Devdas Review

Semua film India, yang bahasa dialognya yang sulit dimengerti adalah Devdas. Gue barusan nonton, dalam terjemahan bahasa Indonesianya, dan diantara semua kisah kasih tak sampai yang paling tidak gue kasihani adalah, film Devdas ini. Kalau dibandingkan dengan Zainuddin, jauh beda. Mereka sama-sama puitis. Tapi bedanya, cinta Zainuddin dengan Hayati, diawali cinta pada pandangan pertama. Dia belum sampai melamar, tapi Hayati-lah yang terpaksa meninggalkannya, karena tekanan mamak Hayati.

Kalau Devdas. Uhm. Gue bersimpati dengan Zainuddin, ketimbang dengan Devdas.

Diceritakan, Devdas ini anak orang kaya dari klan Mukherjee. Dia itu tetanggaan sama cewek dari keluarga Sumitra, bernama Paro. Dari kecil, mereka itu sudah bersama-sama tuh. 

Sampai suatu ketika, Devdas menetap di Inggris, kuliah dan  menjadi seorang sarjana hukumlah disana. Parvati ini, atau Paro sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan sahabatnya ini.  Mulailah mereka menjalin persahabatan mereka ini.

Singkat cerita nih, ibunya si Paro menyetujui dan berharap mereka ini menikah. Dia paham, kalau Devdas dan Paro ini saling mencintai. Maka dari itulah ia tak sabar menghadiri pertemuan dua keluarga dalam sebuah kerajaan.

Waktu demi waktu berlalu, Sumitra dan ibunya Devdas, kemudian berkumpul dalam satu acara keluarga. Nah, ini yang paling menyebalkan. Menantu dari ibunya Devdas, itu malah ikut campur dan gak setuju sama pernikahan ini. Bahkan dia mencoba menjebak Sumitra ibunya Paro, buat bernyanyi didepan semua orang. Istilahnya menghibur. Awalnya dengan polos, ibunya Paro menolak. Tapi dia dipaksa jadi mau gak mau diterima. Sebenarnya, ibunya Paro gak sampai berfikiran negatif. Yang penting, acara ini adalah pertemuan dua keluarga. Dia juga menganggap Nyonya Mukherjee sebagai kakanya selama ini.

Menarilah ibunya semaksimal mungkin. Dia menari dengan gembira. Semua orang diam, kecuali menantu dari ibunya Devdas sama ibunya Devdas kaya menatap dengan penuh kebencian gitu. Hingga ketika pertunjukan itu berakhir, dia bukannya berterima kasih, malah mengejek penampilan ibunya Paro. Mereka dihina dari kelas sosial, sampai ibunya Paro terhina dan mengatakan kalimat yang nyelekit. Sebenarnya dialognya panjang. Kekecewaan dia terhadap ibunya Devdas. Dia menganggap ibunya Devdas kini hanyalah orang asing. Dan dia bersumpah, keluarganya berantakan dan  Devdas akan tertimpa sial.

"Kamu dapat melihat, tapi kamu buta terhadap perasaan anakmu sendiri." 

Wah itu kalimat yang buat gue merinding. Setelah  itu Paro tidak jadi menikah. Keluarganya Devdas dengan egonya membatalkan pernikahan itu. Devdas sendiri tidak menginginkannya. Ibunya Paro mencoba membujuk Devdas jam 2 malam, dengan membujuknya. Namun Devdas enggan. Dan malah ia kabur dari rumah, tanpa membawa Paro.

Ia melarikan diri dirumah Bordil. Dimata ibunya Paro, kalau si Devdas gak mau bawa si Paro, artinya Devdas tak mencintainya.

Paling kocaknya nih ya, Devdas itu kirim surat panjang yang intinya"anggap saja tak ada yang terjadi apa-apa diantara kita". Waduh. Disitu Paro merasa kecewa terhadap sikap ketidakdewasaan Devdas. Akhirnya Paro menikah dengan duda tua yang kaya raya. Dan ketika Devdas kembali, malah mau mengajaknya balikan. Yah kalau gue jadi Paro, ogahlah. Apalagi, udah keluarga gue dipermalukan, cintanya gak diperjuangkan, ogah banget gue balik. Anehnya si Devdas ini manipulative, dan kaya menyudutkan si Paro sebagai korban.

Kalau antara Hayati dan Zainuddin, gue bakal nyalahin Hayati, yang lebih memilih menikah dengan Aziz, sehingga datang dengan menyakiti Zainuddin. Nah kalau ini, emang patut Devdas. Paro sudah berjuang, eh Devdas lari dari masalah. Selain itu juga, dia malah hidup dengan seorang pelacur, dan malah larut dalam penyesalan. Disini Paro masih berjuang untuk kebahagiaan Devdas, dengan mengundang Chandra yang mencintainya.

Sehingga diakhir kematiannya, Devdas meninggal tak bisa bertemu dengan Paro, akibat keputusan konyol. Paro dikurung sama suaminya, gara-gara menantu gatal yang membocorkan hubungan Devdas dan Paro.

Komentar