Indonesia gak minat baca buku, Namun ...

Sumber:republika Online


Beberapa konten kreator, membahas terkait rendahnya minat orang Indonesia, terhadap membaca buku. Alasannya, selain katanya pusing karena tidak ada gambarnya, melihat kumpulan huruf-huruf menjadi satu halaman, membuat mereka bosan. Di sini kita bisa menilai, daya imajinatif negara kita bagaimana yah? Tak hanya itu, kadang kala kita kalau buka TV, hal yang paling malas adalah menonton berita. Padahal itu juga segudang ilmu dan segudang informasi.

Buku adalah penunjang awal sebenarnya, untuk mengubah pola pikir dalam memfilter sesuatu.  Sehingga kita dapat bereksperimen, melakukan research dengan mengkaji studi yang lebih relevan. Kita bisa berfikir secara kritis, serta bisa membuka diskusi terhadap apa yang kita baca, sehingga obrolan terasa lebih beragam, dan tak berputar disitu-situ saja.

Orang yang suka membaca buku, meskipun dia bukan seorang sarjana-pun, kalau dia suka membaca buku, akan terlihat pola pikirnya dalam menghadapi masalah, dan memandang dunia seperti apa. Serta gaya dia berbicara, akan bertambahnya kosakata. Itu akan menjadi sumber kualitasnya, dalam berbicara. Tanpa dikonsepkan, mereka bisa melontarkannya. 

Kalau dikatakan Indonesia minat baca. Ia. Alasannya membosankan. Jangankan itu, disuruh membaca saja diperpustakaan juga banyak alasan. Mereka datang ketika perlu, bukan disaat senggang. Disuruh baca jurnal, alasannya banyak.

Banyak orang yang tidak rajin membaca buku, mereka terkesan kuno karena kurangnya ilmu. Cara berfikir mereka menjadi tidak rasional. Misalnya dalam skala keseharian, berobat harus ke dukun. Padahal dokter ada. Lebih rinci dan lebih puas akan jawabannya. Mudah dibohongi orang lain.

Tapi anehnya, mereka iri karena kita rajin membaca buku.

Selain malas, pajak buku kalau dibeli, bukan main mahalnya. Bahkan buku yang paling murah, 70.000, 00 saat ini sudah standar paling murah, bahkan sudah terletak dicuci gudang.

Kalau kita membeli buku, kita akan cenderung dikata-katai suka buang-buang duit. Ini benar-benar aneh sekali. Lebih baik mengisi perut daripada beli buku.Ini sangat acikiwir sekali permirsahhh.

Dari membaca buku, akan melahirkan ide-ide berlian, yang kadang kala tak terfikirkan oleh orang lain. Dimulai dari membaca buku, lalu berfikir secara kritis dengan menilik berbagai macam fenomena. Lalu kita dapat melakukan research, dengan melakukan penelitian yang diawali membaca buku. Sebab taraf berfikir sudah naik.

Apakah di Indonesia literasi kurang? 

Jawabannya adalah ia. Kalaupun disuruh membaca buku, biasanya terkait buku ilmiah, malah malas. Tapi kalau disuruh membaca novel langsung gercep, itupun juga  kadang masih terlihat membosankan dimata mereka. 

Gak masalah sebenarnya kalau dimulai dari baca novel. Nanti bakal terbiasa membaca buku yang lain. Hanya saja begini, berbagai macam platform untuk membaca secara online, sudah ada. Namun bukan novel dengan kualitas bagus yang mereka baca, melainkan kualitas ampas pula.

Contohnya, tentang cinta sendirian dari salah satu pihak, dalam rumah tangga. Oke, itu masih dalam batas wajar. Namun disaat sekarang, mereka menormalisasikan buku bokep dalam kehidupan mereka. Ini yang kacau. Sudah literasi rendah, gak bisa pula menyaring mana bacaan yang bagus. Akibatnya mentok disitu-situ saja.

Kebanyakan orang Indonesia, kalau dikasih cerita CEO, tidur semaleman dengan seorang wanita, apalagi asal-usulnya tidak jelas, pasti mereka mau baca. Atau misalnya, mereka seorang gus tapi dia gank motor, mereka mau baca. Coba baca buku selain itu pasti bakal, ah malas gak ngerti.

Paling parahnya lagi, isi buku atau isi cerita dijiplak pula. Kan ini namanya ken-tut berbunyi-bunyi namanya. Dengan alasan, pengen mencari uang. Serta mereka pengen terkenal. Nanti pas dikasih wejangan UU hak cipta, malah yang disalahin pengarang asli. Sangat aneh mereka.

Tidak percaya?

Gue dulu pernah gabung disalahsatu grup literasi. Pada mulanya, normal-normal aja, karena gue suka nulis. Ceritanya, pada saat itu gue resah dengan cerita bokep yang beredar. 

Gue resah, wajar dong ya. Keresahan itu sebenarnya sudah gue rasakan, saat gue mampir ke toko buku. Ada novel dengan unsur 18+, terjual bebas disalah satu toko buku ternama, dan itu terjual bebas di Padang. Gue jadi mikir, kalau seandainya novel Freddy S, muncul digenerasi ini? Mungkin cover novelnya akan bernuansa aesthetic, dengan sampul buku embos, dan patokan harganya, bukan 10.000 rupiah pernovel. Melainkan Rp.70.000,00 pernovel. Sudah elite banget.

Gue cari hastag fantasi, yang keluar malah fantasi lendir. Ada fanfiction KPop lagi.  Keresahan itu, gue sampaikan, karena disisi lain kita tinggal, bukan dinegara liberal, tapi dinegara yang masih menganut falsafah, Ketuhanan yang Maha Esa. Ini yang bikin gue masih berfikir, negara kita ini masih berpedoman pada ilmu agama. 

Tau jawabannya apa?

"Jangan bawa-bawa ilmu agama."

"Jangan bandingin negara kita sama negara lain!"

"Tolol banget, namanya juga fiksi"

Lebih mengejutkannya lagi adalah, fantasi seperti itu, dianggap bagian dari sex education. Dan itu adalah pendapat paling tolol yang pernah gue baca. 

Sudahlah literasi negara ini rendah, disodorkan pula bacaan yang sesat. Dijiplak lagi, dan kalau takut hukum, malah dibilang kolaborasi. Haduh, apa-apaanlah ini.
 
Negara macam apa ya?

Dan apa yang terjadi? Rusaknya pola pikir dan naiknya standar.  Maksud gue kaya gini. Ada orang yang baca tentang C.E.O muda, ganteng yang kalau dari samping mirip Bradpitt. Didepan mirip Tom Hanks, itu gak masalah.

Tapi bayangkan, dia baca sebuah cerita namun ujung-ujungnya adalah pengen nikah muda sama anggota gank motor, gus preman perokok nan tampan, cowok red flag

Jika mereka baca kasus orang pacaran sama gank motor, jarang banget yang bahagia. Kecuali diprakarsai sama instansi tertentu, atau kalangan elite tertentu seperti moge. Itu lain konteks, karena itu adalah hobi. Coba kalau dapat cowok yang berakhir pada kasus Vina. Bagaimana?

Cowok red flag. Mereka dikasari cowok aja setengah mampus bapernya. 

Inilah mengapa pengaruh bacaan itu sangat berdampak sekali. Makanya Indonesia, literasinya masih rendah karena pola pikirnya itu yang bermasalah. Dari sini saja, mereka gak tahu bacaan itu bermanfaat untuk mereka atau enggak. Taunya baca doang, tanpa melibatkan pola pikir. Dan anehnya lagi, dihalalkan lagi dengan alasan fiksi.

Fiksi yah fiksi tapi masa kaya gitu?  Tidak bisa membedakan, mana yang baik dan mana yang benar. Ini kacau sekali. 

Gak masalah lu mau membaca novel dengan genre apapun. Tapi setelahnya lihat, apakah itu baik? Ini yang harus difikirkan.

Gue masih ingat, anak SMP udah baca novel bergenre BL. Sudah ada anak 14 tahun, jadi fudanshi akut.

Baca kitab bokep kencang. Pas disodorkan jurnal ilmiah, malah menciptakan teori sendiri. Disuruh baca ilmu kedokteran, malah lari ke dukun dengan percaya ilmu magig. Dalam pikiran gue, gak salah emang. Bahkan sampai iq terendah 78 lagi. Diajak diskusi, malah debat kusir. Ini yang menjadi Indonesia gak bisa maju seperti negara lain.

Ilmu itu adalah pondasi kedua, setelah  agama dalam kehidupan. Ilmu lahir dari agama yang Tuhan wahyukan sedemikian rupa, agar kita dapat berfikir secara logika, buat apa tujuannya semua benda yang ada dialam semesta ini tercipta. Mengapa bisa ada? Dan apa kegunaannya.

CONTOH MEMBACA MENINGKATKAN LITERASI ITU PENTING.

Dalam berbagai macam kasus telah banyak terjadi. Terutama dari kalangan orang-orang harus dirawat, dengan perawatan medis yang memadai. Namun ditolak, karena orang pintar jauh lebih berguna dibanding dokter . Memangnya dokter kagak pintar apa? Kasus paling banyak adalah dari kalangan ibu hamil, yang mempunyai mertua yang super kolot.

Percaya akan hal-hal ghaib, yang dapat diangkat. Bahkan ada yang sampai bayinya meninggal, karena gara-gara terlambat gak dikeluarkan, kuret karena mertua lebih dokter pada dokter.  Ini yang gak boleh. 

Ada lagi, kasus orang yang menikah, seminggu kemudian baru dinyatakan hamil. Lucunya, muncul stigma kuat bahwasannya orang tersebut menikah, karena hamil diluar nikah. Sehingga terjadi fitnah dimana-mana. Padahal kalau mereka baca buku, seseorang kalau punya anak cepat, bisa jadi mereka habis nikah, kemudian berhubungan badan, dikala perempuannya sedang mengalami masa subur, pasca sesudah menstruasi.

Ada juga seseorang yang sudah punya anak, menyalahkan menantu perempuan kalau simenantu mandul. Pas dicek anaknya yang mandul. Terus bertanya kok bisa? Kenapa bisa? Itu tadi, literasi minim.

Diantara kita, banyak hoax  yang dengan mudahnya kita percaya. Dikirim ke WA keluarga lagi, saking malasnya mencari fakta kebenarannya.

Jawabannya:

Indonesia masih minim literasi. Makanya tertinggal.  Ini disebabkan minat bacanya kurang.

Komentar