yang amat terkenal di telinga para pencinta drama Korea.
Sarla
dan Banu tepuk tangan dengan begitu riuh sampai memenuhi ruangan. Mereka
awalnya tercengang kenapa dia bisa hafal liriknya? Mereka tidak percaya Pak
Budi menghafal lagu Korea yang kata-katanya begitu susah, bahkan aksen dan
penghafalan katanya juga seperti orang Korea.
“Lebih
hafal dari kita woi” Kata Banu dengan wajah sedih, datar entahlah pengambaran
ekspresi yang sulit di gambar.
“Wah,
bapak sampai hafal liriknya ya. Saya insecure pak. Itu drama favorite
saya waktu saya libur pas corona”
“Terimakasih”
“Crash
Landing On You, berpapasan dengan mu. Oh, itu artinya” Kata Sarla.
“Hmm
amunal eobji negeseo,
gokjeong ma ganeun ge,
Amureadeo
ireon an neage seo.
Gokjeong
man neaga irrokhae neage ppajingeonji iyeoreul neon neonmurugeseo.
Neon,
wae neage seo maemdeora”
Sarla
dan Banu mendengarkan bosnya yang menyanyikan lagu Korea sebegitu fasihnya.
Sampai pak Budi ikut joget seperti para penyanyi dangdut yang sering sawer
ditengah-tengah orang yang sedang menikah. Entah siapa yang memperkenalkan lagu
itu kepadanya, sedangkan mereka sendiri saja lagu sountrack drama lama Winter
Sonata belum hafal sampai sekarang. Bagaimanapun, mereka senang pak Budi
memberitahukan apa yang ia suka sebagai seorang polisi. Tidak harus tegas
selalu, tapi kadang seseorang yang professional harus menunjukan sisi lainnya
sebagai seorang manusia biasa. Misalnya hobi. Setia orang memiliki hobinya
masing-masing atau kecendrungan apa yang mereka sukai. Sarla lebih suka
menonton anime, Banu lebih suka main game sekelas Resident Evil,
sementara bosnya mungkin menyukai K-Pop.
“naeye
maemeul damgin saram YOU’ARE MY ONLY ONE” Kata Pak Budi, kemudian dia
bersiul lalu berjoget kembali. Mereka hanya bisa menonton saja, dengan wajah deep-pan
mereka. Tapi di sisi lain mereka tersenyum tapi geleng-geleng kepala dengan
kelakuan pak Budi kalau bernyanyi. Bagusnya dia ikut produce 101 saja dari pada dia berjoget
seperti ini.
“Lebih
baik bapak ikut produce 101 saja. Lumayan pak menyalurkan bakat” Kata
Banu.
“No.
Bapak terlalu ganteng ikut acara tersebut”
“Astaghfirullahalazim” Kata Sarla mengucap.
Sebentar
lagi Sarla akan memasuki arc baru dalam hidupnya. Biasanya, polisi muda
sepertinya akan menjadi anak SMA dan kembali merasakan betapa beratnya menguasai
semua matapelajaran. Namun takdir berkata lain, dia malah menjadi kepala
sekolah termuda dalam dunia Pendidikan. Mungkin dia akan menjadi acuan para
penulis novel remaja dengan haluan baru. Biasanya, penulis remaja yang kata
orang amatir akan menggambarkan sosok pria tampan bak dewa Yunani dalam ruang
lingkup yang berbeda-beda. Ada yang C.E.O yang tiba-tiba menghamili gadis
antah-berantah, kemudian menikah dari hasil kerja harammnya bersama dengan
seorang wanita, ada yang menikah dengan gank motor tampan macam Cha Eun
Woo dan Lin Yi, ada yang bermimpi menikah dengan Mafia tampan dengan roti sobek
yang menggiurkan, membuat wanita berdiri dalam keadaan gelisah, apakah akan ada
arc baru dalam dunia menulis remaja terutama platform ungu, oren,
hijau, merah dan pink akan ada haluan baru? Dimana seorang gadis akan
menikahi kepala sekolah? Ia tidak tahu itu. Firasatnya dia akan menjadi central
dalam imajinasi kaula muda kekinian.
Selesai
data film di salin, Sarla kemudian nonton di komputer tempat meja kerjanya.
Seharian penuh menjelang tugasnya akan dilaksanakan, ia menonton Attorney
Woo Young Woo dimana pemainnya ada Kang Tae Oh dan Park Eun Bin. Openingnya
sangat feminim dan aesthetic. Kehidupan karakternya penuh dengan seekor
Paus, seolah-olah itu adalah jimat pelindung Woo Young Woo. Kalau kata orang
Indonesia, dia punya khodam.
“Kaya
Naruto ya?” Kata Sarla menggaruk-garuk dagunya. Ia menyamakan karakter Woo
Young Woo seperti Naruto, di mana mereka memiliki jimat pelindungnya
masing-masing. Naruto khodam-nya Kurama, sejenis siluman rubah ekor 9
atau orang menyebutnya Kyubi. Sedangkan Woo Young Woo adalah Paus.
“Naruto?
Bedalah. Naruto itu hampir sama kaya Lee Hyeon”
“Lee
Hyeon dari Tale of the nine tailed?”
“Ia.
Malahan episode awal, Lee Hyeon pada saat ada scene mengeluarkan ekornya
mirip chakra Kyubi Warnanya merah ke oren-orenan”
“Benar
juga.”
Episode
pertamanya, sudah terlihat sangat menarik. Dimana kamarnya tersusun rapi dengan
pensil-pensil yang memiliki raknya sendiri. Patut di contoh untuk menata
ruangan serapi mungkin. Sementara Pak Budi menonton ulang drama lain. Suara ia
mendenguskan ingusnya sangat membuat segan para pendengar. Banu menghampiri
ketuanya yang sedari tadi mengharu biru. Bahkan tak malu menangis tersedu-sedu.
Rupanya, dia sedang menonton Crash Landing On You.
Memang
agak unik selera pak Budi. Kadang, Sarla pernah memperhatikannya dia menonton One
Piece sendirian, dan memasang wallpaper untuk layar deskstop-nya
yaitu Ruffy dan Boa Hancook.
Sementara ia sibuk menonton drama yang diberikan Banu.
Di dalam drama, ia mengerti hidup setiap orang ada genre-nya
masing-masing. Walau statement ini tidak sepenuhnya benar, faktanya
memang begitu. Apakah dia akan menulis novel juga setelah ini? Entahlah,
seharian ini dia akan menonton drama Korea dulu, sampai tamat itu yang penting.
Jam
istirahat sudah selesai. Mereka kembali ke kelas masing-masing. Hikaru menjadi
kepala sekolah sementara datang memberikan pengumuman, terkait pemberitahuan yang
harus dia sampaikan hari ini. Tapi dia harus menyampaikannya ketika murid-murid
sudah masuk kedalam kelas.
Hikaru
datang dengan ke kantor dengan gaya anggunnya. Guru-guru yang hadir melihat
Hikaru dengan wajah penuh ketakutan, datang dengan kepala menunduk. Wanita yang
punya sorot mata pembunuh itu,
Dia
mengumumkannya dengan menggunakan mic.
“MULAI
BESOK KITA AKAN KEDATANGAN KEPALA SEKOLAH BARU. SAYA HARAP, JIKA ADA KEPALA
SEKOLAH BARU NANTINYA, TIDAK ADA YANG SOK BERKUASA DI SINI. KALIAN HARUS
MEMATUHI PERINTAHNYA DAN PERATURANNYA YANG BARU. TERIMAKASIH”
Semuanya
heboh. Kepala sekolah baru???
Komentar
Posting Komentar